“Wah! Aku tidak pernah tahu kalau melihat pemandangan Moskow dari kapal ini sangat indah.” Kagum Natasha menatap pemandangan kota Moscow dari dalam kapal Flotila Radisson. Dinding-dinding kaca di dalam restoran itu memungkinkan mereka melihat pemandangan di luar kapal yang sangat indah.
Namun tatapan Leon justru tidak bisa teralihkan dari sang kekasih. “Sayangnya bagiku kau jauh lebih indah, Moy lev.”
Natasha menoleh dan sehingga tatapan mereka bertemu. “Berhentilah menggunakan kata-kata manis seperti itu, Leon. Kau membuatku merinding.”
“Merinding? Apakah kau kedinginan? Aku bisa memelukmu.” Leon melebarkan tangan kirinya. Sehingga Natasha bisa melemparkan dirinya ke dalam pelukannya kapanpun.
Natasha mende
Ahh... Leon gemesin banget. Chapter berikutnya persiapkan hati kalian ya. Karena akan ada adegan panas euy.... Sepanas hatinya Maryy #eeeaa.....
Tepat saat mereka masuk ke dalam kamar sebuah hotel, Leon tidak bisa menahan dirinya untuk mencium Natasha. Mendorong wanita itu hingga punggungnya menyentuh dinding yang dingin. Gairah liar membuat mereka gila dan tidak bisa menahan diri mereka lagi. Membutuhkan perjalanan panjang untuk kembali ke rumah Leon atau apartemen mungil Natasha. Sehingga menyewa kamar hotel terbaik adalah pilihan yang tepat. “Ngghhh…” lenguh Natasha ketika Leon menangkup kepalanya dan menelengkannya sehingga pria itu bisa memperdalam ciuman mereka. Kemudian kedua tangan Leon beranjak turun untuk membuka kancing terusan itu satu persatu. Setelah terlepas semua, Leon menggeser terusan itu dari kedua bahu Natasha hingga akhirnya terusan putih itu berada di sekitar kaki Natasha. Menemani jaket tebal Natasha yang sudah terlepas dari tangan wanita itu.
Natasha berbaring di samping Leon. Memeluk pria itu dan merasakan kehangatan yang membuatnya merasa nyaman. Sedangkan Leon menggunakan jemarinya memainkan rambut wanita itu. Memilinnya di antara jemarinya. “Mengapa kau mewarnai rambutmu, Moy lev? Kupikir kau lebih cantik dengan rambut pirang.” Leon mengamati rambut Natasha yang berwarna coklat. “Karena aku bukanlah boneka Barbie yang bisa dikagumi kapanpun.” “Boneka Barbie? Apakah seseorang menganggapmu seperti itu?” tanya Leon penasaran. Natasha menganggukkan kepalanya. “Ya. Dia selalu memuji rambutku membuatku merasa jijik saat mengingatnya.” “Apakah dia orang yang sama dengan orang yang membuat
Kelopak mata Leon bergerak sebelum akhirnya terbangun. Pria itu memicingkan matanya saat caha sinar matahari menyengat matanya. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya bisa beradaptasi dengan cahaya terang di kamar itu. Lalu Leon menyadari sesuatu. Dia tidak merasakan beban berat di bahu kirinya. Tangan kirinya menyentuh tempat kosong di sampingnya. Saat Leon menoleh, dia tidak menemukan Natasha di sampingnya. Bahkan bantal di sampingnya terasa sangat dingin. Segera pria itu menyibakkan selimut dan turun dari ranjang. Dengan hanya mengenakan celana pendeknya, Leon berjalan menuju kamar mandi. “Moy lev?” panggil Leon saat membuka pintu kamar mandi. Namun Leon tidak menemukan sang kekasih di dalam kamar mandi. Leon bergegas menghampiri ranjang. Dia mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja. Namun tatapan L
Enam tahun kemudian. Natasha duduk di kursi kayu di dalam sebuah ruangan. Dia melipat kedua tangannya di depan dada berusaha untuk tetap bersabar. Di hadapannya seorang wanita bertubuh gemuk terus saja mengomel tanpa henti membuat telinga Natasha terasa panas. Dia melihat penampilan wanita itu. Dengan terusan yang dibuat khusus untuknya serta berbagai perhiasan menempel di tubuhnya seperti toko berjalan. Membuat Natasha yakin wanita itu hanya wanita manja yang selalu mengandalkan uang suaminya. “Apa kau sudah selesai, Madam Zennatti?” tanya Natasha setelah melihat wanita berambut coklat itu berhenti berbicara dan tampak terengah-engah. “Aku sudah mengeluarkan pendapatku.” Wanita dari keluarga Zennatti itu membuang muka dengan begitu sombongnya.
