Terima Kasih Kak Andi, Kak Tuan Muhd, Kak Aldi, dan Kak Robert atas dukungan Gem-nya (. ❛ ᴗ ❛.) Dengan ini, telah terkumpul 11 Gem, yang artinya ada 2 bab bonus (≧▽≦) Akumulasi Gem Bab Bonus: 16-11-2024 (siang): 1 Gem (reset) Selamat Membaca (◠‿・)—☆ Bab Bonus Gem Hari ini: 2/5 Bab. Bonus Gem besok: 8
Awalnya Ryan mengira mereka anggota Keluarga Snowfield, namun aura dan qi yang menguar dari tubuh keduanya jelas berbeda. Ini pasti anak buah Keluarga Quins. "Kalian menungguku?" Ryan tersenyum tipis. "Mari bicara di luar. Aku tak ingin darah kalian mengotori rumah Keluarga Snowfield." Tanpa menunggu jawaban, ia melangkah tenang meninggalkan bangunan. Kedua pria itu tertegun sejenak sebelum saling melempar pandang dan mengangguk. ** Taman belakang vila kini terasa lebih sunyi. Derick telah mengusir para pelayan dengan berbagai alasan. Ryan berdiri santai membelakangi kedua lawannya, menghirup udara segar musim semi. "Siapa yang mengirim kalian mengawasi Rindy?" tanyanya datar. "Bocah," salah satu dari mereka mendengus, "kau seharusnya tahu Rindy itu milik siapa." "Ya," Ryan mengangguk. "Rindy adalah wanitaku." Keheningan mencekam menyelimuti taman. Udara seolah membeku saat kedua pria itu mencerna kata-kata Ryan. "Beraninya kau!" raung mereka murka. Aura membunuh yang p
"Tuan..." suaranya bergetar hebat, bahkan tak berani mengangkat wajah takut menyinggung dewa kematian di hadapannya. "Di mana kediaman Keluarga Quins?" tanya Ryan datar. "Vila keluarga Quins terletak di selatan kota, Tuan," jawabnya cepat. "Naiki jalan pegunungan sejauh beberapa ratus meter dari sini." Dia tak tahu apa rencana Ryan dengan informasi itu. Mungkinkah pemuda ini berniat menyerang kediaman Keluarga Quins? "Apakah tuan mudamu ada di rumah?" Ryan melanjutkan interogasinya. Praktisi itu menggeleng kuat-kuat. "Tuan, saat ini seluruh Keluarga Quins sedang fokus mengundang seseorang dari gunung Langit Biru." "Kami baru kembali dari Gunung Ergo beberapa hari lalu demi mengundang orang itu, namun gagal. Kini mereka semua berangkat ke Gunung Langit Biru." "Puluhan orang dikirim kali ini—bukti kesungguhan Keluarga Quins," tambahnya. "Tuan Besar berkata jika berhasil membujuk orang itu menjadi pelindung kami, Keluarga Quins pasti akan jadi keluarga seni bela diri nomor satu s
Ryan hanya menatap Herold dengan ekspresi acuh tak acuh. Herold Snowfield menggelengkan kepala. Dia tidak tahu bagaimana Ryan masih bisa begitu tak kenal takut dengan semua situasi ini. Dia meletakkan cangkir tehnya dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Karena kamu tidak tahu, biar aku yang memberi tahu." "Oliver Quins adalah salah satu dari sepuluh jenius seni bela diri teratas di Kota Riverpolis." "Beberapa hari yang lalu, dia membunuh seorang praktisi bela diri dan naik ke peringkat ke-199 dalam ranking grandmaster Nexopolis! Kesenjangan antara kamu dan dia seperti langit dan bumi!" ‘Peringkat 199 dalam ranking grandmaster Nexopolis?’ Ryan tersenyum cerah mendengar informasi itu. Di mata orang lain, Oliver Quins memang jenius tak tertandingi. Masuk 200 besar ranking grandmaster di usia muda dengan dukungan Keluarga Quins yang kuat, masa depannya praktis tak terbatas. Namun bagi Ryan, Oliver Quins bahkan tak layak disebutkan. Tanpa Kuburan Pedang pun, mustahil pemuda itu
