Elektra baru saja tiba di airport Leonardo da Vinci. Beberapa pengawal pribadi menyambutnya. Bukan pengawal, anggota Ankara tapi benar-benar pengawal yang direkrut langsung olehnya. “Apa Ayah tahu kedatanganku Magno?” tanya Elektra. “Tidak. Jason lebih dulu kembali karena permintaan dari Tuan Ankara. Sepertinya ada hal penting yang akan mereka bicarakan.” “Ya sudah. Kita kembali ke mansion, saja. Aku ingin istirahat tanpa mendapatkan gangguan,” seru Elektra sambil masuk ke dalam mobil. Jason memang terlihat buru-buru saat dia meninggalkan pria itu untuk menemui Regan di rumah sakit. “Apa terjadi sesuatu di markas?” “Tidak!” “Perusahaan?” “Tidak juga Nona.” “Terus kenapa Jason—“ Elektra jelas penasaran dengan tingkah Jason. Namun dia tidak bisa menanyakan secara langsung apa yang terjadi. “Sepertinya sesuatu yang lain. Mungkin Nona bisa menanyakan langsung pada Tuan Jason,” ucap Magno. Helaan napas kasar terdengar. Keadaan mansion tampak sepi, tidak terlalu banyak pengawal y
Elektra tidak masuk ke kamar, dia keluar mansion. Magno yang masih berada di halaman melihat Elektra yang baru saja keluar.“Nona—“Satu pukulan yang didapatkan Magno dari Elektra bahkan pria itu tidak tahu alasan sang nona memukulnya.“Kau tahu jika Ayah dan Jason terlibat dalam kecelakaanku?” tanya Elektra penuh emosi. Kekecewaan serta kemarahan Magno lihat di netra Elektra bahkan todongan senjata kini berada tepat di kepala pria yang telah dipercayanya.Beberapa anak buah Ankara yang berada di sana tidak berani ikut campur, apalagi melihat Elektra yang menodongkan pintol pada Magno.“Maaf!”“Maaf? Kau baru minta maaf sekarang setelah aku tahu kebenarannya, Magno?” Suara Elektra meninggi. “Kenapa? Apa kau bosan bekerja denganku? Jika iya, kembali ke mereka saja!” Elektra menurunkan senjata dan mengeser Magno yang menghalangi jalannya.Magno berbalik, dia menarik pegelangan tangan Elektra. “Tidak. Aku masih ingin bekerja padamu.”“Lalu, kenapa kau menyembunyikan fakta yang paling aku
Elektra dan Magno sudah tiba di arena balap motor. Mereka pergi menuju ke tempat tersebut dengan menggunakan motor milik Magno. Keduanya berada di sana bersama dengan beberapa orang lainnya, yang juga hendak melakukan balap motor bersama mereka.“Apakah mereka semuanya adalah teman-temanmu?” tanya Elektra berbisik di telinga Magno, ketika dirinya melihat sekumpulan lelaki di sana.“Tidak, tidak semuanya. Hanya pria berjaket cokelat saja yang merupakan temanku,” ungkap pria itu.“Oh … oke.”“Ayo ikut denganku, supaya aku bisa mengenalkanmu padanya,” ajak Magno.Elektra pun mengikuti asistennya, yang sudah berjalan terlebih dahulu mendekati temannya itu.“Hi, Alex!” sapa asisten Elektra itu, saat temannya sedang berbincang dengan para pembalap lainnya.“Hi, Magno!” balas pria berambut cokelat itu. “Kau sudah tiba kembali di Italia?” tanyanya saat melihat keberadaan Magno di arena balap.“Ya, aku baru saja tiba di Italia pagi tadi,” terangnya.“Senang bisa bertemu denganmu kembali,” ujar
Setelah mereka tiba di rumah sakit, Magno hendak menghubungi Ankara untuk mengabarkan padanya bahwa wanita itu baru saja mengalami kecelakaan, saat tengah melakukan balap motor dengannya.Pria itu kini sedang menempelkan benda pipih berbentuk persegi panjang di telinganya, menunggu hingga Ankara menerima panggilan telepon darinya.Ankara yang pada saat itu sedang terlelap tidur pun terbangun saat mendengar suara dering ponselnya. Pria itu segera meraih telepon genggamnya yang berada di atas nakas, untuk menerima panggilan telepon tersebut."Halo, ada apa kau meneleponku malam-malam begini, Magno? Apakah ada hal yang sangat penting yang hendak kau sampaikan padaku, sehingga membuatmu menghubungiku di waktu istirahat seperti ini?" tanya Ankara merasa kesal karena waktu istirahatnya terganggu."Maaf, Tuan, jika saya sudah lancang menghubungi Tuan pada saat tengah malam seperti ini," ujar Magno merasa tak enak hati pada Ankara."Cepat katakan, apa yang hendak kau sampaikan padaku, sebelum
