Lucien mengamati Natasha yang duduk di sampingnya. Sejak meninggalkan pesta beberapa saat yang lalu, wanita itu tidak mengatakan apapun. Dia lebih memilih diam. Bahkan ketika Lucien mengajaknya bicara, Natasha hanya akan menjawabnya dengan singkat.
Mobil yang dikendarai oleh Lucien sampai di hotel tempatnya menginap. Setelah memarkirkan mobilnya, pria itu mematikan kuda besinya itu.
“Monsiour Godard, maafkan aku untuk malam ini. Aku tidak bisa menemanimu menemui Mr. Matvey.” Sesal Natasha setelah melepaskan sabuk pengamannya.
“Tidak masalah, Natasha. Apa kau baik-baik saja?”
Wanita itu menganggukkan kepalanya. “ Ya, aku baik-baik saja.”
“Jan
Ohh.... Liev gemesin banget sih. Jadi pengen punya anak kayak Liev. bang Leon bikin yuks ehhh....
Natasha yang tidur di atas sofa panjang perlahan membuka matanya saat sinar matahari menyentuh wajahnya. Dia mengerjapkan matanya sejenak untuk beradaptasi pada cahaya matahari yang sangat terang itu. Kemudian wanita itu mengangkat kedua tangannya untuk meregangkan tubuhnya. Natasha sudah berpikir semalam. Hari ini dia akan meminta Lucien agar bisa pulang lebih dahulu. Dia tidak akan bisa menyembunyikan triplet dari Leon. Mengingat pria itu ada keluarga paling berkuasa di kota ini. Segera wanita itu turun dari sofa dan menghampiri ranjang di mana ketiga anaknya tidur. “Anak-anak, bangun. Ayo kita…” Ucapan Natasha terpotong. Seketika tubuhnya membeku melihat ranjang itu. Pasalnya di atas ranjang itu hanya ada Evelina dan Karl yang mulai terbangun karena suara ibunya. Tidak ada Liev yang seharusnya berbaring di samping Evelin
Liev memandang luar jendela di dalam bus. Dia merasa aneh. Ini bukan tempat yang sama seperti yang dilewatinya bersama saudara-saudaranya saat pergi menuju rumah ayahnya. Segera Liev berlari menghampiri sang sopir. “Sir, bolehkah aku turun di sini?” tanya Liev menggunakan bahasa Inggris. “Nak, apa kau sendirian? Di mana orang tuamu?” terkejut sopir bus melihat Liev sendirian. “Aku tersesat dan sedang mencari mereka.” “Bagaimana kalau aku menurunkanmu ke kantor polisi? Mereka akan membantumu mencari orang tuamu.” Saran sang sopir. Liev menganggukkan kepalanya. “Baik. Terimakasih, Sir.”
Pintu dari besi bekas itu terbuka dengan kasar. Seorang pria dengan tato matahari di lehernya mengangkat tubuh Liev di bahunya. “Mikhail, akhirnya kau kembali. Apakah kau membawa makanan?” tanya Sergei teman serumahnya. Alih-alih menjawab, Mikhail justru menjatuhkan tubuh Liev di atas ranjang bekas tepat di samping Sergei yang saat ini mengenakan sweater abu-abu yang sudah tidak layak pakai. Ada lubang di beberapa tempat. Tapi hanya itu satu-satunya baju hangat yang dimiliki oleh Sergei, pria yang dulunya pernah diampuni hidupnya oleh Leon karena Viktor Gerevoy pernah memerintahkannya membunuh pria berbahaya itu. “Kau tidak membawa makanan tapi kau justru membawa anak kecil kemari. Kita sudah kesulitan hidup, Mikhail. Untuk apa menambah kesulitan dengan membawa a
