Othor kan sedang menulis 2 novel dalam waktu yang bersamaan. Menurut Kalian, Othor harus fokus pada Novel Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal, atau pada Novel Pembalasan Tuan Muda Terkuat? Ini untuk menentukan berapa bab yang othor harus rilis dalam sehari tiap novelnya. (Salah satu novel 2 bab perhari, dan satunya hanya 1 bab perhari) Bagaimana Menurut Kalian? Bisa Komen Di sini.
Frederich segera teringat kejadian yang terjadi lima tahun lalu. Ingatannya melayang ke malam berdarah yang mengguncang Kota Golden River, saat keluarga Pendragon dibantai oleh orang berpengaruh dari Ibu Kota. "Ryan..." gumam Frederich pelan, matanya menyipit mengamati pemuda di hadapannya. Bayangan seorang remaja berusia 17 tahun bernama Ryan Pendragon muncul dalam benaknya. Jika masih hidup, usianya sekarang akan hampir sama dengan pemuda yang berdiri di hadapannya ini. Namun, Frederich menggelengkan kepalanya, menepis pikiran itu. Tidak mungkin mereka orang yang sama. "Tuan Ryan," Frederich berkata dengan hati-hati, "boleh saya tahu nama lengkap Anda?" Ryan menatap Frederich dengan tatapan datar. "Ryan Reynald," jawabnya singkat. Frederich mengangguk pelan, sedikit kecewa. Tentu saja, pikirnya, nama Ryan cukup umum. Tidak mungkin pemuda ini ada hubungannya dengan keluarga Pendragon yang malang itu. "Ah, Tuan Reynald," Frederich tersenyum sopan, "maafkan pertanyaan lanc
Ryan tidak menyadari bahwa ia telah menjadi target terbaru keluarga Herbald. Mereka akan berusaha keras menarik Ryan ke sisinya.Akan tetapi, pikirannya Ryan saat ini dipenuhi oleh rencana-rencana kultivasi dan balas dendam yang telah ia susun selama lima tahun terakhir. Saat ini, tidak ada yang lebih diinginkannya selain berkultivasi dengan tenang dan melakukan perjalanan ke Ibu Kota untuk membunuh orang yang telah memusnahkan keluarganya.Setelah keluar dari Paviliun Kejayaan, Ryan awalnya berniat memanggil taksi. Namun, mungkin karena saat itu sedang jam kerja, tidak ada satu pun taksi yang lewat setelah dia menunggu cukup lama."Yah, sepertinya aku harus berolahraga sedikit," gumam Ryan pada dirinya sendiri, senyum tipis tersungging di bibirnya. "Lagipula, apartemen Adel tidak terlalu jauh dari sini."Sambil menarik tudung hoodie-nya, Ryan mulai berlari dengan langkah mantap. Jika ada yang memperhatikan dengan seksama, mereka mungkin akan melihat energi Qi samar di bawah kakinya,
Entah apa alasannya, pria bertopi itu terus merasa bahwa dirinya sedang diselimuti oleh lapisan udara aneh yang membuatnya berpikir bahwa ia akan mati jika dirinya berbohong! Perasaan ini membuatnya gemetar, keringat dingin membasahi dahinya meski udara siang itu cukup sejuk di bawah awan mendung. "K-keluarga Blackwood!" pria itu tergagap, suaranya bergetar. "Orang yang menyebar kabar ini adalah Jeremy Blackwood! Itu saja yang aku tahu, tolong lepaskan aku!" Ryan mengangkat alisnya, ekspresinya campuran antara terkejut dan geli. "Oh? Tuan Blackwood yang terhormat itu? Menarik sekali." Pria itu, merasa sedikit lega karena Ryan tidak langsung membunuhnya, melanjutkan dengan terburu-buru, "Aku juga mendengar, hari ini Jeremy Blackwood telah mengerahkan banyak orang dalam mencarimu. Kabar yang beredar, dia juga memeriksa seluruh CCTV di setiap kawasan untuk mencarimu…" Ryan mengangguk pelan, sebuah senyum tipis tersungging di bibirnya. Ia akhirnya mengerti segalanya. Tiga hari yang
