Keesokan harinya, Regan kembali mengajak Elektra pergi ke Panoramabrücke Sigriswil, dan Kleine Scheidegg tetapi Elektra menolak. Dia mengatakan harus bertemu dengan kliennya di Kleine Scheidegg. “Tidak bisa. Aku harus bertemu dengan klienku.”“Di mana kamu mau bertemu dengan klien-mu?” tanya Rega.Elektra tidak menjawab pertanyaan Regan. Pria itu pasti akan memaksa akan mengantrakannya jika tahu di mana dia pergi. Dia hanya ingin focus pada beberapa hal sebelum membahasnya dengan klien.Regan pergi terlebih dahulu, setelah memastikan pria itu pergi barulah dia berangkat. Saat berangkat ponsel Elektra berdering sebentar.“Nona, hati-hati.” Hanya itu pesan yang masuk dari Magno tapi Elektra tidak punya waktu untuk menghubungi Magno kembali.Elektra meringis saat tiba karena bertemu dengan Regan. Tujuan Elektra adalah Kleine Scheidegg.“Elektra? Apa yang kau lakukan di sini?” pekik Regan yang melihatnya, pria itu melangkah mendatanginya.“Menemui klien!” jawab Elektra sakadarnya.“Kenap
“Kenapa terkejut begitu?” tanya Elektra yang melihat raut wajah Regan tidak percaya. “Alasan dia meminta bertemu di Swiss karena tempat ini adalah persembunyiannya. Aku mengatakan kau asistenku untuk menyelamatkan nyawamu.”Mendengar penjelasan Elektra membuat Regan mengelus dadanya, dia tidak tahu menempel pada Elektra akan membahayakan dirinya.“Bukankah—““Pengacara membela orang tidak bersalah? Cih. Kau polos sekali, kau pikir pengacara hanya melakukan hal mulia seperti itu?”Regan tidak lagi bertanya, dia masih shock, bahkan kakinya hanya mengikuti Elektra. Dia ingat jika pria itu berbahaya, membuatnya semakin menempel. Melihat tingkah Regan, Elektra menghela napas kasar.“Mereka tidak akan membunuhmu. Kau pikir itu akan terjadi, jika mereka bertemu aku di sini? Setidaknya kau selamat,” seru Elektra membuat rongga dada Regan sedikit lega walaupun sedikit takut. “Sebaiknya kita kembali ke penginapan!”Saat kembali ke penginapan, Elektra merasakan ada yang berbeda di tempat itu. Di
Di dalam kamarnya, Elektra berpura-pura untuk tidur walau dia menyadari hal yang buruk mungkin akan terjadi. Meski begitu Elektra masih berupaya bersikap tenang. Dia sudah terbiasa dengan hal seperti itu. Elektra lalu berjalan ke arah koper yang di bawanya. Dibukanya pelan koper besar itu dengan kode khusus. Ternyata di dalam kopernya Elektra masih menyimpan kotak penyimpanan lain dan juga kotak itu dilengkapi dengan kode khusus untuk membukanya. Elektra tampak sangat hafal dengan semua barang miliknya. Tangannya cekatan membuka kotak kecil di dalam kopernya. Elektra tersenyum kecil saat dia melihat pistolnya aman di sana.Diambilnya senjata Baretta mungil miliknya. Elektra memang membawa pistol yang kecil tapi jangan diragukan kemampuannya. Pistol sekecil itu bisa membunuh dan melakukan pertempuran jarak dekat dan terbukti sangat efektif.“Untung saja aku tidak melupakannya,” ucap Elektra membatin.Elektra lantas menyelipkan pistol itu ke balik bajunya. Dia lalu membawa beberapa pi