'Apa yang akan Tuan Ryan lakukan di sana?' Derick bertanya-tanya dalam hati. Seolah membaca kebingungannya, Ryan berkata santai, "Kudengar Gedung Camelot menyimpan kekuatan besar di Kota Riverpolis." "Tuan Ryan," Derick ragu-ragu, "ada sesuatu yang harus saya sampaikan." "Katakan saja." "Di kota ini ada tiga kekuatan yang tak boleh diganggu—Asosias Seni Bela Diri, keluarga-keluarga papan atas, dan Lancelot dari Gedung Camelot." Ryan hanya masuk ke mobil tanpa menanggapi. Ia tak mungkin menjelaskan bahwa ia memiliki orang dalam di ketiga faksi itu, bahkan salah satunya praktis menjadi bawahannya. Dua puluh menit kemudian mereka tiba di Gedung Camelot. Ryan menyuruh Derick pergi sebelum melangkah mendekati bangunan megah itu. Arsitekturnya jauh melampaui gedung Golden Dragon Gorup di Kota Golden River—benar-benar layak disebut landmark kota. Bahkan para penjaganya bukan orang sembarangan. Ryan bisa merasakan salah satunya setingkat grandmaster. Beberapa pasang mata dingin me
Para praktisi bela diri yang awalnya meragukan Ryan karena usianya, kini hanya bisa mengakui kelemahan mereka. Lancelot mengangguk puas dari kejauhan. Ia tahu anak buahnya butuh bukti nyata, bukan sekadar kata-kata. Demonstrasi kekuatan Ryan telah menghilangkan semua keraguan. Namun, masih ada satu langkah terakhir! Tiba-tiba, Lancelot melangkah maju dan mengepalkan tinjunya. "Ketua Guild, bawahan ini ingin bertanding dengan Anda!" Ada dua alasan di balik tantangan ini. Pertama, Lancelot ingin mengetahui seberapa kuat Ryan dan seberapa besar jarak di antara mereka. Kedua, sebagai pendiri Gedung Camelot dan pemilik faksi misterius, Lancelot adalah praktisi terkuat di sini. Ini bisa merugikan posisi Ryan sebagai Ketua Guild. Namun jika Ryan mengalahkannya dalam pertarungan langsung, status Ketua Guild akan semakin tak tergoyahkan. Ryan tak menyangka Lancelot akan mengajukan tantangan mendadak seperti ini. Tapi ini juga sesuai keinginannya–ia penasaran dengan kemampuan peng
Ryan sendiri sedikit terengah-engah, keringat membasahi dahinya. Ini adalah pertarungan paling melelahkan sejak ia kembali dari Gunung Langit Biru. Jika bukan karena keunggulannya dalam teknik dan pengalaman bertarung, duel dengan Lancelot mungkin akan berakhir seri. Lancelot menahan keterkejutannya dan berlutut dengan hormat. "Terima kasih sudah menunjukkan belas kasihan, Ketua Guild!" "Bangun. Meskipun ini hanya sesi sparring, aku tidak menahan diri terlalu banyak. Kamu cukup kuat," puji Ryan sambil mengulurkan tangannya pada Lancelot yang tergeletak di arena latihan. Keringat membasahi wajah pria berambut cepak itu. Meski telah berusaha sekuat tenaga, ia tetap tak mampu menahan serangan Ryan yang begitu dahsyat. Namun alih-alih kecewa, matanya justru berbinar penuh semangat. "Tidak perlu merendah, Ketua Guild," Lancelot tersenyum sambil menerima uluran tangan Ryan. "Kekuatan Anda benar-benar di luar nalar. Bahkan dengan teknik terkuat saya, tetap tak mampu menandingi And
Pesan dari Rindy setengah jam lalu berisi koordinat Rumah Sakit Kota Riverpolis. Ryan teringat ia memang meminta gadis itu memberi tahu lokasi rumah sakit tempat nenek Rindy di rawat begitu tiba. 'Itu artinya Rindy sudah di sana,' batinnya sambil memanggil taksi. Kali ini ia tidak ingin menggunakan jasa Derick. 15 menit kemudian, Ryan tiba di area bangsal VIP Rumah Sakit Kota Riverpolis. Dengan keranjang buah di tangan, ia melangkah masuk dan mendapati Rindy bersama ibunya, Jenny Moretti telah duduk menemani Nenek Rindy yang masih koma.. Tampak jelas Jenny Moretti tidak dalam kondisi baik. Wanita yang biasanya angkuh itu kini terlihat lesu dengan lingkaran hitam menghiasi matanya. "Bu, Ryan datang menjenguk Nenek," Rindy berkata lembut, khawatir sang ibu akan marah. Namun di luar dugaan, Jenny Moretti hanya melirik Ryan dan mengangguk pelan. "Terima kasih." Ryan meletakkan keranjang buah dan mengamati wanita tua yang terbaring lemah di ranjang. Ia ingat betul kondisi nenek