Adel mendengar suara di belakangnya dan tahu bahwa Ryan telah kembali. Jantungnya berdegup kencang, namun ia berusaha menyembunyikan kegugupannya dengan tetap fokus pada cermin di hadapannya.Adel berbalik, memutar matanya pura-pura kesal. Namun Ryan bisa melihat rona merah samar di pipinya. "Dalam mimpimu, Ryan," ujarnya, berusaha terdengar sarkastis meski gagal total.Ryan menyeringai, matanya menelusuri lekuk tubuh Adel yang dibalut pakaian seksi. "Oh, ayolah. Kau tidak bisa menyangkal bahwa kau memang berpakaian seperti ini untukku," godanya.Adel mendengus, tapi senyum kecil tersungging di bibirnya. "Jangan terlalu percaya diri, Ryan . Aku selalu berpakaian seperti ini saat akhir pekan.""Benarkah?" Ryan mengangkat alisnya, pura-pura terkejut. "Kalau begitu, mungkin aku harus lebih sering pulang cepat di akhir pekan."Adel tertawa kecil, lalu bertanya dengan nada menggoda, "Bagaimana menurutmu? Apakah aku terlihat cantik memakai ini?"Ryan terdiam sejenak, matanya tidak bisa lepa
Tujuh tahun yang lalu, saat keluarga Pendragon masih ada, dia pernah jatuh cinta pada seorang gadis. Gadis itu bernama Selly Hilton, putri bungsu dari keluarga Hilton yang tersohor. Dengan rambut pirang berkilau dan mata biru cemerlang, Selly adalah definisi dari kecantikan yang mampu membuat setiap pemuda di sekolah terpesona.Ryan, yang saat itu masih berusia lima belas tahun, tidak terkecuali. Setiap kali Selly lewat di koridor sekolah, jantung Ryan berdegup kencang, dan ia merasa seolah dunia berhenti berputar. Meski Ryan berasal dari keluarga Pendragon yang cukup berpengaruh, ia selalu merasa kecil dan tidak pantas di hadapan Selly.Hari demi hari berlalu, dan perasaan Ryan semakin dalam. Ia menghabiskan waktu berjam-jam melamun di kelas, membayangkan skenario-skenario romantis yang hanya ada dalam mimpinya. Terkadang, ia bahkan memberanikan diri untuk mencuri pandang ke arah Selly saat gadis itu sedang bercanda dengan teman-temannya di kantin."Ayolah, Ryan," bisik temannya
Menyadari beberapa orang yang lewat menoleh ke arah mereka, Adel menatap Ryan dengan tajam dan berkata, "Omong kosong. Jika kau menginginkanku, kau harus mengambil bintang dari langit dan membawanya kepadaku!" Ryan mengangkat alisnya, ekspresinya berubah serius. "Benarkah?" tanyanya dengan nada yang sulit ditebak. Adel tidak menyadari kilatan aneh di mata Ryan. Dalam benaknya, Ryan hanyalah seorang pria desa yang kebetulan memiliki formula ajaib entah dari mana. Namun bagi Ryan, permintaan Adel terdengar seperti lelucon kecil. Ryan tahu bahwa pada tingkat kultivasi tertinggi, seseorang dapat melintasi luar angkasa, mengendalikan matahari dan bulan sesuka hati. Betapa tidak berartinya memetik bintang dari langit baginya? Tentu saja, ini bukan sesuatu yang bisa ia lakukan sekarang, tapi suatu hari nanti. Melihat ekspresi serius Ryan, Adel mulai panik. Dia tidak menyangka Ryan akan menanggapi candaannya dengan begitu serius. "Ya, ya, ya," kata Adel cepat-cepat, mengangguk-angguk
Ryan mengamati wanita itu. Meskipun dia terlihat cukup menarik, tapi menurut Ryan, tampang wanita itu berada beberapa tingkat lebih rendah dibandingkan dengan Adel. Terlebih lagi, sangat kebetulan bahwa Ryan juga mengenali wanita itu. Dia adalah teman sekelas Ryan dan Adel di SMP—Hanna Chick. Ryan mengingatnya dengan jelas karena beberapa alasan. Selain fakta bahwa Hanna pernah menjadi teman Selly, Hanna juga sering mem-bully Ryan. Hinaan keluar dari bibirnya seperti ular yang menyemburkan bisa—"Ryan sampah", "Sampah keluarga Pendragon", atau variasi lain dari hinaan yang sama. Seorang pria jangkung dan tampan yang mengenakan barang-barang bermerek berdiri di samping Hanna. Mata pria itu menatap dada besar Adel penuh nafsu tanpa malu, membuat Ryan ingin memutar bola matanya. "Adel, aku tidak percaya itu kamu!" Hanna berseru dengan nada yang dibuat-buat ceria. "Kenapa kamu tidak menghadiri acara reuni SMP tahun lalu? Kudengar kamu sekarang bekerja di Snowfield Group? Apakah kam