Elektra semakin panik saat suara ketukan pintu itu semakin kencang diiringi oleh suara pria yang sangat ia kenal. Ia memaksa otaknya agar berpikir keras untuk mencari tempat persembunyian untuk mereka dan berusaha menyembunyikan jasad-jasad yang telah ia bereskan."Di mana aku harus menyembunyikan mereka?""Ya Tuhan, tolong bantu aku." Elektra menggigit kukunya yang sedikit panjang. Mulutnya tak henti-hentinya bergumam dan bertanya kepada dirinya sendiri dengan nada pelan.Elektra mengedarkan pandangannya. Mencari tempat teraman agar Regan tidak pernah akan tahu semua yang telah ia lakukan. Ia tak akan yakin jika Regan tidak terkejut jika melihat mayat yang tergeletak tak bernyawa di atas lantai dingin itu.Mata Elektra berhenti menatap sekelilingnya saat melihat lemari besar yang berada di samping tempat tidurnya. Ia mencoba mengimbang-nimbang idenya kali ini."Apakah dibalik lemari besar itu aku bisa menyembunyikan mereka?"Elektra berlari kecil menghampiri lemari besar yang ada di
Elektra menghela nafasnya. Mendengar semua kalimat yang diucapkan Regan kepadanya membuatnya hanya bisa membisu. Namun ia sedikit lega karena Regan hanya bercerita tentang itu saja dan tidak mencoba menganalisa semuanya. Regan merupakan pria yang sedikit polos menurut Elektra. Bahkan pria itu tidak menyadari apapun yang telah terjadi kepada mereka di rumah ini. Elektra tersadar dari lamunannya saat Regan menepuk pelan bahunya. "Ayo kita pergi dari sini. Sepertinya mereka semua tidak memeriksa gudang ini," ucap Regan kepada Elektra. Ia mendekatkan wajahnya pada telinga Elektra hingga membuat Elektra sedikit terkejut dengan tindakannya itu. Elektra mengangguk setelah otaknya dapat mencerna dengan baik. Ia membiarkan tangan Regan menarik kembali lengannya dan berjalan perlahan untuk menuju pintu gudang. Berjalan dengan kepala yang menunduk agar bayangan mereka tidak terlihat oleh para preman yang masih berkeliaran di depan gudang itu. Elektra yang tidak tahan dengan semua debu yang i
Jason menyuruh beberapa anak buahnya untuk membawa tubuh Regan yang sudah babak belur ke ruang sakit terdekat. Pria itu langsung pingsan setelah beberapa menit Jason datang ke tempat lokasi. Setelah memastikan Regan mendapatkan perawatan, Elektra pergi menemui Jason. Setelah kejadian menimpanya, Jason begitu santai bahkan menikmati wine. Amarah yang sejak tadi berusaha untuk diredam melihat Jason yang sangat dia melangkah mendekat. “Kau sudah melihat pria itu?” Namun bukan jawaban yang didapatkan oleh Jason tapi sebuah pukulan membuat semua anggota di dalam ruangan tersentak kaget, selama 1 tahun bersama Elektra jelas mereka sudah mengenal sikap Putri Ankara yang meledak-ledak dengan mendadak. Melihat sikap Elektra seperti itu, mereka sudah paham jika ada yang tidak disukai oleh Putri Ankara itu, dan itu pasti ulah Jason. Dari segala hal yang terjadi, Jason yang akan mendapatkan luapan kekesalan Elektra. “Get out, now!” bentak Elektra membuat seluruh anggota keluar menyisakan dia
Keluar dari ruangan, mood Elektra benar-benar jelek. Bahkan beberapa anggota yang ada di luar, menundukan kepala tidak ada yang berani menatap wajahnya. Padahal Elektra hanya satu tahun berada dalam bimbingan Jason tapi sikapnya benar-benar melebihi mereka yang telah lama di organisasi. Bisa dikata, Elektra adalah terebosan baru yang benar-benar sadis, akan jadi mesin pembunuh jika focus di organisasi.Elektra berniat untuk menjenguk Regan dan melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana perkembangan kondisi kesehatan Regan sekarang."Mau aku antar ke rumah sakit?" tanya Magno. Ia sudah siap dengan setelan pakaiannya untuk mengantar Elektra ke rumah sakit."Nggak perlu. Aku sendiri saja ke sana," sahut Elektra menghentikan langkahnya.Elektra memanaskan mesin mobil dan menyuruh penjaga rumah untuk membukakan pagar."Yakin? Kalau mereka kembali mengincarmu kembali bagaimana?" tanya Magno dengan cemas. Ia tak ingin kembali lengah dalam menjaga Elektra. Cukup sudah kemarin saja ia mem
