Share

Dua Puluh Satu

Penulis: Nannys0903
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-10 20:10:54

Angel menuruni anak tangga dengan santai dan tenang. Membusungkan dada dan mengangkat dagunya. Papa dan Rosa sudah duduk di kursi meja makan. Mereka terlihat biasa saja tak ada keakraban yang mereka tunjukkan. Tak ada perbincangan antara mereka. Sibuk dengan gawai masing-masing.

"Selamat pagi, Tiara," sapa Ros ramah. Ia tersenyum manis dan menarik kursi di sampingnya. Angel menatap kursi itu, ia enggan duduk bersebelahan dengan Ros. 'Baik sih, tapi,' ucapnya dalam hati. Seseorang yang terlihat baik belum tentu di belakang.

"Kenapa? Apa kamu pernah melakukannya?" Angel bertanya dengan santai. Ia mengunyah makanannya.

"Melakukan apa?" Ros mengernyit heran dengan ucapan kakak madunya.

"Apa,, ya? Memakan daging manusia atau membunuh." Angel tertawa. Wajah Ros berubah merah padam.

"Ros, maaf aku hanya becanda." Angel menghampirinya dan memeluk erat.

"Kau, maduku yang terbaik." Ucapan Angel menekan kata terbaik.

Angel dan Ros bercengkraman di ruang keluarga. Mereka tak melakukan kegiatan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rusmiati Tati
siapa rose sebenarnya 9?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan Saudara Kembar    Dua Puluh Dua

    "Hallo, Ada Apa?" Wajah Angel terkejut dengan ucapan si penelepon yang memberikan kabar buruk."Kamu serius?" "Betul Non. Kita lihat semua kejadiannya." "Di mana mereka?" "Akan saya share lokasinya.""Oke. Kalian tetap awasi. Kalau ada yang mencurigakan ikuti mereka." "Siap, Non!" Angel menutup panggilannya. Wajahnya memerah dan rahang mengeras. Tangan mengepal kuat. Apakah ia akan kalah. "Kurang ajar, aku kalah cepat dari mereka. Dasar penjahat!" geramnya dalam hati.Angel mendapatkan berita dari salah satu anak buah yang mengikuti suami Tiara. Antoni mengalami kecelakaan yang mengakibatkan ia tak sadarkan diri. Mobil masuk ke dalam jurang. Angel segera menganti pakaian. Meraih tas selempang di atas meja rias. Berdiri sejenak dan menoleh ke arah lemari. "Apa ini ada hubungan dengan kejadian tempo hari?" Angel berdiri tepat di depan pintu hendak mengetuk pintu kamar Ros. Tangannya tertahan di udara. Menurunkan perlahan dan mengurungkan untuk mengetuk pintu Ros. Ia putuskan p

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-10
  • Pembalasan Saudara Kembar    Dua Puluh Tiga

    Ardian menghela napas panjang. Ia tak tahu apa yang akan terjadi kemudian hari. Kondisi Antoni sangat kritis. Antara hidup dan mati.Semua takdir kematian hanya Tuhan yang tahu. Ardian hanya bisa membantu penyembuhan. "Antar aku melihat jenazah mama dan Yohana.""Apa kamu yakin?""Hei, aku ini Angel. Pasti kuat." "Baiklah. Nona Angel wanita perkasa." Angel membulatkan mata tak suka dengan ucapan lelaki itu. Angel mengikuti langkah dokter berkemaja biru dengan tangan menentang tas berisi alat medis ke bagian ruang mayat di lantai dasar paling pojok. Mungkin sebagian orang menatap pintu tersebut terasa horor akan tetapi tidak untuk Angel. Ia sangat berantusias masuk ke dalam ruangan tersebut. Ruang mayat terasa lebih dingin dibandingkan ruang lain. Brankar berjejer rapi di dalam. Semua mayat dalam keadaan tertutup kain putih. Dokter Ardian membuka selimut yang sudah berlumuran darah. "Mama ...." Tubuh mertua Tiara terbaring kaku penuh luka dan darah yang masih mengalir dan tak