Di Butik Louis Vuitton, suasana elegan dan mewah menyambut Ryan dan Adel begitu mereka melangkah masuk. Aroma parfum mahal menguar di udara, bercampur dengan wangi kulit asli yang khas. Lantai marmer yang mengkilap memantulkan cahaya dari lampu kristal di atas, menciptakan atmosfer kemewahan yang nyaris memabukkan. Melihat penampilan Ryan dan Adel, pelayan toko tampak agak skeptis. Matanya menyapu pakaian Ryan yang sederhana dan sedikit usang, lalu beralih ke Adel yang mengenakan pakaian olahraga. Namun, profesionalisme mengambil alih dan dia tetap melayani mereka dengan sopan. "Selamat datang di Louis Vuitton," sapa pelayan itu dengan senyum ramah. "Ada yang bisa saya bantu?" Adel, yang masih terlihat sedikit gugup, mengedarkan pandangannya ke sekeliling toko. Dia jelas tidak begitu paham dengan mode busana pria, tetapi tekadnya untuk membuktikan sesuatu pada Hanna membuatnya nekad. Ryan, di sisi lain, hanya berdiri diam dengan ekspresi tenang. Dia bisa merasakan kegugup
Usia wanita itu sekitar dua puluh tahun, tinggi semampai dengan pembawaan yang begitu berwibawa. Setiap gerakannya mencerminkan keanggunan yang natural, bukan hasil latihan."Tuan Ryan," Angelica berbisik pelan, "Anda pasti pernah mendengar tentang tiga wanita tercantik Kota Riverpolis, bukan?"Ryan mengangguk. Rindy memang salah satu dari mereka. Entah siapa yang menciptakan gelar itu, tapi Ryan tak bisa membantah Rindy memang layak menyandangnya."Selain Nona Rindy yang Anda kenal, ada dua wanita lainnya. Dan yang baru keluar itu adalah salah satunya," Angelica melanjutkan. U"Namanya Juliana Herbald. Dalam silsilah keluarga, saya harus memanggilnya Bibi Juliana. Meski begitu, usianya mungkin hanya terpaut setahun atau dua dari Tuan Ryan.""Juliana Herbald sangat pandai menangani berbagai urusan, baik internal maupun eksternal. Namanya begitu terkenal di kalangan keluarga berpengaruh Kota Riverpolis. Terlebih, posisinya di keluarga utama sangat tinggi.""Oh." Ryan menanggapi datar,
Frederich berpikir sejenak dan berkata, "Tuan Ryan, salah satu leluhur Keluarga Herbald memang pandai besi." "Saya pernah mendengar tentang bahan pembuat pedang yang Anda sebutkan. Namun, itu dianggap sebagai harta Keluarga Herbald. Tidak mungkin itu akan diberikan kepada orang luar."Ryan mengangguk mendengarkan dengan seksama. Di tangannya, Pedang Suci Caliburn yang patah berpendar samar, seolah merespons pembicaraan tentang bahan pembuatnya."Lagipula," Frederich melanjutkan dengan nada hati-hati, "bahan itu ada di tangan kepala keluarga saat ini. Mengingat sifatnya yang pemarah, mustahil mengambil sesuatu darinya!"Frederich menatap Caliburn dengan sorot mata penuh minat sebelum melanjutkan, "Namun, karena Tuan Ryan sangat membutuhkannya, saya akan berusaha sebaik mungkin untuk menyelidiki masalah ini. Meski begitu, jika saya gagal, saya harap Tuan Ryan memaklumi."Frederich sungguh tak menyangka Ryan berani mengincar harta pusaka Keluarga Herbald. Bahan untuk menempa Pedang Suc