Elektra baru saja tiba di airport Leonardo da Vinci. Beberapa pengawal pribadi menyambutnya. Bukan pengawal, anggota Ankara tapi benar-benar pengawal yang direkrut langsung olehnya. “Apa Ayah tahu kedatanganku Magno?” tanya Elektra. “Tidak. Jason lebih dulu kembali karena permintaan dari Tuan Ankara. Sepertinya ada hal penting yang akan mereka bicarakan.” “Ya sudah. Kita kembali ke mansion, saja. Aku ingin istirahat tanpa mendapatkan gangguan,” seru Elektra sambil masuk ke dalam mobil. Jason memang terlihat buru-buru saat dia meninggalkan pria itu untuk menemui Regan di rumah sakit. “Apa terjadi sesuatu di markas?” “Tidak!” “Perusahaan?” “Tidak juga Nona.” “Terus kenapa Jason—“ Elektra jelas penasaran dengan tingkah Jason. Namun dia tidak bisa menanyakan secara langsung apa yang terjadi. “Sepertinya sesuatu yang lain. Mungkin Nona bisa menanyakan langsung pada Tuan Jason,” ucap Magno. Helaan napas kasar terdengar. Keadaan mansion tampak sepi, tidak terlalu banyak pengawal y
Vero yang baru tiba di kantor menghamburkan seluruh barang-barang di atas mejanya. Dia memekik membuat sang asisten masuk ke dalam ruangannya.“Keluar,” bentak Vero.Tangan Vero mengepal erat, melihat bagaimana Arsen mencium Elektra. Dia bahkan tidak pernah mendapatkan sentuhan dari suaminya tapi wanita yang baru dikenal itu mendapatkannya.“Elektra sialan,” umpatnya sambil melemparkan ponsel sembarang arah. “Berani sekali wanita itu. Berani sekali dia tersenyum seperti itu,” geram Vero.Suara barang-barang yang dibanting terdengar hingga keluar tapi tidak ada yang berani mendekat kea rah ruangannya. Mereka sudah tahu bagaimana sikap Vero jika marah.Namun berbeda dengan Elektra yang tengah santai di dalam mobil Arsen, wanita itu seakan tidak terjadi apa-apa. Arsen sesekali melirik ke arah wanita disampingnya.“M-maaf jika saya membuat Anda tidak nyaman,” seru Arsen membuka suara.“No problem. Aku yakin Anda melihatku karena wajahku mirip dengan Alika.”“M-maaf.” Elektra tersenyum men
Vero yang baru tiba di kantor menghamburkan seluruh barang-barang di atas mejanya. Dia memekik membuat sang asisten masuk ke dalam ruangannya.“Keluar,” bentak Vero.Tangan Vero mengepal erat, melihat bagaimana Arsen mencium Elektra. Dia bahkan tidak pernah mendapatkan sentuhan dari suaminya tapi wanita yang baru dikenal itu mendapatkannya.“Elektra sialan,” umpatnya sambil melemparkan ponsel sembarang arah. “Berani sekali wanita itu. Berani sekali dia tersenyum seperti itu,” geram Vero.Suara barang-barang yang dibanting terdengar hingga keluar tapi tidak ada yang berani mendekat kea rah ruangannya. Mereka sudah tahu bagaimana sikap Vero jika marah.Namun berbeda dengan Elektra yang tengah santai di dalam mobil Arsen, wanita itu seakan tidak terjadi apa-apa. Arsen sesekali melirik ke arah wanita disampingnya.“M-maaf jika saya membuat Anda tidak nyaman,” seru Arsen membuka suara.“No problem. Aku yakin Anda melihatku karena wajahku mirip dengan Alika.”“M-maaf.” Elektra tersenyum men
