Natasha tak bisa berhenti memikirkan apa yang dikatakan oleh sang penelpon misterius kemarin. Bahkan wanita itu tidak bisa tidur karena menebak-nebak apa hubungan ayah Leon dengan kedua orang tuanya. Tapi wanita itu tidak bisa mengingatnya. Natasha berpikir mungkin saja itu kakak tiri Leon yang berusaha menghancurkan hubungannya dengan Leon. Dengan begitu pria itu bisa menyakiti Leon lebih dalam. Namun pertanyaan ‘bagaimana jika informasi apapun yang diketahui penelpon misterius itu memang benar?’ terus berputar dalam pikirannya.
“Mengapa kau meninggalkanku, Moy lev?”
Tanpa menoleh, Natasha bisa tahu jika itu adalah Leon. Tak ada seorangpun yang memanggilnya dengan panggilan seperti itu. Wanita itu terus berjalan tanpa mempedulikan panggilan Leon.
“Bagaimana bisa kau t
Kemana Natasha pergi? ada yang mau menebaknya?
Ivan meletakkan ponselnya di atas meja. Perhatiannya kembali tertuju pada Josef yang duduk sambil meminum kopi hitamnya. Beberapa saat yang lalu Josef menelponnya dan memintanya bertemu di sebuah restoran tertutup. “Apa itu Leon?” tanya Josef mengamati Ivan. Ivan menganggukkan kepalanya. “Benar, Tuan besar. Tuan muda mencari Nona Natasha.” “Biarkan dia mencarinya sendiri. Sekarang katakan padaku, Ivan. Kau sebenarnya mengetahui siapa yang melukai Leon, bukan?” Josef meletakkan cangkir kopi di atas piring kecil. Josef bisa melihat Ivan tampak ragu menjawab pertanyaannya. Dia bahkan tidak berani memandang pria itu. “Sebenarnya kau bekerja untuk siap
Dua orang pria mengenakan setelan hitam mendorong tubuh Katerina ke lantai sebuah bangunan yang belum selesai dibangun. Kedua tangan wanita itu diikat menggunakan kabel ties. Wanita itu mengerang sakit saat lantai yang tidak rata menggores kulitnya. “Keparat! Apa kalian tidak tahu siapa aku? Aku adalah istri bos besar Zeno. Kalian berani memperlakukanku sekasar ini?” omel Katerina. “Mom.” Suara itu mengalihkan perhatian Katerina. Dia bisa melihat Igor juga di dorong ke arahnya. Segera Katerina memeluk putranya. “Igor, kau tidak apa-apa?” Katerina memandang wajah putranya yang babak belur. “Mom, kau harus menghubungi Dad. Dia yang bisa menolong kit
Leon menggandeng tangan Natasha berjalan melewati jembatan yang menghubungkan dermaga dengan kapal Flotila Radisson. Kapal layar mewah yang akan memanjakan pengunjung selama berkeliling sungai Moskow. Wanita itu bisa melihat sungai yang besar itu. Merasakan angin dingin berhembus, Natasha merapatkan jaket berbulunya untuk menjaga tubuhnya tetap hangat. “Anak muda, ini bukan tempat untukmu bermain-main. Sebaiknya kau turun saja.” Seorang petugas menghentikan langkah Leon. “Kalian menghentikanku karena aku masih muda?” tanya Leon tidak percaya. Bodoh! Mereka sudah berurusan dengan iblis mengerikan. Gumam Natasha dalam hati. Petugas itu mendengus sinis. “Tentu saj
“Wah! Aku tidak pernah tahu kalau melihat pemandangan Moskow dari kapal ini sangat indah.” Kagum Natasha menatap pemandangan kota Moscow dari dalam kapal Flotila Radisson. Dinding-dinding kaca di dalam restoran itu memungkinkan mereka melihat pemandangan di luar kapal yang sangat indah. Namun tatapan Leon justru tidak bisa teralihkan dari sang kekasih. “Sayangnya bagiku kau jauh lebih indah, Moy lev.” Natasha menoleh dan sehingga tatapan mereka bertemu. “Berhentilah menggunakan kata-kata manis seperti itu, Leon. Kau membuatku merinding.” “Merinding? Apakah kau kedinginan? Aku bisa memelukmu.” Leon melebarkan tangan kirinya. Sehingga Natasha bisa melemparkan dirinya ke dalam pelukannya kapanpun. Natasha mende
Tepat saat mereka masuk ke dalam kamar sebuah hotel, Leon tidak bisa menahan dirinya untuk mencium Natasha. Mendorong wanita itu hingga punggungnya menyentuh dinding yang dingin. Gairah liar membuat mereka gila dan tidak bisa menahan diri mereka lagi. Membutuhkan perjalanan panjang untuk kembali ke rumah Leon atau apartemen mungil Natasha. Sehingga menyewa kamar hotel terbaik adalah pilihan yang tepat. “Ngghhh…” lenguh Natasha ketika Leon menangkup kepalanya dan menelengkannya sehingga pria itu bisa memperdalam ciuman mereka. Kemudian kedua tangan Leon beranjak turun untuk membuka kancing terusan itu satu persatu. Setelah terlepas semua, Leon menggeser terusan itu dari kedua bahu Natasha hingga akhirnya terusan putih itu berada di sekitar kaki Natasha. Menemani jaket tebal Natasha yang sudah terlepas dari tangan wanita itu.