"Jadi kau benar-benar sang Hunter yang membuat banyak faksi di Kota Riverpolis gemetar," gumam Mordred. "Pantas saja kau membunuh anggota Ordo Hassasin tanpa ragu. Bagiku itu masalah besar, tapi bagimu mungkin hanya masalah kecil."Ryan menatap lurus Mordred tanpa ekspresi dan berkata, "sekarang setelah kau tahu, beritahu aku tentang Pedang Suci Caliburn.""Pedang Suci Caliburn?"Mordred tersadar dari lamunannya. Ia melirik pedang patah itu–rupanya nama itu adalah nama yang diberikan Ryan pada pedang tersebut."Aku mendapatkannya secara tidak sengaja saat membunuh seseorang," jelasnya. "Orang itu menyembunyikannya dengan sangat baik semasa hidup. Aku tahu pedang ini sangat berharga, jadi kusimpan. Selama bertahun-tahun aku menyelidiki asal-usulnya."Dia melirik Ryan yang menatapnya penuh minat sebelum melanjutkan, "Pedang ini ditempa oleh jenius pandai besi Heinrich Herbald 200 tahun lalu. Butuh tiga tahun penuh untuk menempanya!" "Dia mencurahkan jiwa raganya ke dalamnya. Namun saat
Tang San ragu sejenak. Dengan semua yang menimpanya bulan ini, ia khawatir akan ada berita buruk lain. Namun setelah beberapa saat, ia tetap mengangkat telepon itu."Tang San di sini. Ada apa?"Tak lama kemudian, ekspresinya berubah dingin. Bibirnya bergetar saat berkata pada bawahannya, "Sesuatu yang besar terjadi pada Keluarga Wealth."Ruangan seketika sunyi senyap. Bahkan suara napas pun tertahan saat semua orang membeku di tempat bagai patung.Mereka menarik napas tajam. Sial! Situasi semakin memburuk!Tang San menyapukan pandangannya ke sekeliling ruangan. "Mulai sekarang, cari orang itu di seluruh kota!""Dan karena kita belum tahu namanya, kita sebut saja dia Hunter!""Tapi kita lihat saja siapa yang sebenarnya akan jadi pemburu dan siapa yang diburu!"Kata-kata terakhir itu praktis diteriakkan, menggetarkan dinding ruangan yang masih utuh.**Di villa Pendragon, Ryan baru saja berbaring santai di sofa ketika ponselnya berdering. Nama Agravain tertera di layar.Sudut bibir Ryan
Tang San telah mengerahkan seluruh kekuatan untuk mencari pembunuhnya, namun hasilnya nihil. Sebenarnya beberapa orang mengenali Ryan dari foto yang beredar. Namun sebelum informasi itu sampai ke atasan mereka, pasukan khusus Guild Round Table milik Lancelot telah membungkam mereka selamanya. Meski Ryan mengatakan tak butuh perlindungan Guild Round Table, Lancelot diam-diam telah membereskan semua kekacauan yang ditinggalkan tuannya. Itulah yang seharusnya dilakukan seorang bawahan. Berkat kerja kerasnya, usaha Tang San tak membuahkan hasil. Kini Tang San nyaris gila karena frustasi. BRAK! Ia menggebrak meja dan meraung murka pada para anggota Asosiasi, "Kalian semua tidak berguna! Mencari di seluruh Provinsi Riveria tapi hanya menemukan beberapa pemuda dengan bentuk tubuh mirip?" "Aku mencari pembunuhnya! Jelas bukan mereka!" Para bawahan memucat, tak ada yang berani bersuara. Tang San menarik napas dalam menahan amarah. "Kuberi kalian waktu tiga hari lagi. Jika masih bel
Ryan menggumamkan nama itu dengan dahi berkerut. "Jackson Jorge... nama gadis Ibuku Eleanor Jorge, mereka memiliki nama keluarga yang sama dan wajah yang mirip." Ia teringat sosok lembut ibunya yang selalu tersenyum hangat. Hubungan kedua orang tuanya begitu harmonis, namun sejak kecil ada yang selalu mengganjal di benaknya. Ia tak pernah bertemu kakek-nenek dari pihak ibu, bahkan teman atau saudara ibunya. Ketika ia bertanya, sang ibu hanya tersenyum dan berkata ia berasal dari desa pegunungan yang jauh. Ayahnya selalu mengalihkan pembicaraan saat topik itu muncul, seolah keduanya tak ingin menyentuh masa lalu itu. Ryan juga sering memergoki ibunya menatap kosong ke arah utara dengan mata berkaca-kaca. Pemandangan itu selalu membuat dadanya sesak. Kini penyelidikan insiden Paviliun Riverside telah membuka sebagian rahasia keluarganya yang terpendam bertahun-tahun. Mengapa Master Lucas yang tak dikenal tiba-tiba menghancurkan Keluarga Pendragon? Mengapa jenazah orang tuanya