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-10
  • Pembalasan Saudara Kembar    Dua Puluh Empat

    "Tiara, Papa tak percaya dengan pihak rumah sakit ini. Kita harus membawa mereka pulang. Biar Papa yang mengurus semuanya," ungkapnya. Wajah memerah dan rahang mengeras.Ros berdiri tak jauh darinya. Wajah basah akibat air mata yang menetas dikelopak mata dengan lensa coklat. Entah air mata asli atau hanya sandiwara saja. Kesedihan terlihat jelas di wajah cantik istri kedua Antoni. Angel melirik wanita itu memastikan kejujuran wanita itu. Papa mertua Tiara masih bersikeras untuk membawa mayat mereka. Angel menatap curiga keinginan lelaki paruh baya itu. "Pa, ini rumah sakit. Jangan berteriak. Banyak pasien lain yang terganggu," ucap Angel lembut menenangkan hati laki-laki berkacamata putih dengan bingkai emas. "Tiara, Papa gak mau jasad mama dan Yohana mereka yang tangani. Biar Papa yang melakukan tugas itu," mohonnya dengan nada memohon berharap Angel mengabulkan pintanya. Ia berpikir kalau ia berhak atas jasad itu mengapa mereka tak mengizinkannya pada

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-11
  • Pembalasan Saudara Kembar    Dua Puluh Lima

    Angel tak akan membiarkan papa mertua membedah dan menjual organ mereka. Walaupun, Angel belum mendapatkan bukti kuat.Angel mendapatkan ide, untuk segera memandikan jenazah dan mengkafani mereka agar papa mertua tak nekad membawa jasad mereka."Bagus lakukan dengan cepat dan halangi terus lelaki tua itu. Jangan sampai ia masuk ke mari!" perintah Angel. Ia geram menghadapi lelaki tua itu.Angel mendapatkan video percakapan papa dan Ros. Anak buah Angel menangkap basah mereka. Video berdurasi satu menit. Membuat Angel terkejut dengan mereka.Percakapan mereka membuat Angel sadar."Bagaimana, Pa? Mereka tak mengizinkan kita untuk membawa mereka," ucap Ros pada video tersebut."Padahal kita keluarganya. Keterlaluan sekali mereka!" Wajah papa geram."Lalu apa rencana kita selanjutnya."Papa mertua berpikir, ia memutar matanya."Kita tuntut rumah sakit ini. Biar mereka tak berani melawan kita.""Tuntut? Pa, mengugat mereka butuh waktu. Jasad m

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-11
  • Pembalasan Saudara Kembar    Dua Puluh Enam

    Seketika itu juga, Angel mengingatnya. "William, iya. Aku pernah melihat mata itu di taman. Dia William, mengapa ia kabur bertemu aku. Tunggu, Will tak suka naik mobil. Lelaki itu tidak bisa mengendarainya. Lalu dia siapa?" ucapnya dalam hati. Angel bingung tak mengerti.Angel memerintahkan supir pribadinya untuk kembali ke rumah. Di halaman rumah mertua Tiara. Will baru saja datang dengan sepeda motornya. Wajahnya panik dan matanya berair."Tiara! Apa benar mama telah tiada? Tiara katakan bahwa ini bohong." Will terus bertanya tanpa jeda. Suaranya bergetar menahan kesedihan. Angel menatap wajah lelaki itu sembab.Will membuka kacamatanya ia mengusap dengan sapu tangan miliknya. Angel terperangah, bentuk mata Will dengan lelaki yang berada di taman dan mengantarnya pulang berbeda.Mata Will agak cekung karena ia selalu mengunakan kacamata sedangkan lelaki itu tatapannya tajam."Ternyata, dia bukan Will. Siapa lelaki itu? Wajahnya mirip Will namun, sorot

