Hadiah yang dimaksud oleh Josef adalah sebuah kursi roda canggih yang mampu membantu penggunanya untuk lebih mandiri. Tidak hanya bisa digerakkan menggunakan mesin, tapi juga kursi roda itu bisa membantu menuruni tangga. Itulah yang dijelaskan dalam surat yang diberikan sang ayah padanya.
“Apakah kau tidak menyukainya?” tanya Natasha membuat Leon mendongak.
“Entahlah. Apakah aku harus menyukainya atau tidak”
Natasha menghampiri suaminya. Dia berlutut di samping kursi roda Leon. Tangannya menyentuh lengan suaminya.
“Aku tahu kau belum terbiasa dengan kondisi ini, Leon. Aku tahu rasa rendah diri itu tidak akan menghilang begitu saja. Tapi kau harus tahu jika kau tidak sendirian meng
Leon membuka matanya. Dia melihat dirinya duduk di kursi roda yang diberikan sang ayah. Saat ini pria itu berada di dalam kamarnya. Dia mengedarkan pandangannya. Lalu tatapan Leon tertuju pada sosok Natasha yang berdiri di depan pintu. “Kau mau pergi ke mana, Moy lev?” tanya Leon. Natasha berbalik sehingga pria itu bisa melihat ekspresi dingin wanita itu. Bahkan tatapan yang biasanya dipenuhi cinta sekarang tampak sangat kosong. “Ada apa, Moy lev? Mengapa kau menatapku seperti itu?” bingung Leon. “Kau pikir pantas mendapatkan cintaku, Leon?” Leon memicingkan matanya menatap istrinya. “Apa maksudmu, Natasha?”
“Uwaahhh… LAUT!!!” Seru triplet sembari berlari menyusuri area belakang hotel Cosmopolita. Leon membawa keluarganya berlibur di Costa Brava, Spanyol. Dia memanjakan istri dan anak-anaknya villa yang menghadap langsung teluk laut mediterania. Tidak hanya itu, di taman belakang villa pun sudah ada kolam renang. Membuat anak-anak tidak sabar melepaskan pakaian mereka. “Kamu benar-benar membuat mereka bersemangat, Leon.” Ucap Natasha berdiri di samping Leon menatap anak-anak yang terus melompat-lompat kegirangan. Leon yang duduk di kursi rodanya meraih tangan istrinya. “Bukankah ini tujuan kita berlibur. Aku ingin menyenangkanmu dan juga anak-anak.” “Lalu bagaimana denganmu? Aku pikir kamu akan merasa bosan di s
Setelah bermain di pantai, Leon merasa Natasha menjauhinya. Entah apa yang terjadi. Tapi wanita itu selalu menghindarinya. Meskipun tidak secara langsung, tapi Leon bisa merasakannya jika Natasha menghindarinya.Akhirnya setelah anak-anak tidur, Leon yakin Natasha akan tidur bersamanya. Pria itu berpikir dia bisa menanyakan keanehan sikap Natasha hari ini. Leon yang saat ini sudah duduk di atas ranjang dan bersandar pada ujung ranjang mendengar pintu terbuka. Dia bisa melihat istrinya berjalan menghampiri ranjang. Wanita yang saat ini sudah mengenakan baju tidur berwarna peach itu berusaha menghindari kontak mata dengan suaminya. Hingga akhirnya dia menarik selimut dan langsung berbaring di samping Leon. Bahkan wanita itu memunggungi istrinya.“Apakah aku sudah melakukan kesalahan padamu hari ini, Moy lev?” tanya Le