Natasha berbaring di samping Leon. Memeluk pria itu dan merasakan kehangatan yang membuatnya merasa nyaman. Sedangkan Leon menggunakan jemarinya memainkan rambut wanita itu. Memilinnya di antara jemarinya. “Mengapa kau mewarnai rambutmu, Moy lev? Kupikir kau lebih cantik dengan rambut pirang.” Leon mengamati rambut Natasha yang berwarna coklat. “Karena aku bukanlah boneka Barbie yang bisa dikagumi kapanpun.” “Boneka Barbie? Apakah seseorang menganggapmu seperti itu?” tanya Leon penasaran. Natasha menganggukkan kepalanya. “Ya. Dia selalu memuji rambutku membuatku merasa jijik saat mengingatnya.” “Apakah dia orang yang sama dengan orang yang membuat
Kelopak mata Leon bergerak sebelum akhirnya terbangun. Pria itu memicingkan matanya saat caha sinar matahari menyengat matanya. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya bisa beradaptasi dengan cahaya terang di kamar itu. Lalu Leon menyadari sesuatu. Dia tidak merasakan beban berat di bahu kirinya. Tangan kirinya menyentuh tempat kosong di sampingnya. Saat Leon menoleh, dia tidak menemukan Natasha di sampingnya. Bahkan bantal di sampingnya terasa sangat dingin. Segera pria itu menyibakkan selimut dan turun dari ranjang. Dengan hanya mengenakan celana pendeknya, Leon berjalan menuju kamar mandi. “Moy lev?” panggil Leon saat membuka pintu kamar mandi. Namun Leon tidak menemukan sang kekasih di dalam kamar mandi. Leon bergegas menghampiri ranjang. Dia mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja. Namun tatapan L
Enam tahun kemudian. Natasha duduk di kursi kayu di dalam sebuah ruangan. Dia melipat kedua tangannya di depan dada berusaha untuk tetap bersabar. Di hadapannya seorang wanita bertubuh gemuk terus saja mengomel tanpa henti membuat telinga Natasha terasa panas. Dia melihat penampilan wanita itu. Dengan terusan yang dibuat khusus untuknya serta berbagai perhiasan menempel di tubuhnya seperti toko berjalan. Membuat Natasha yakin wanita itu hanya wanita manja yang selalu mengandalkan uang suaminya. “Apa kau sudah selesai, Madam Zennatti?” tanya Natasha setelah melihat wanita berambut coklat itu berhenti berbicara dan tampak terengah-engah. “Aku sudah mengeluarkan pendapatku.” Wanita dari keluarga Zennatti itu membuang muka dengan begitu sombongnya.
Kebun binatang adalah destinasi wisata yang cocok untuk keluarga. Karena itulah Karl membawa Svetlana dan Stefan ke sana. Karl mendorong kereta bayi di mana Stefan duduk di dalamnya tampak begitu bersemangat. Bahkan kedua tangannya memukul-mukul pahanya yang gendut dan terus terkekeh saat melihat sesuatu yang menarik.Langkah mereka terhenti saat melihat ada dua cabang jalan. Karl dan Svetlana melihat papan yang menunjukkan tujuan kedua jalan itu. Jika memilih jalan ke kiri, maka mereka akan masuk ke dalam dunia air. Kalau jalan kalan ke kanan, mereka akan meneruskan perjalanan mereka menjelajahi kebun binatang.“Bagaimana jika kita melihat dunia air lebih dahulu. Baru setelah itu kita melanjutkan perjalanan?” Karl memberikan usul.Svetlana menganggukkan kepalanya. “Ide yang bagus. Kalau begitu ayo kita pergi ke dunia air.”Karl tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Kemudian dia mendorong kereta bayi Stefan dan berjalan bersama dengan Svetlana. Tiba-tiba dari arah berlawana ada b
Sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan universitas Lomonosov Moscow State. Aleksey yang duduk di belakang mengambil tasnya.“Jam berapa saya harus menjemput, Tuan muda?” tanya Viktor yang mengendarai mobil itu.Tatapan Aleksey tertuju pada pria itu. “Jam dua siang. Akrena aku akan pergi bersama Evelina setelah selesai kuliah.”Viktor tersenyum melihat sang tuan muda tampak bahagia saat membicarakan tentang kekasihnya.Pria itu menganggukkan kepalanya. “Baik, Tuan muda. Saya akan menjemput anda dan Nona Matvey jam 2 siang. Sampai jumpa nanti, Tuan muda.”Aleksey menganggukkan kepalanya. “Sampai jumpa nanti, Viktor.”Laki-laki itu berjalan keluar dari mobilnya. Dia menyampirkan tas ransel di bahu kanannya. Aleksey terlihat begitu tampan dengan mengenakan kaos putih dan dipadukan dengan kemeja hitam kotak-kotak putih yang sengaja tidak dikancingkan. Celana hitam dan sepatu sneakers putih membuat penampilan laki-laki itu semakin menawan. Sehingga tidak heran jika banyak tatapan tertuj
Tahun ajaran baru menjadi acara paling sibuk untuk BEM. Tidak hanya banyak kegiatan yang harus mereka urus, tapi juga harus memberikan banyak pengarahan bagi mahasiswa-mahasiswa baru. Tapi sesuatu paling ditunggu semua mahasiswa baru. Suasana kampus seketika menjadi riuh saat Ketua dan Wakil Ketua BEM datang. Wajah tampan Liev dan Roman menjadi bagian favorit para mahasiswa. "Kak Liev, bisakah aku foto denganmu?" tanya salah satu gadis cantik yang menatap Liev dengan malu-malu. Liev menyunggingkan senyuman membuat semua mahasiswi terpesona. "Baiklah. Kita bisa foto bersama. Berikan ponselmu." Liev mengulurkan tangannya. Gadis itu memberikan ponselnya kepada Liev. Laki-laki itu membuka aplikasi kamera kemudian berpose bersama gadis itu. Liev menekan tombol untuk mengambil beberapa foto mereka. Setelah itu Liev mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya. "Terima kasih, Kak Liev." Gadis itu memandang fotonya bersama dengan Liev. Bibirnya menyunggingkan senyuman senang. "Kak Liev,
“Bahkan kamu juga tidak punya waktu untuk Aleksey-mu?”Evelina memicingkan matanya ke arah laki-laki itu. "Siapa kamu? Kenapa kamu tahu soal Aleksey?"Laki-laki itu menyunggingkan senyumannya. "Karena aku aku adalah Aleksey."Evelina terdiam mendengar ucapan laki-laki itu. Namun detik berikutnya, Evelina melayangkan tamparan yang membuat semua orang terkejut melihatnya. Termasuk Irina yang berdiri di dekat Evelina. Dada gadis itu naik turun dengan cepat menunjukkan berapa emosinya dirinya. "Apa kamu sedang merendahkan Aleksey-ku? Apa kamu tidak tahu seperti apa Aleksey yang aku sayangi? Jangan pernah menyamakan dirimu dengan Aleksey-ku. Karena kalian tidak akan pernah sama." Evelina tidak bisa menahan tangisnya. Dia pun berbalik dan bergegas berlari keluar. Saat laki-laki itu hendak keluar, Karl menahan bahunya. Tatapan tajam yang membunuh dilayangkan Karl ke arah laki-laki itu. "Bos, aku tidak ingin membuat keributan. Jadi aku akan keluar sebentar mengurus bocah sialan yang membua
“Bos, apakah tidak apa-apa membiarkan mereka bekerja di sini?” tanya Svetlana kepada Irina yang duduk di meja kasir.Tatapan Irina tertuju pada Evelina dan Karl yang sedang berjalan mondar-mandir dalam kafe untuk melayani pengunjung. “Tidak masalah. Lagipula mereka mendatangkan keuntungan untukku.” Irina tersenyum penuh arti.Svetlana memicingkan matanya ke arah sang bos. “Apa maksudmu mendatangkan keuntungan untuk mereka, Bos?”Irina menghela nafas berat. Kemudian tatapannya tertuju pada karyawannya itu. “Svetlana apakah kamu tidak menyadari jika pacarmu itu tampan? Kamu lihat banyak para gadis datang ke kafe ini untuk melihat ketampanan pacarmu.”Svetlana menoleh dan melihat Karl yang sedang meletakkan cangkir kopi di atas meja. Dia bisa melihat gadis yang dilayani itu memandang Karl dengan tatapan terpesona. Entah kenapa hal itu membuat Svetlana merasa sangat kesal.“Bos, bukankah menyebalkan memanfaatkan ketampanan pacarku untuk meningkatkan pengungjung kafe?” Svetlana tampak cem