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-11
  • Pembalasan Saudara Kembar    Dua Puluh Tujuh

    Angel mengutus anak buahnya untuk mengecek Bean di gedung Kerinci. Gedung lama yang tak terpakai akibat kebakaran. Angel mengutus lima orang anak buahnya. Hanya ingin mengecek keberadaan lelaki itu. Mereka akan mengawasi gerak-gerik Bean."Awasi dia dan rekam aksinya. Kita butuh bukti untuk menghukumnya," perintah Angel.Lima orang anak buah Angel telah siap. Mereka turun dari mobil dan bersembunyi di balik tembok."Kamu sebelah kiri bersama dia, aku kanan sama kamu dan kamu tunggu di sini. Pasang alat penyadap kalian," perintah salah satu dari mereka. Mereka memasang alat yang mereka bawa dan menempelkan di telinga untuk komunikasi tak lupa pelindung anti peluru.Gedung gelap gulita tak ada penerangan yang menerangi. Dengan langkah mengendap-endap mencari keberadaan Bean, pria misterius. Lelaki yang diduga pembunuh Tiara, kembaran Angel. "Pasang kacamata ultraviolet kalian!" ucap salah seorang di alat komunikasi. Mereka memakai kacamata agar dapat melihat dalam kegelapan. Bayangan

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-13
  • Pembalasan Saudara Kembar    Dua Puluh Delapan

    Angel mendapat kabar dari rumah sakit. Mimi diperbolehkan pulang. Di rumah yang besar ini, Angel masih bertahan untuk mendapatkan bukti. Begitu juga bukti kebiadaban Ros, ia masih satu atap dengannya.Angel tak berubah sedikitpun, ia tetap berkomunikasi dengan Ros. Walaupun, hatinya benci dan kecewa."Hai, Tiara. Sedang apa kamu di dapur?" Ros menyapa Angel. Ia hendak membuat kopi."Hai, Ros. Aku sedang membuat cappuccino. Kamu mau?" tawar Angel. Ia mengaduk pelan."Sejak kapan kamu suka cappuccino, Tiara."Ros memicingkan matanya. Ia tahu kalau Tiara tak suka kopi."Sejak hari ini." Angel tersenyum kepadanya lalu meminumnya perlahan. Pikirannya kembali jernih."Oo, aku kira ....""Aku hanya ingin mencicipinya. Ternyata enak dan harum." Angel membaca raut wajah Ros."Kalau kamu mau, akan aku buatkan.""Tidak terima kasih. Aku masuk dulu." Ros menaiki tangga. Angel melihat noda darah di punggung wanita itu."Sepertinya, ia gagal mencari mangsa. Rasakan kalian," ucapnya dalam hati. Ange

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-13
  • Pembalasan Saudara Kembar    Dua Puluh Sembilan

    "Papa, ingin bertemu dengan siapa? Mengapa bawa bunga?" tanya Angel memicingkan mata."Papa ... bukan urusanmu! Sudahlah, Papa telat." Papa mertua melewati Angel menuju lift. "Papa tunggu, Mimi Hilang!" Angel berharap Ronald membantu untuk menemukan teman dekatnya. "Hilang? Bagus kalau ia hilang. Papa gak perlu repot mengaji dan membiayai pengobatannya." "Astaga Papa! Mengapa berbicara begitu?""Uang papa habis membayar semua biaya rumah sakit pembantu itu dan juga biaya lainnya." "Dia bekerja dengan kita tentu saja kita yang bayar. Lebih baik aku lapor polisi." "Untuk apa kamu lapor polisi hanya buang waktu saja." Mengibaskan tangan ke udara. Ronald meninggalkan Angel tanpa memedulikan kekhawatirannya. Gadis itu mendengkus kesal menatap lelaki tua berkemeja putih."Mau ke mana dia bawa bunga segala. Dasar lelaki tua!" Tangan lentik Angel menekan nomor ponsel milik salah satu polisi. Melaporkan hilangnya Mimi di rumah sakit. Beberapa menit kemudian, petugas keamanan negara dat