Hadiah yang dimaksud oleh Natasha adalah sesuatu yang membuat Leon terkejut. Dia tidak pernah menyangka Natasha akan melakukannya. Tatapannya tertuju pada Natasha yang membungkuk di hadapannya. Kedua tangannya menyentuh ujung celana Leon dan menurunkannya. Tampak kejantanan leon yang sudah menegang melihat betapa seksinya sang istri.“Jika kau tidak yakin, kau bisa menghentikannya sekarang, Moy lev. Dan biarkan aku yang melakukannya.” Ucap Leon melihat Natasha tercengang.Natasha mendongak menatap suaminya. Kemudian wanita itu menggelengkan kepalanya. “Tidak. Aku tidak mau berhenti. Aku akan memberikan hadiah untukmu.”Nafas Leon tercekat saat tangan Natasha menyentuh kejantanannya. Wanita itu menunduk dan mencumbu kejantanan Leon. Membuat pria itu ti
“Tidak mau. Aku tidak mau pergi.” Liev yang masih tertidur terus saja mengigau. Karl yang mendengar suara Liev perlahan membuka matanya. Dia mengucek kedua matanya yang masih mengantuk. Lalu tatapannya tertuju pada sang kakak yang bergerak gelisah dalam tidur. Karl langsung duduk dan mengguncangkan bahu Liev. “Liev. Liev, bangunlah!” Karl berusaha membangunkan saudaranya. Dia bisa melihat air mata mengalir di sudut mata Liev yang terpejam. Karl yakin dia pasti sedang bermimpi sangat buruk. “Liev, jangan takut. Aku akan ada disini melindungimu. Jadi bangunlah sekarang.” Ucap Karl dengan begitu lembut. Akhirnya Liev membuka matanya perlahan. Dia langsung duduk di atas ranjang. Tatapannya melihat sekelilingnya. Seakan mencari sesuatu. “Ada apa, Liev?” Karl menyentuh bahu saudaranya itu. Tatapan Liev pun tertuju pada adiknya. Kemudian tangisnya mulai pecah. “Aku bermimpi buruk, Karl. Tadi ada seseorang dengan kepala ular yang mengejarku dan mau menggigitku. Aku benar-benar takut.”
Tiga belas tahun kemudian. Karena banyak mahasiswa yang baru saja masuk Universitas Lomonosov Moscow State, sehingga kampus itu terlihat lebih riuh dari biasanya. Mahasiswa baru membicarakan kekaguman mereka terhadap kampus itu. Sedangkan mahasiswa lama ada yang sedang membicarakan tugas-tugas mereka dan ada juga beberapa mahasiswa yang sedang bergosip membicarakan liburan mereka. "Oh, God. Mereka datang. Mereka datang." Seru seorang mahasiswa membuat semua orang menoleh ke arah tempat parkir. Terlihat sebuah hypercar berwarna putih terparkir dengan mulus. Lalu ada sebuah motor sport berwarna merah hitam terparkir di samping mobil itu. Seorang laki-laki mengenakan jaket kulit hitam turun dari atas motor lalu melepaskan helmnya. Pemuda itu mengusap rambutnya ke bel
Evelina berjalan menuju kelas pertamanya hari ini yaitu kelas manajemen investasi. Sebenarnya Evelina dan kedua saudaranya mengambil jurusan yang sama. Tapi karena Liev masih ada urusan dengan organisasi mahasiswa dan Karl entah pergi ke mana, sehingga Evelina pergi sendiri menuju kelasnya. “Dewi Evelina, tunggu sebentar.” Suara itu membuat langkah gadis itu berhenti melangkah. Dia menoleh sehingga rambut pirangnya yang tergerai itu bergerak. Dia bisa melihat seorang laki-laki tampan berjalan menghampirinya. “Kamu sedang memanggilku?” tanya Evelina menunjuk dirinya sendiri. Pria bernama Moritz itu menganggukkan kepalanya. “Ya, aku memanggilmu Dewi Evelina.”