Ryan menyipitkan matanya penuh minat. Tanpa ragu ia mengeluarkan setetes esensi darahnya. "Apakah kau bersedia menerima ini?" tanyanya tenang. "Jika kau menerimanya, aku akan melepaskanmu. Namun, selamanya kau akan menjadi pelayanku." Lily Wealth menatap tetesan darah itu. Dia paham betul konsekuensi menerima esensi darah kultivato–dia akan terikat seumur hidup. Namun dibandingkan kematian, pilihan apa lagi yang dia miliki? "Aku bersedia!" jawabnya tegas. Sesaat kemudian, esensi darah Ryan menyembur ke dahinya, menciptakan ikatan yang tak terputuskan. Mengabaikan Lily, Ryan mengalihkan perhatiannya pada Gawain Wealth yang terluka parah. Kondisi pria itu sungguh mengenaskan–tubuhnya dipenuhi luka, wajahnya bengkak tak berbentuk, dan banyak tulangnya yang patah. Dengan kata lain, Gawain dapat dianggap lumpuh total. "Terima kasih telah membalaskan dendamku, Tuan Ryan," Gawain Wealth berkata lemah, matanya dipenuhi tekad dan kesakitan. "Tapi sepertinya aku tak bisa melayanimu lag
"Sudah kubilang berlutut," Ryan berkata acuh tak acuh, "tapi kau masih keras kepala juga." Gelombang tekanan spiritual meledak dari tubuhnya, terfokus pada sosok Castiel Wealth. Darah segar menyembur dari mulut kepala keluarga Wealth itu sebelum lututnya akhirnya menyentuh tanah. Jika Castiel Wealth masih memiliki kewarasan, mungkin dia bisa melarikan diri dan bertahan hidup. Namun melihat ayahnya dipenggal di depan mata kepalanya sendiri, telah merampas kemampuan berpikirnya. Yang tersisa hanya keputusasaan yang mencekam. Keluarga Wealth, yang dulu begitu ditakuti di Provinsi Riveria, kini berlutut di hadapan seorang pemuda. Meski telah merosot dari masa kejayaannya, tak ada yang berani mengganggu eksistensi mereka. Namun di dunia seni bela diri Nexopolis, kekuatan adalah segalanya. Tak ada yang akan mengasihani yang lemah, tak ada yang akan berkedip saat yang kuat menunjukkan taringnya. "Tuan Ryan, kami mengakui kesalahan kami!" para praktisi Keluarga Wealth berseru pani
"Kau seharusnya tidak menyinggung perasaanku," ujar Ryan tenang namun berbahaya. "Kau benar-benar seharusnya tidak melakukannya." Selesai mengucapkan itu, Ryan bergerak! Aura di sekitar tubuhnya meledak dahsyat. Di saat bersamaan, Pedang Caliburn beresonansi dengan energinya! Api biru samar berkedip-kedip di sepanjang bilah patahnya, menciptakan pemandangan yang bahkan membuat para praktisi senior tercengang. 'Dari mana pemuda ini berasal?' mereka bertanya-tanya ngeri. Bahkan dengan pengalaman puluhan tahun, ini pertama kalinya mereka melihat fenomena semenakjubkan ini! Sang tetua merasakan bahaya yang mendekat. Ia refleks mundur namun terlambat. Dalam kepanikan, ia berteriak lantang, "Semuanya! Serang bocah ini sekuat tenaga! Bunuh dia!" Ia tak punya pilihan lain. Dengan pedang spiritual di tangan Ryan, kemenangan satu lawan satu mustahil dicapai. Satu-satunya harapan adalah menang dengan jumlah! Castiel Wealth dan puluhan praktisi Keluarga Wealth bergerak serempak. Niat membu