Natasha berlari menyusuri lorong rumah sakit. Setelah mendengar kabar jika Leon berhasil menemukan Liev membuat Natasha bisa bernafas lega. Tapi saat mendengar mereka berdua berada di rumah sakit, seketika rasa panik wanita itu kembali lagi. Dia takut terjadi sesuatu hal yang buruk. Tidak hanya pada pada putranya tapi juga pada Leon. Natasha sangat takut melihat mereka berdua terluka. Sampai di depan pintu kamar VVIP, Natasha segera membukanya. Wanita itu bergegas masuk untuk menemui dua pria yang sangat berharga untuknya. Langkahnya terhenti saat mendengar suara tangisan Liev. Tatapannya tertuju Liev yang duduk di atas pangkuan ayahnya. Bocah laki-laki itu memeluk tubuh Leon yang bertelanjang dada. Terlihat perban membalut bahu pria itu. “Aku berhasil menemukan putra kita, Moy lev. Kau tenang saja. Dia sama sekali tidak te
Tatapan Leon tertuju pada putranya yang saat ini sudah terlelap di sampingnya. Bahkan dalam tidur pun Liev tidak mau melepaskan pelukannya dari dirinya. Bibir Leon menyunggingkan senyuman. Ada kebahagian menyusup dalam hatinya ketika melihat putranya begitu bergantung padanya. Minggu lalu Leon mendapati kehidupannya begitu membosankan karena dia memilih untuk menyibukkan diri dalam pekerjaannya demi melupakan Natasha. Tapi sekarang wanita itu kembali bersama ketiga buah hati mereka yang sangat menggemaskan. “Apa yang akan anda lakukan pada dua orang itu, Tuan muda?” tanya Ivan yang berdiri di dekat ranjang tempat Leon berbaring bersama Liev. Karena saat ini Natasha sedang mengambil pakaian anak-anak, sehingga dia meninggalkan rumah sakit sejenak. Sehingga Ivan bisa bebas membahas langkah selanjutnya bersama Leon.
“DADDY!” Seru Evelina dan Karl berlari masuk ke dalam kamar di mana Leon dirawat. Leon yang sedang mengobrol dengan Liev langsung menoleh. Bibirnya menyunggingkan senyuman saat melihat dua anaknya berlari menghampirinya. “Hati-hati, Anak-anak. Daddy kalian masih sakit jadi jangan memeluknya terlalu keras.” Natasha memperingatkan Evelina dan Karl yang tampak bersemangat menghampiri ayah mereka. Evelina dan Karl bergantian memeluk ayah mereka. Kemudian mereka melompat ke atas ranjang sehingga bisa duduk di antara ayah mereka. Tatapan Evelina dan Karl tertuju pada Liev. “Liev, kau baik-baik saja?” tanya Evelina. Tapi Liev tampak kebingungan kar
Gavin segera turun dari mobil yang terparkir di depan rumah Leon. Pria itu bergegas berlari masuk ke dalam rumah. Dia bisa melihat kepala pelayan Stalin yang berdiri dengan gelisah. Segera Gavin menghampiri pria itu. “Di mana dia?” tanya Gavin. “Miss Levitan yang sedang duduk di ruang tamu menikmati secangkir teh.” Segera Gavin melangkah menuju ruang tamu. Ini adalah masalah yang sangat serius. Masalahnya adalah Valentine lebih mengerikan daripada musuh manapun. Pasalnya dia adalah gadis manja yang sangat terobsesi pada Leon. Bahkan saat kecil, Valentine pasti akan selalu melompat ke punggung Leon yang gendut kemudian melingkarkan lengannya ke leher Leon dan tidak mau melepaskannya. Bahkan gadis itu tidak mau bersama orang lain kecuali Leon.
Tidak perlu berterimakasih. Bukankah itu tugas seorang ayah. Memperhatikan anak-anaknya dan juga calon istrinya. Calon istri. Entah mengapa mendengar kata itu membuat Natasha merasa bahagia. Dia melupakan alasan mengapa dia meninggalkan Leon. Lalu dia teringat dengan ucapan Lucien. Jangan biarkan apapun menghalangi perasaanmu dan Leon. Atau kau akan menyesal kehilangan pria yang kau cintai. Pikirkan saja bagaimana perasaanmu padanya. Jangan pikirkan alasan lainnya. Kehilangan pria yang kucintai? Apakah aku harus menerima perasaan Leon kembali? Tapi bagaimana dengan ayah pria itu? Akankah aku bisa menerima kenyataan pahit itu? Pertanyaan demi pertanyaan itu berputar-putar dalam pikiran Natasha.