Hotline berita begitu menarik banyak perhatian public. Di mana mereka menulis jika Elektra membela seorang pelaku dengan menjadi pengacaranya.“Tch. Sudah kuduga akan seperti ini,” gerutu Elektra kemudian menyambar remote dan mematikannya.Magno baru saja masuk dengan wajah yang sulit untuk diartikan. “Kita ke kantor.”“Banyak reporter di sana.”“Kau tidak bisa menangani mereka, huh?”Melihat raut wajah Magno dia bisa tahu jawabannya. “Aku tidak akan mati hanya karena mereka, ayo kita ke kantor,” ucap Elektra.Saat tiba di parkiran mata Elektra tertuju pada Regan yang berdiri di samping mobil. Magno pun terkejut dengan kehadiran pria itu.“Apa yang kau lakukan di sini?”“Aku mengkhawatirkanmu, aku melihat berita dan datang. Kau tidak membalas pesan ataupun mengangkat telponku.”Elektra baru ingat dia tidak memang ponselnya. “Kau mau ke kantor?” Regan lagi-lagi bertanya. “Ikut denganku di dalam mobil, mereka pasti akan mengenali mobilmu tapi mereka tidak akan mencegah mobilku masuk,” t
Arsen benar-benar tidak bisa terima jika ada pria lain yang mendekat pada Elektra. Keinginannya mendekati Elektra berubah menjadi obsesi.“Enak ‘kan? Aku tebak kau tidak pernah merasakan nasi goreng seperti ini,” seru Regan. “Mau lagi?” Regan kembali menyendok nasi miliknya dan menyuapi Elektra. Lagi-lagi Elektra membuka mulutnya menerima suapan dari Regan.Mungkin banyak yang mengira jika keduanya adalah sepasang kekasih yang tengah berkencan.Di saat bersamaan, sebuah ponsel di atas meja berbunyi menampilkan sebuah pesan. Melihat pesan yang dikirimkan padanya membuat pria itu mengerutkan kening, sesaat kemudian menghubungi yang mengirimkan pesan padanya.“Pergi dari sana. Jangan ganggu dia, jangan sampai ketahuan.”“Baik Tuan.”Saat menerima pesan dari anak buahnya, Ankara memejamkan mata. Kemudian menghubungi satu nama di ponselnya. “Tolong cari informasi mengenai seseorang untukku,” serunya kemudian mematikan panggilan tapi mengirimkan satu foto.“Kau tidak akan menolak sepiring n
Dari kejauhan terlihat pria yang tadi mengirimkan pesan pada Elektra, dia tersenyum sambil melambaikan tangannya ke arah wanita yang dilihatnya baru saja keluar dari pintu lift menuju basement kantor.“Kau mengajakku keluar karena ingin membayar hutangmu?”Regan segera menganggukan kepala. “Ya, dan juga ingin merayakan denganmu karena diterima menjadi pengacara di sini,” jawab Regan jujur.“Ayo,” seru Regan membukakan pintu mobilnya. “Maaf, mobil saya tidak seperti mobilmu,” ucap Regan saat masuk ke dalam mobil.Elektra bahkan tidak mempermasalahkan itu, apalagi bau parfum menyengat, tidak buruk menurutnya. Wanginya menenangkan dengan aroma kayu.Tidak ada ekspresi di wajah Elektra saat masuk ke dalam mobil. “Apa kau tidak suka dengan mobilku? Kita bisa—““Tidak. Ayo pergi saja,” bantah Elektra menenangkan Regan yang terlihat sedikit segan dengan sikapnya.H