Dengan gerakan presisi yang mengagumkan, Ryan menusukkan jarum-jarum perak ke titik akupunktur vital di tubuh nenek Rindy. Jarum-jarum itu bergetar halus, mengeluarkan bunyi mendesis yang misterius. Jari-jarinya dengan lincah membentuk segel rumit, mengalirkan energi qi murni yang tak kasat mata. Rindy dan ibunya memang tak dapat melihat aliran energi itu, namun dari cara Ryan menggunakan jarum dengan begitu ahli, mereka yakin pemuda ini memiliki keahlian medis yang luar biasa. Ryan memejamkan mata, fokus mengendalikan jarum perak dengan qi sejatinya. Bagai mendapat nyawa sendiri, jarum-jarum itu mulai bergerak secara mandiri, menciptakan pola rumit yang menakjubkan. "Bagaimana mungkin?" Jenny Moretti terkesiap, jantungnya berdebar kencang melihat pemandangan yang seolah menantang logika. Pandangannya terhadap Ryan berubah total–dari jijik menjadi takjub, dan dari takjub menjadi gentar. Ia pernah mendengar tentang akupunktur ajaib dalam legenda kuno, namun tak pernah menyan
Ryan memejamkan mata, merasakan dantiannya yang kini telah mengembang berkali-kali lipat. Dengan gerakan santai, dia melancarkan sebuah pukulan ke udara kosong. Gelombang kejut tak kasat mata merambat cepat, dan sebuah pohon raksasa yang berjarak lebih dari sepuluh meter langsung hancur berkeping-keping!"Wow," gumamnya takjub. "Dan itu bahkan saat aku menahan diri. Bagaimana jika aku mengeluarkan kekuatan penuhku?"Seulas senyum percaya diri tersungging di bibirnya. Dengan kekuatan ini, dia yakin bisa melindungi diri di Gunung Langit Biru. Bahkan jika harus menghadapi Tetua Zigfrid sekalipun, dia tidak akan gentar!Tiba-tiba Ryan teringat sesuatu. Matanya beralih pada naga darah yang perlahan turun kembali ke tubuhnya dari langit. Selama terobosan tadi, dia sempat merasakan transformasi makhluk spiritual itu. Bukan hanya ukuran tubuhnya yang membesar, tapi aura dan pola di permukaan kulitnya pun mengalami perubahan signifikan."Muridku, kau tidak menyia-nyiakan tiga tetes esensi
"Kurasa tidak lama lagi Tuan Arthur akan menjadi mimpi buruk bagi banyak kekuatan dan sekte. Yang pertama menderita pastilah Sekte Hell Blood," lanjutnya serius. "Jika Paviliun Ivoryshroud tidak mengambil tindakan yang tepat, itu akan berbahaya bagi mereka juga." Saat mereka berdua mengobrol, seekor naga suci panjang turun dari langit! Meski sudah siap secara mental, Tetua Juan masih sangat terkejut. Bahkan seorang ahli Ranah Saint tidak semengerikan ini–apakah Arthur Pendragon benar-benar menantang surga? Lalu mereka melihat naga darah Ryan membubung ke langit, menghantam petir Ilahi yang menyambar-nyambar dari langit. Di tengah angin dingin yang menderu dan kilatan petir yang membutakan, samar-samar terlihat sosok Ryan berdiri tegak tanpa gentar. Ryan telah bersiap di puncak gunung untuk menyambut petir Ilahi, memenuhi permintaan Lex Denver! Bagaimanapun, setelah apa yang telah mereka saksikan hari ini, tidak akan ada seorang pun yang berani mengganggunya. Arthur Pendrago