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-13

Bab terbaru

  • Pembalasan Saudara Kembar    Ending

    Bab 88"Angel," sapa Tiara dengan suara tegas. Angelica menatap manik kembarannya. Ia bangkit dari duduk yang disediakan oleh petugas polisi untuk para pengunjung. Bagaimana bisa Tiara mengenalnya. "Angel? Aku Angelica." Wanita berparas manis tersenyum tipis. Bibirnya bergetar. Tak mungkin Tiara mengenalinya. Wajahnya saja tak seperti dulu lagi. "Kamu Tara, saudara kembarku. Aku yakin kamu Tara." "Siapa Tara. Siapa Angel?" Angelica berusaha untuk tenang. Ia tak boleh gegabah hingga Tiara curiga mimik wajahnya pasrah. "Tara kembaranku." "Loh, bukankah ia sudah kamu bunuh?" Tiara terdiam, ia ingat kejadian itu tapi penjelasan dari polisi membuat dirinya yakin kalau Angelica adalah Tara. "Ia tidak mati. Saudaraku masih hidup. Aku yakin itu kamu. Kamu adalah Tara." Suara Tiara meninggi, ia mengungkapkan apa yang dilihat dengan matanya sendiri. Walau wajahnya berbeda, ciri-ciri Angelica sama dengan Angel atau Tara. Ketika mereka berada di laut, Tiara merasa tak asing dan dekat d

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Tujuh

    Bab 87Luka Tiara sudah tak terlalu parah. Ia dapat berjalan seperti biasa. Para petugas berjaga di pintu masuk ruang inap Tiara. Mereka tetap mengawasi wanita itu. "Hai, bagaimana keadaanmu?" tanya Angelica menyapa Tiara. Ia membawa boneka beruang berwarna coklat. Tiara dan Lola mendapatkan izin khusus untuk keluar masuk ruangan Tiara. "Baik. Lebih baik." Tiara menyungingkan senyum. Ia menatap boneka di tangan wanita yang mengenakan dress coklat di atas lutut. Rambut panjangnya digerai indah hingga wajahnya semakin memesona. "Boneka ini?" tanya Tiara mengingat momen semasa kecil. Ia suka dengan boneka beruang. Entah ke mana boneka itu. Boneka pemberian almarhum ibunya. "Untukmu. Hanya ada warna ini tak ada yang lain." Tiara mencium aroma boneka berbau rosberry. Aroma yang ia sukai. "Dari mana kamu tahu aku menyukai boneka beruang dengan aroma rosberry?" "Hanya menebak saja. Tipe wanita sepertimu pasti suka boneka." Tiara hanya tersenyum simpul. Ia merasa ada teman dalam deka

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Enam

    Bab 86"Angelica!" panggil Lola melambaikan tangan. Gadis itu senang ketika teman barunya selamat. Angelica meletakkan tangan kanannya di bahu Tiara. Langkah Tiara terseok-seok. "Tolong bantu dia!" ujar Angelica kepada Lola."Ayo Non Tiara kita ke sana!" Tiara memilih diam, ia mengikuti langkah Lola ke sebuah tempat lebih aman. Lola melihat luka bakar Tiara. Ia segera berlari ke mobil dan mengambil kotak P3K. Lola menyobek celana panjang orange Tiara agar bisa melihat luka lebih jelas. "Astaga, lukanya terlihat parah. Kejam sekali pria itu." Tangan Lola mengunting celana panjang Tiara hingga ke paha. Tiara meringis ketika Lola menyentuh luka bakarnya. "Rumah sakit jauh, kita harus mengobatinya lebih dulu." Angelica berdiri dekat Lola, memperhatikan luka Tiara. Ia meringis melihat kulit Tiara melepuh seperti balon. "Aku kasih salep saja. Ini ada salepnya." Tiara tak berkata sepatah katapun. Ia hanya menatap kedua perempuan yang ada dihadapannya. "Ayo Nona kita ke mobil." L