Natasha menjatuhkan tubuhnya di kursi sembari menghela nafas berat. Dia memijat keningnya saat merasakan kepalanya mulai terasa pusing. “Kau terlihat lesu. Apa yang terjadi?” Natasha menoleh. Dia bisa melihat seorang wanita cantik berambut coklat muda duduk di sampingnya. Wanita berusia dua puluh delapan tahun itu bernama Iris Perrier. Dia adalah sahabat Natasha saat wanita itu melanjutkan studinya. Iris selalu membantu Natasha bahkan ketika wanita itu tidak memiliki tempat tinggal Iris menawarkan Natasha dan anak-anaknya untuk tinggal di rumahnya. Bahkan Iris juga membantu mengurus triplet. “Aku tidak percaya status ekonomi bisa membuat seseorang memperlakukan orang lain dengan berbeda.” Gerutu Natasha. “Tu
Leon meletakkan gelas wiski dengan keras di atas meja. Wajah tampan pria itu tampak sangat kesal. Setelah enam tahun berlalu, Leon banyak sekali berubah. Pria yang dulunya lebih menyukai pakaian kasual, sekarang dia jauh lebih sering mengenakan setelan berkualitas terbaik. Dulunya Leon tidak mempedulikan tatanan rambutnya. Berbeda dengan Leon sekarang yang selalu menyisir ke belakang dengan sangat rapi. Bahkan status Leon sudah berbeda. Dia tidak lagi putra dari pemimpin mafia Zeno. Tapi dia sekarang adalah pemimpin mafia Zeno. Sejak Natasha meninggalkannya, Leon meminta sang ayah untuk mengajari dirinya menjadi seperti ayahnya. Dengan perjuangan yang keras, Leon bisa mempelajari segalanya dan berhasil menjadi orang paling berkuasa di Moscow. Tapi tetap saja menjadi pemimpin mafia Zeno tidak bisa membuat Leon berbuat seenaknya sendiri.
Langkah kaki Natasha menginjak bandara Internasional Sheremetyevo setelah melakukan perjalanan selama hampir empat jam. Ini pertama kalinya sejak enam tahun yang lalu ketika Natasha meninggalkan negara ini. Tidak banyak yang berubah. Tapi rasa gugup Natasha tidak berubah. Terutama menyangkut Leon Matvey. “Ada apa, Natasha? Mengapa kau terlihat begitu gugup? Apa kau takut kembali kemari?” tanya Lucien berdiri di samping Natasha mengamati wanita itu. Natasha menggelengkan kepalanya. “Tidak ada apa. Aku sama sekali tidak gugup. Sebaiknya kau tidak perlu memperhatikan aku seperti itu, Monsieur Godard. Aku tidak ingin kita terlalu akrab.” Lucien menyentuh bahu Natasha. “Aku hanya mengkhawatirkanmu, Natasha.”
Leon berlari memasuki rumahnya. Saat mendengar kepala pelayan Stalin mengatakan ada tiga anak kembar dengan salah satunya mirip dengan Leon, membuat pria itu tidak mempedulikan apapun lagi dan segera pulang. Dia bahkan meminta Ivan untuk membatalkan pertemuan pentingnya dengan Lucien Godard. “Di mana mereka?” tanya Leon saat menghampiri pria paruh baya yang berdiri menunggunya. “Mereka kelaparan. Jadi saya mengantarkan mereka ke meja makan untuk makan siang.” Kepala pelayan Stalin menunjuk ke lorong yang menghubungkan dengan ruang makan. Segera Leon berlari menyusuri lorong itu. Langkahnya berhenti sampai di ujung lorong. Tatapannya tertuju pada tiga anak kecil berusia lima tahunan tengah bersemangat menikmati makanan mereka. Mendengar langkah kaki Leon, ketiga anak it