Ryan membentuk segel tangan rumit, menciptakan jimat spiritual berisi tandanya. "Ini untukmu. Kau bisa menghubungiku bila perlu." Hestia dan Tetua Juan nyaris tak bisa menahan kegembiraan mereka. Jimat spiritual dari Arthur Pendragon! Ini benar-benar sepadan dengan hadiah mereka. "Tuan Arthur, kalau begitu saya tidak akan mengganggu lebih lama," Hestia tersenyum manis sambil menyerahkan sebuah liontin giok. "Liontin ini berisi lokasi wilayah Keluarga Jirk. Jika Anda lewat, Anda harus mampir." "Baiklah." Ryan menerima liontin itu dengan anggukan singkat. Setelah kepergian Hestia dan Tetua Juan, Ryan bertanya pada Lex Denver, "Guru, Anda ingin saya mengambil ini? Apa yang ada di dalamnya? Mengapa saya merasakan gerakan di dalam?" Lex Denver tersenyum misterius. "Jangan kembali dulu. Cari tempat yang tenang, bentuk formasi, dan mulailah menerobos. Aku akan melindungimu." "Baiklah." Ryan menemukan sebuah gua di tepi yang curam, mengusir binatang buas yang mendiaminya, lalu duduk
Ryan menyipitkan matanya, memikirkan situasi ini dengan cermat. Ia harus kembali ke Ibu Kota. Karena Tetua Zigfrid telah tiba di Nexopolis, Ryan seharusnya bisa mendapatkan informasi lebih banyak dari Eagle Squad dan lelaki tua itu. Adapun Floridas Kennedy, dia tahu lokasi pasti markas besar Sekte Hell Blood dan merupakan kunci untuk Ryan bisa menyusup ke sana. Karena itu, untuk sementara nyawanya masih berguna. Lagipula sekarang dia sudah menjadi budak, kesetiaannya tidak perlu diragukan lagi. "Tuan Ryan," Shiki Seiho tiba-tiba berkata pelan, "saya merasakan dua aura mendekat. Mereka tidak memiliki niat buruk. Menurut perkiraan saya, mereka adalah dua orang dari Keluarga Jirk." "Bagaimana kita harus menangani hal ini?" Keluarga Jirk? Ryan tentu saja tidak mengira keluarga itu akan menyerangnya. Setelah berpikir sejenak, dia melirik ke arah tertentu dan memberi instruksi, "Shiki Seiho, bawa Floridas Kennedy kembali ke ibu kota dulu. Aku akan menyusul nanti." "Baik, Tuan Ryan.
"Tidak, aku harus kembali ke Gunung Langit Biru dan melaporkan ini pada pemimpin sekte!" seru seorang pria tua panik. "Kita harus menggambar potretnya sebelum wajahnya terlupakan!" "Mulai hari ini, tidak ada seorang pun yang boleh menyinggung Arthur Pendragon," tambah yang lain dengan wajah pucat. "Benar, benar! Aku khawatir Arthur Pendragon akan memasuki Gunung Langit Biru suatu hari nanti. Kita harus segera memperingatkan sekte kita. Jika tidak, siapa pun yang berani menyinggung iblis ini akan membuat seluruh sekte mereka dihancurkan oleh dahan pohon bunga sakura!" Di tengah kepanikan itu, seorang wanita tampak tersadar akan sesuatu. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia bergegas mengejar ke arah Ryan pergi. Tetua Juan dari Keluarga Jirk juga melakukan hal yang sama! Setelah semua yang terjadi, mereka harus menunjukkan pendirian Keluarga Jirk. Tetua Juan tidak lagi berambisi memenangkan hati Arthur Pendragon–dia hanya ingin memastikan sosok mengerikan itu tidak menjadi mu