Karl berjalan menuju toilet dengan tatapan tertuju pada ponselnya. Dia membuka game yang sudah didownload oleh Karl. Dia melihat berbagai karakter muncul. Ada bermacam-macam hero dengan penampilan yang memukau yang memiliki kelebihan dan kekurangannya masih-masing. Tangan Karl berhenti menggeser saat melihat seorang hero yang pakaian seperti bajak laut berwarna merah. Dia mengenakan penutup untuk menutupi mata kanannya. Kedua tangannya mengeluarkan api. Penampilannya tampak begitu keren dengan wajahnya yang tampan. Karl langsung memilih karakter itu sebagai hero-nya. “Aku kasih nama apa? Liev mengatakan jika aku bisa menggunakan nama palsu.” Karl memikirkan nama yang cocok untuk karakter itu. “Aku pikir nama Ares cocok untuk karakter ini. Ares adalah Dewa perang
Kebun binatang adalah destinasi wisata yang cocok untuk keluarga. Karena itulah Karl membawa Svetlana dan Stefan ke sana. Karl mendorong kereta bayi di mana Stefan duduk di dalamnya tampak begitu bersemangat. Bahkan kedua tangannya memukul-mukul pahanya yang gendut dan terus terkekeh saat melihat sesuatu yang menarik.Langkah mereka terhenti saat melihat ada dua cabang jalan. Karl dan Svetlana melihat papan yang menunjukkan tujuan kedua jalan itu. Jika memilih jalan ke kiri, maka mereka akan masuk ke dalam dunia air. Kalau jalan kalan ke kanan, mereka akan meneruskan perjalanan mereka menjelajahi kebun binatang.“Bagaimana jika kita melihat dunia air lebih dahulu. Baru setelah itu kita melanjutkan perjalanan?” Karl memberikan usul.Svetlana menganggukkan kepalanya. “Ide yang bagus. Kalau begitu ayo kita pergi ke dunia air.”Karl tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Kemudian dia mendorong kereta bayi Stefan dan berjalan bersama dengan Svetlana. Tiba-tiba dari arah berlawana ada b
Sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan universitas Lomonosov Moscow State. Aleksey yang duduk di belakang mengambil tasnya.“Jam berapa saya harus menjemput, Tuan muda?” tanya Viktor yang mengendarai mobil itu.Tatapan Aleksey tertuju pada pria itu. “Jam dua siang. Akrena aku akan pergi bersama Evelina setelah selesai kuliah.”Viktor tersenyum melihat sang tuan muda tampak bahagia saat membicarakan tentang kekasihnya.Pria itu menganggukkan kepalanya. “Baik, Tuan muda. Saya akan menjemput anda dan Nona Matvey jam 2 siang. Sampai jumpa nanti, Tuan muda.”Aleksey menganggukkan kepalanya. “Sampai jumpa nanti, Viktor.”Laki-laki itu berjalan keluar dari mobilnya. Dia menyampirkan tas ransel di bahu kanannya. Aleksey terlihat begitu tampan dengan mengenakan kaos putih dan dipadukan dengan kemeja hitam kotak-kotak putih yang sengaja tidak dikancingkan. Celana hitam dan sepatu sneakers putih membuat penampilan laki-laki itu semakin menawan. Sehingga tidak heran jika banyak tatapan tertuj