Elektra mengumpati dirinya yang saat ini tengah duduk di dalam mobil sambil memperhatikan seseorang dari dalam mobil. Magno yang ada disampingnya pun menatap dengan penuh tanya, mengenai apa yang dilakukan oleh sang nona.Mata Elektra tertuju pada pria yang berada di dalam restoran, beberapa saat kemudian pria itu beranjak dari restoran tersebut. Dia berjalan santai menuju parkiran dan menyadari jika hari sudah sore. Buru-buru ia mengemudikan mobilnya meninggalkan tempat itu.Tanpa disadari—Elektra yang bersembunyi di dalam mobilnya kini membuntuti Regan. Ternyata dia juga penasaran terhadap laki-laki itu karena selalu mengajaknya bicara.“Kau tertarik dengannya?” Magno barulah membuka suara. Lirikan tajam dari Elektra terlihat, “Okay. Aku tidak akan bertanya lagi,” lanjutnya.Seram juga menanyakan hal seperti itu pada Elektra. Namun, dia suka jika Elektra menunjukan sikap seperti itu.Magno sengaja memberi jarak yang
"Hai, tu— tunggu." Regan mencoba menahan Elektra agar tidak pergi.Sayangnya, wanita itu tidak ingin bicara dan langsung mengemudikan mobilnya meninggalkan Regan."Ah, sial!" umpat Regan karena lagi-lagi dia gagal mengajak Elektra bicara. “Padahal dia ingin mentraktirnya.”Dia pun memilih pergi dari Firma Hukum Lyosa karena masih ada perut kelaparan yang harus diberi makan. Regan lantas mengemudikan mobilnya menuju sebuah restoran terdekat.Lagi-lagi kedatangan Regan di restoran tersebut mengundang perhatian orang-orang sekitar. Ketampanannya memang telah diakui banyak orang. Namun, Regan sendiri bingung mengapa Elektra sama sekali tidak tertarik padanya? Bahkan setelah mereka bertemu beberapa kali."Ck! Aku sungguh tidak nyaman ditatap oleh mereka seperti itu," celetuk Regan seraya memasuki restoran.Walaupun begitu, dia tidak berniat untuk mencari tempat makan yang lainnya. Regan sengaja memilih tempat duduk di sudu
Kamar yang tertata rapi, deretan buku-buku hukum ada di dalam membuat kamar tersebut sesuai dengan pemilik kamar. Sederhana tapi sangat bersih."Bangun, Regan. Katamu ada acara hari ini?" Seorang wanita berkata lembut setelah membuka korden jendela kamar putranya."Iya, Ma," jawab laki-laki itu seraya berkedip cepat.Dia ingat sekali jika hari ini akan ada interview bagi orang-orang yang sudah mendaftar di Firma Hukum Lyosha. Seketika Regan bangun dengan penuh semangat dan ingin segera diwawancarai, sekaligus berharap bisa bertemu pengacara cantik lagi di sana."Aku mandi dulu ya, Ma," pamit Regan."Iya, Sayang," sahutnya.Begitu Regan masuk kamar mandi, wanita paruh baya itu langsung membereskan tempat tidur sang putra. Kemudian—menyiapkan sarapan dan melakukan aktivitas yang lain.Berhubung sudah hampir terlambat, Regan mempercepat proses mandinya dan segera memakai baju se-rapi mungkin. Dia berdiri di depan cer
Elektra lagi-lagi terbangun melihat ruangan yang berbeda. Ruang kamar dengan cat berwarna abu. “Sial. Kenapa aku tidak sadar jika dia menggendongku pulang,” gerutu Elektra sambil mengacak rambut. Setelah merasa nyawanya terkumpul, Elektra turun dari tempat tidur, dia mencari keberadaan Magno tetapi tidak menemukan pria itu di manapun. Namun, sarapan pagi berada di atas meja membuatnya segera menyantapnya. “Ke mana perginya, dia? Bukankah ini masih pagi?” tanya Elektra sambil mencari letak jam, dia ingin tahu saat ini pukul berapa. Namun saat dia melihat jam, begitu terkejut dirinya. “Astaga. Apa aku tidur selama itu?” tanya Elektra. Jam telah menunjukan pukul 3 sore. Sesaat Elektra terdiam. “Makanannya masih hangat, apa dia pulang dan membuatkanku makanan?” Elektra tersadar mengenai hal itu. Setelah menyelesaikan makannya, Elektra bergegas membersihkan diri. Di dalam kamar tersedia pakaian ganti untuknya. “Dia selalu tahu, fash