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Lima

    Bab 85 Tubuh Angelica terjun ke dalam laut. Tangan dan kaki bergerak cepat mencari keberadaan sebuah mobil yang mulai tenggelam.Angelica menoleh ke sekitar, melihat bayangan hitam di kedalaman laut. Ia terus berenang menuju ke arah benda yang biasa di gunakan untuk menuju ke tempat lain dalam waktu singkat. "Tiara, bertahanlah!" ucapnya dalam hati. Tangan dan kaki berusaha mengapai mobil itu. Hingga ia berhasil mendekatinya. Angelica melihat isi mobil tak ada Tiara di dalamnya hanya ada bangku kosong tak berpenghuni.Ia melihat ke arah bagasi. Bisa jadi Tiara berada di dalamnya. Tangannya menyentuh pintu yang terbuka sedikit dan masuk ke dalam . Jari menyentuh tombol pembuka bagasi hingga seseorang keluar dari tempat itu. Tiara berusaha untuk berenang ke atas permukaan ketika mendapat cela. Angelica mengikuti tubuh adiknya hingga mereka berhasil muncul ke permukaan. Uhuk! Uhuk! Tiara menatap wanita yang berada dekat dengannya. Ia terkejut Angelica berusaha menolong. Padahal,

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Empat

    Bab 84 Angelica masih berusaha mencari keberadaan adiknya. Ia harus menemukan wanita itu sebelum Seno membunuh. "Ke mana lagi kita Nona?" tanya supir yang mengemudi di depan mereka. Sejak tadi hanya berkeliling saja tanpa tujuan jelas. "Jalan saja terus. Ikuti jalan ini hingga ke atas." Hanya ada satu jalan saja. "Baik, Nona." Pohon-pohon menjulang tinggi, jalan becek akibat hujan semalam. Tak ada rumah yang tinggal di daerah itu. Angelica dan Lola masih menatap jalan sekitar. Di kejauhan, Lola melihat sebuah mobil di antara pepohonan. Walau tak jelas benda itu berjalan menuju arah atas. "Lihat itu!" Tunjuk jari Lola. "Pak, kejar dia!" Jalan tanah dan bebatuan membuat kendaraan sulit untuk melaju. Kecepatan tak bisa ditambah lagi. Situasi dan keadaan tak mendukung. "Apa tak bisa cepat?" omel Angelica tak sabaran karena mobil Seno sudah tak terlihat. "Tidak bisa Nona. Jalannya hancur." Angelica hanya pasrah. Ia berpikir ke mana Seno membawa adiknya itu. "Seno pasti membawan

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Tiga

    Bab 83 Setelah Angelica bekerja sama dengan polisi mencari mobil milik Seno. Mereka semua mencari keberadaan mobil itu dengan bantuan para polisi daerah lain terutama polisi lalu lintas. Angelica dan Lola mengikuti para polisi di belakangnya. "Kayaknya kita lewat jalan biasa saja jangan jalan tol. Aku yakin Seno tak lewat situ." "Tapi, para petugas bilang Seno menuju ujung kota." Lola menimpali ucapan Angelica. "Gak semua CCTV terpasang di jalan. Kita jalan lewat biasa saja, Pak," ucap Angelica kepada supir. "Kenapa kamu gak bawa anak buah?" "Gak mungkin aku bawa mereka sedangkan aku masih tahap penyamaran. Mereka gak akan kenal wajahku." "Itulah manusia kalau terfokus dengan dendam," sindir Lola. "Memangnya kamu tak dendam dengan adikku?" "Aku biasa saja. Karena aku tahu dendam itu akan membuat petaka." Angelica merasa tersindir. Sejak pertama penyamaran hingga sekarang hatinya penuh dengan dendam. "Bagaimana kamu bisa memaafkan mereka?""Biarkan saja karma yang akan memb