Tahun ajaran baru menjadi acara paling sibuk untuk BEM. Tidak hanya banyak kegiatan yang harus mereka urus, tapi juga harus memberikan banyak pengarahan bagi mahasiswa-mahasiswa baru. Tapi sesuatu paling ditunggu semua mahasiswa baru. Suasana kampus seketika menjadi riuh saat Ketua dan Wakil Ketua BEM datang. Wajah tampan Liev dan Roman menjadi bagian favorit para mahasiswa. "Kak Liev, bisakah aku foto denganmu?" tanya salah satu gadis cantik yang menatap Liev dengan malu-malu. Liev menyunggingkan senyuman membuat semua mahasiswi terpesona. "Baiklah. Kita bisa foto bersama. Berikan ponselmu." Liev mengulurkan tangannya. Gadis itu memberikan ponselnya kepada Liev. Laki-laki itu membuka aplikasi kamera kemudian berpose bersama gadis itu. Liev menekan tombol untuk mengambil beberapa foto mereka. Setelah itu Liev mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya. "Terima kasih, Kak Liev." Gadis itu memandang fotonya bersama dengan Liev. Bibirnya menyunggingkan senyuman senang. "Kak Liev,
“Bahkan kamu juga tidak punya waktu untuk Aleksey-mu?”Evelina memicingkan matanya ke arah laki-laki itu. "Siapa kamu? Kenapa kamu tahu soal Aleksey?"Laki-laki itu menyunggingkan senyumannya. "Karena aku aku adalah Aleksey."Evelina terdiam mendengar ucapan laki-laki itu. Namun detik berikutnya, Evelina melayangkan tamparan yang membuat semua orang terkejut melihatnya. Termasuk Irina yang berdiri di dekat Evelina. Dada gadis itu naik turun dengan cepat menunjukkan berapa emosinya dirinya. "Apa kamu sedang merendahkan Aleksey-ku? Apa kamu tidak tahu seperti apa Aleksey yang aku sayangi? Jangan pernah menyamakan dirimu dengan Aleksey-ku. Karena kalian tidak akan pernah sama." Evelina tidak bisa menahan tangisnya. Dia pun berbalik dan bergegas berlari keluar. Saat laki-laki itu hendak keluar, Karl menahan bahunya. Tatapan tajam yang membunuh dilayangkan Karl ke arah laki-laki itu. "Bos, aku tidak ingin membuat keributan. Jadi aku akan keluar sebentar mengurus bocah sialan yang membua
“Bos, apakah tidak apa-apa membiarkan mereka bekerja di sini?” tanya Svetlana kepada Irina yang duduk di meja kasir.Tatapan Irina tertuju pada Evelina dan Karl yang sedang berjalan mondar-mandir dalam kafe untuk melayani pengunjung. “Tidak masalah. Lagipula mereka mendatangkan keuntungan untukku.” Irina tersenyum penuh arti.Svetlana memicingkan matanya ke arah sang bos. “Apa maksudmu mendatangkan keuntungan untuk mereka, Bos?”Irina menghela nafas berat. Kemudian tatapannya tertuju pada karyawannya itu. “Svetlana apakah kamu tidak menyadari jika pacarmu itu tampan? Kamu lihat banyak para gadis datang ke kafe ini untuk melihat ketampanan pacarmu.”Svetlana menoleh dan melihat Karl yang sedang meletakkan cangkir kopi di atas meja. Dia bisa melihat gadis yang dilayani itu memandang Karl dengan tatapan terpesona. Entah kenapa hal itu membuat Svetlana merasa sangat kesal.“Bos, bukankah menyebalkan memanfaatkan ketampanan pacarku untuk meningkatkan pengungjung kafe?” Svetlana tampak cem
“Tidak masalah. Karena sebenarnya kita berpacaran di dua dunia.” Svetlana menoleh dan seketika wajahnya berubah pucat saat melihat Karl berdiri tidak jauh darinya. Bibir laki-laki itu menyunggingkan senyuman. “A-apa yang membawamu kemari, Karl? Bagaimana dengan Stefan?” tanya Svetlana.“Stefan sedang bersama dengan ibumu.” Karl berjalan menghampiri Svetlana. Membuat gadis itu melangkah mundur. Namun dia tidak bisa melangkah terlalu jauh karena pantatnya menyentuh meja dapur. Karl yang sudah berada di dekat Svetlana langsung meletakkan kedua tangannya menyentuh meja dapur itu untuk memerangkap gadis itu. Svetlana yang gugup tampak kesulitan menelan ludahnya sendiri.“Kamu tidak akan menyakiti perasaanku karena sebenarnya aku adalah Ares, Svetlana. Atau aku harus memanggilmu Lucia?”Seketika Svetlana melotot kaget mendengar ucapan Karl. “Ka-kamu tahu jika aku adalah Lucia?”Karl menganggukkan kepalanya. “Ya, aku tahu.”“Sejak kapan?”“Sebenarnya aku sudah mulai curiga saat dulu kamu