Pemikiran itu segera terhenti. Bagaimanapun, baik Brandy Shroud maupun para pengikutnya tidak dianggap sangat kuat di Gunung Langit Biru. Terlalu banyak kultivator di sana yang jauh lebih mengerikan. Brandy Shroud hanyalah kepala cabang Paviliun Ivoryshroud di Nexopolis. Para kultivator di cabang lain di Gunung Langit Biru jelas tak akan semudah ini ditangani. Dan kali ini, Ryan tidak hanya menyinggung Sekte Hell Blood, tetapi juga Paviliun Ivoryshroud. Namun Ryan justru tersenyum tipis. Lalu kenapa? Jika orang-orang dari Gunung Langit Biru ingin mencari masalah, mereka akan mencari Arthur Pendragon. Dan setelah hari ini, yang akan mereka temui hanyalah Ryan. 'Meski begitu,' pikirnya sambil merapikan jubahnya yang ternoda darah, 'nama Arthur Pendragon mungkin masih berguna sebagai jimat penyelamat nyawa di masa depan.' Mulai hari ini, nama itu akan mengguncang seluruh Gunung Langit Biru. Jika suatu saat dia perlu mengungkapkan identitasnya sebagai Arthur Pendragon, mungkin
"Dahan pohon bunga sakura menghancurkan formasi kuno dan membunuh Brandy Shroud!" seru seseorang tak percaya. "Pengungkapan kekuatan ini sendiri sudah cukup untuk mengguncang seluruh Gunung Langit Biru!"Tetua Juan dari Keluarga Jirk gemetar hebat. Sebagai anggota terkuat dari rombongan Keluarga Jirk, ini adalah pertama kalinya dia merasakan ketakutan yang begitu mencekam. Penyesalan memenuhi hatinya–dia tahu telah kehilangan kesempatan terbaik.'Jika saja aku mendengarkan nona muda dan berdiri di pihak Arthur Pendragon tanpa ragu,' pikirnya getir. 'Mungkin Keluarga Jirk masih bisa membangun hubungan dengannya.'Berkat bakat Shirly Jirk yang luar biasa, Keluarga Jirk terbiasa unggul dalam hal negosiasi dan perekrutan orang-orang jenius. Namun penampilan Ryan tampak bahkan melampaui kejayaan Shirly Jirk yang selama ini menjadi kebanggaan keluarga.'Selama dua puluh tahun terakhir, mengapa tidak ada berita di Gunung Langit Biru tentang seorang jenius seperti ini?' Tetua Juan bertanya
"Astaga... Ini adalah petir Ilahi!""Bagaimana mungkin? Arthur Pendragon benar-benar memiliki kekuatan petir Ilahi!""Mungkinkah dahan pohon bunga sakura itu? Apakah itu harta karun yang dapat memicu petir Ilahi?""Kali ini Brandy Shroud akan mati!"Bisikan-bisikan ketakjuban memenuhi arena. Para anggota Keluarga Jirk yang hadir saling berpandangan dengan ekspresi tak percaya. Bahkan Tetua Juan dari Keluarga Jirk membelalakkan matanya lebar-lebar. "Dari mana Arthur Pendragon berasal?" gumamnya heran. "Kekuatan seperti ini... dia pasti bukan orang biasa!"Sementara itu, wajah Brandy Shroud semakin memucat. Dia bisa merasakan kematian mengintai dari balik petir ilahi yang menari-nari di sekeliling Ryan. Namun ego dan harga dirinya tidak mengizinkan dia mundur."Pergi kau ke neraka!" teriaknya sambil melancarkan serangan pamungkas.Pedang spiritualnya melesat bagai meteor merah yang siap menghancurkan segalanya. Namun Ryan hanya tersenyum dingin."Hari ini, aku akan mengajarimu kon
Dengan satu gerakan saja, bumi berguncang! Ryan mengayunkan dahan pohon bunga sakura di tangannya dengan gerakan ringan, namun dampaknya luar biasa. Tanah di bawah kakinya retak dan bergetar hebat, menciptakan gelombang kejut yang menyebar ke segala arah.Brandy Shroud yang tadinya berdiri angkuh terpaksa mundur beberapa langkah untuk menjaga keseimbangan. Matanya menyipit melihat kekuatan tak terduga ini.Dengan gerakan kedua, awan gelap menutupi langit!Dahan pohon bunga sakura kembali bergerak, kali ini membentuk pola rumit di udara. Dalam sekejap, langit cerah berubah gelap mencekam. Awan hitam bergulung-gulung menutupi matahari, menciptakan suasana yang membuat bulu kuduk merinding."Mustahil..." bisik salah seorang penonton. "Bagaimana bisa sebuah dahan pohon bunga sakura memiliki kekuatan seperti ini?"Dengan gerakan ketiga, bahkan ruang terasa terkoyak!Ryan tersenyum tipi