“Tidak masalah. Karena sebenarnya kita berpacaran di dua dunia.” Svetlana menoleh dan seketika wajahnya berubah pucat saat melihat Karl berdiri tidak jauh darinya. Bibir laki-laki itu menyunggingkan senyuman. “A-apa yang membawamu kemari, Karl? Bagaimana dengan Stefan?” tanya Svetlana.“Stefan sedang bersama dengan ibumu.” Karl berjalan menghampiri Svetlana. Membuat gadis itu melangkah mundur. Namun dia tidak bisa melangkah terlalu jauh karena pantatnya menyentuh meja dapur. Karl yang sudah berada di dekat Svetlana langsung meletakkan kedua tangannya menyentuh meja dapur itu untuk memerangkap gadis itu. Svetlana yang gugup tampak kesulitan menelan ludahnya sendiri.“Kamu tidak akan menyakiti perasaanku karena sebenarnya aku adalah Ares, Svetlana. Atau aku harus memanggilmu Lucia?”Seketika Svetlana melotot kaget mendengar ucapan Karl. “Ka-kamu tahu jika aku adalah Lucia?”Karl menganggukkan kepalanya. “Ya, aku tahu.”“Sejak kapan?”“Sebenarnya aku sudah mulai curiga saat dulu kamu
Ares : Karena semalam tidak bisa bermain bersama, bagaimana jika malam ini?Svetlana membaca pesan itu dan mengela nafas berat. Pasalnya seharusnya semalam dia bermain game bersama dengan Ares. Tapi karena Karl berada di rumahnya sehingga gadis itu tidak memiliki kesempatan untuk bermain game. Gadis itu tidak tahu apakah dia bisa main bersama Ares malam ini atau tidak.Svetlana : Aku tidak bisa janji. Tapi jika bisa, aku akan menghubungimu.Ares : Apakah kamu sangat sibuk? Atau kamu sedang menjalin hubungan dengan seseorang? Sepertinya aku sulit sekali menghubungimu.Gadis itu langsung melotot membaca pesan itu. Dia tidak menyangka jika Ares akan menebak situasinya dengan tepat sasaran. Svetlana hendak membalas pesan dari kekasih dalam gamenya, tiba-tiba gadis itu kembali dikejutkan dengan pesan dari Ares yang baru saja masuk.Ares : Kamu mengatakan jika kamu tidak mau pacaran di dunia nyata. Tapi sekarang kamu justru pacaran di dunia nyata. Apakah kamu tidak menyayangiku lagi, Lucia?
Sedikit pelajaran yang dimaksud oleh Karl adalah membiarkan Ravil dan kedua anak buahnya berlari hanya dengan menggunakan celana pendek. Di belakang mereka ada enam anjing German Shepherd yang terlihat garang sedang mengejar mereka. Akhirnya Karl bisa mengeluarkan anjing peliharaan milik keluarga Matvey.Anjing German Shepheard memiliki indera penciuman yang tajam. Sehingga ketika Karl menyodorkan pakaian mereka ke hidung anjing dengan rambut berwarna coklat hitam itu, mereka akan terus mengejar orang yang memiliki bau yang sama. Mereka tidak akan berhenti sampai mendapatkannya. Karena itu ketika Ravil memutuskan untuk berbelok dan memisahkan diri dari anaki buahnya, tetap saja ada dua anjing yang mengejarnya. Karena dua anjing itu sudah menciu bau Ravil. Tentu saja pemandangan ini menjadi bahan tertawaan orang. Termasuk Zoya, Liev dan semua orang yang berada di kafe itu. Zoya tidak menyangka Ravil yang biasanya terlihat begitu arogan dan menampilkan penampilan terbaiknya sekarang b
Ravil tampak kesal karena perkiraannya meleset. Dia begitu senang saat Zoya mengatakan akan menemuinya. Tapi dia tidak menyangka jika Zoya tidak datang sendirian. Tidak hanya membawa Liev tapi juga membawa beberapa anggota mafia Zeno yang dipimpin oleh Valdo. Sebenarnya Zoya sendiri juga tidak tahu akan berakhir seperti ini. Dia juga terkejut saat melihat Liev datang bersama beberapa pria yang mengenakan setelan gelap.Zoya mencondongkan tubuhnya untuk berbisik di telinga Liev. "Apakah tidak masalah membawa banyak orang seperti ini? Mereka bahkan memenuhi kafe ini.""Tenang saja, aku sudah menyewa kafe ini. Jadi tidak masalah dengan pemilik kafe." Tatapan Liev tertuju pada Irina yang mengacungkan dua jempol tangannya. Setelah mengetahui jika Zoya akan menemui mantan suaminya yang berbahaya, Karl menyarankan Liev untuk menyewa kafe tempat Svetlana bekerja. Dengan begitu Karl juga bisa ikut mengawasi pertemuan itu. "Zoya, tidak bisakah kita membicarakannya di tempat yang lebih tenang