Ares : Karena semalam tidak bisa bermain bersama, bagaimana jika malam ini?Svetlana membaca pesan itu dan mengela nafas berat. Pasalnya seharusnya semalam dia bermain game bersama dengan Ares. Tapi karena Karl berada di rumahnya sehingga gadis itu tidak memiliki kesempatan untuk bermain game. Gadis itu tidak tahu apakah dia bisa main bersama Ares malam ini atau tidak.Svetlana : Aku tidak bisa janji. Tapi jika bisa, aku akan menghubungimu.Ares : Apakah kamu sangat sibuk? Atau kamu sedang menjalin hubungan dengan seseorang? Sepertinya aku sulit sekali menghubungimu.Gadis itu langsung melotot membaca pesan itu. Dia tidak menyangka jika Ares akan menebak situasinya dengan tepat sasaran. Svetlana hendak membalas pesan dari kekasih dalam gamenya, tiba-tiba gadis itu kembali dikejutkan dengan pesan dari Ares yang baru saja masuk.Ares : Kamu mengatakan jika kamu tidak mau pacaran di dunia nyata. Tapi sekarang kamu justru pacaran di dunia nyata. Apakah kamu tidak menyayangiku lagi, Lucia?
Sedikit pelajaran yang dimaksud oleh Karl adalah membiarkan Ravil dan kedua anak buahnya berlari hanya dengan menggunakan celana pendek. Di belakang mereka ada enam anjing German Shepherd yang terlihat garang sedang mengejar mereka. Akhirnya Karl bisa mengeluarkan anjing peliharaan milik keluarga Matvey.Anjing German Shepheard memiliki indera penciuman yang tajam. Sehingga ketika Karl menyodorkan pakaian mereka ke hidung anjing dengan rambut berwarna coklat hitam itu, mereka akan terus mengejar orang yang memiliki bau yang sama. Mereka tidak akan berhenti sampai mendapatkannya. Karena itu ketika Ravil memutuskan untuk berbelok dan memisahkan diri dari anaki buahnya, tetap saja ada dua anjing yang mengejarnya. Karena dua anjing itu sudah menciu bau Ravil. Tentu saja pemandangan ini menjadi bahan tertawaan orang. Termasuk Zoya, Liev dan semua orang yang berada di kafe itu. Zoya tidak menyangka Ravil yang biasanya terlihat begitu arogan dan menampilkan penampilan terbaiknya sekarang b
Ravil tampak kesal karena perkiraannya meleset. Dia begitu senang saat Zoya mengatakan akan menemuinya. Tapi dia tidak menyangka jika Zoya tidak datang sendirian. Tidak hanya membawa Liev tapi juga membawa beberapa anggota mafia Zeno yang dipimpin oleh Valdo. Sebenarnya Zoya sendiri juga tidak tahu akan berakhir seperti ini. Dia juga terkejut saat melihat Liev datang bersama beberapa pria yang mengenakan setelan gelap.Zoya mencondongkan tubuhnya untuk berbisik di telinga Liev. "Apakah tidak masalah membawa banyak orang seperti ini? Mereka bahkan memenuhi kafe ini.""Tenang saja, aku sudah menyewa kafe ini. Jadi tidak masalah dengan pemilik kafe." Tatapan Liev tertuju pada Irina yang mengacungkan dua jempol tangannya. Setelah mengetahui jika Zoya akan menemui mantan suaminya yang berbahaya, Karl menyarankan Liev untuk menyewa kafe tempat Svetlana bekerja. Dengan begitu Karl juga bisa ikut mengawasi pertemuan itu. "Zoya, tidak bisakah kita membicarakannya di tempat yang lebih tenang