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Dua

    Bab 82 "Api! Panas!" Seno melihat Tiara tak merasa iba. Baginya kesakitan Tiara adalah kebahagiaan yang hakiki, harus ia resapi hingga masuk ke dalam hati. Suara penuh penderitaan terasa indah di telinga Seno. Pria itu tertawa terbahak-bahak menatap kesakitan Tiara. Tubuh Tiara merasakan panas di sekitarnya. Tiara bagai kambing yang siap di bakar. Asap tebal mulai memenuhi rumah tua itu. Tak ada yang tahu apa yang terjadi. Mereka hanya tahu ada seseorang yang membakar di sekitar rumah tua itu. Seno merekam Tiara yang kepanasan akibat ulahnya. Ia terkekeh berkali-kali. Adegan demi adegan ia rekam hingga wajah kesakitan Tiara terekam sempurna. Hingga Seno tak menyadari pakaian Tiara dibagian kaki mulai terkena api. "Api!" Tiara menatap api menyentuh celananya. Kulitnya terasa melepuh. Pria itu mengambil air untuk memadamkan api tersebut. Belum waktunya Tiara mati. Wanita itu harus mendapat siksaan secara perlahan. Uhuk! uhuk! Tiara terbatuk-batuk menghisap banyak asap. Kedua m

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Satu

    Bab 81 Seno mengikat tubuh Tiara di kursi kayu. Ia menatap wajah cantik mantan istrinya. "Cantik doang tapi hatinya busuk," maki Seno dengan tatapan benci. Seno tak pernah menyangka kalau dirinya akan seperti ini hanya karena cinta. Tangan kekar Seno melayang di udara dan berakhir di wajah Tiara. Wanita itu terbangun, merasakan perih di pipi kanan. Rintihan kecil terdengar di bibir Tiara."Bangun Tiara!" Wanita yang terikat di kursi kayu dengan pakaian serba orange membuka mata perlahan. Ia tahu hidupnya akan berakhir di tangan sang mantan. "Seno." "Selamat datang putri tidur. Sudah waktunya kamu bangun." "Aku di mana?" "Di istana yang akan menjadi tempat paling indah untukmu." Seno menyeringai menatap mangsa yang tak akan bisa pergi lagi dari hidupnya. Sudah waktunya untuk mengakhiri semuanya. "Seno aku ...." "Sst! Diam Sayang. Jangan berbicara. Sudah waktunya kamu menikmati indahnya dunia ini. Tanpa ada rasa sakit sedikitpun." Tiara menatap wajah Seno, pria yang dulu san

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh

    Bab 80 Angelica menetap beberapa barang yang diperlihatkan oleh Seno. Wanita itu tahu benda apa itu. Angelica harus menghentikan kegilaan Seno yang semakin merajalela. Ia takut Tiara akan mengalami hal yang lebih parah. Rasa benci Seno akan adiknya begitu besar. Hingga pria itu nekad melakukan hal gila. Angelica tak ingin Seno terjebak lebih dalam. Ia ingin Tiara mendapatkan hukum setimpal atas perbuatannya. "Ya Tuhan, semoga saja tak terlambat." Angelica menatap ponsel berharap ia bisa mencegah kejadian itu. Seno berdiri di tempat yang tepat. Ia menunggu sesuatu terjadi di kantor polisi itu. Tubuhnya terbalut jaket hitam. Seno memandang tempat Tiara berada, wanita yang telah membuat hatinya terluka. Menatap jam tangan yang melingkar di lengan. "Satu, dua, tiga, duar!" Seno tersenyum licik ketika dua mobil polisi meledak hingga terbakar. Semua petugas keluar dari dalam kantor. Mereka mencoba memadamkan api dalam mobil. "Cepat singkirkan kendaraan lain!" teriak salah satu petuga

DMCA.com Protection Status