Magno mengikuti langkah kaki Elektra yang baru saja kembali dari rumah sakit. Dia tidak berani bertanya apapun apalagi mood wanita itu sedang buruk. Elektra melangkah sedikit pincang, serta tangan tengah kiri di perban.Deringan ponsel Magno terdengar, itu bukan dari nomor yang biasa dipakai melainkan di nomor pribadi, membuatnya mengecek siapa yang menghubunginya di nomor pribadi.“Matikan saja ponselmu, jangan mengangkatnya. Aku tahu Ayah pasti akan menghubungi ke nomor pribadimu,” ucap Elektra sambil duduk.“T-tapi—” Belum selesai Magno berkata, Elektra menatap ke arahnya.“Tuan Ankara pasti–”“Kau bekerja untukku Magno bukan untuk Ayah jadi kau harus ikuti perintahku bukan perintahnya. Jika kau menuruti apa yang dikatakan Ayah, pergi saja pada Ayah kembali menjadi anggota organisasi.”Magno hanya terdiam dia tidak berani menjawab perkataan dari Elektra apa yang dikatakan oleh Elektra memang benar jika dia bekerja untuk Elektra bukan untuk Ankara tetapi dia tahu jika Ankara pasti s
Magno terdiam mendengar apa yang baru saja dikatakan Elektra dia pun benar-benar terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh wanita di hadapannya itu.Memang dunia yang mereka pijaki berbeda dengan masyarakat biasa. Bahkan kadang tidak bisa dimengerti oleh orang lain. Namun, disatu sisi ada benar juga tapi di sisi lain, Elektra yang terkhianati. Ayah yang harus melindungi, memilih untuk membunuh bayi putrinya sendiri demi kepentingannya.Elektra terkekeh sesaat saat melihat raut wajah Magno yang sudah bisa dipastikan asistennya itu pasti setuju mengenai hidupnya yang cukup tragis.“Jangan pasang wajah seperti itu, No. Aku tidak ingin kau kasian dengan hidupku ini. Hahaha … benar-benar lucu.” Elektra tertawa, sedang Magno hanya menganggukan kepala.“Bisakah kau mengambilkan bir? Aku benar-benar sangat ingin minum saat ini sekarang.” Elektra memerintahkan Magno untuk mengambil minuman alkohol di kulkas dia benar-benar ingin mabuk.Walaupun masih terkejut dengan apa yang dikatakan Elektra
Magno melihat ke arah Jason. “Bagaimana jika kau menemaniku menghabiskan bir ini,” komentar Jason pada Magno.Tatapan Magno begitu datar tidak memberikan komentar tetapi mengikuti apa yang dikatakan oleh Jason dia ikut menghabiskan sisa diri yang ada di atas meja.“Mungkin cara Ankara salah, kuakui itu tapi hanya itu cara membuat Elektra menerima jati diri serta punya ambisi agar tidak ada yang bisa semena-mena padanya. Dia cukup baik, bahkan lemah lembut. Hanya ada satu cara mengikis dan menghilangkan itu semua, dengan menghilangkan bayi yang ada di dalam kandungannya. Memang seperti tidak punya perasaan tapi hanya itu cara satu-satunya.Itu juga jalan satu-satunya untuk melindungi jika ada yang tahu pewaris Lysander masih hidup di luar sana tanpa jangkauan Ankara. Dunia yang dipilih oleh Ankara itu benar-benar sangat gelap. Sama halnya dengan orang tuamu yang melindungimu dengan keprotektifan. Hanya saja, cara Ankara berbeda dengan orang tuamu.”Magno mendengarkan apa yang dia katak
Sepanjang jalan Elektra menggerutu mengenai apa yang dikatakan oleh Ankara.“Menyebalkan sekali! Berani sekali dia mengatakan jika memiliki hak atas diriku,” gerutu Elektra dalam mobil.Magno yang sejak tadi membawa mobil melirik ke arah Elektra. “Kita akan ke mana, Nona?” tanya Magno karena sejak tadi Elektra tidak mengatakan mereka harus pergi ke mana, wanita itu hanya mengatakan jalan dan berkelilingi.“Apa kau membawa pasporku?” tanya Elektra.“Ya. Aku selalu membawa paspormu kemanapun kita pergi,” jawab Magno.“Jika seperti itu, kita ke Indonesia sekarang juga,” titah Elektra membuat Magno terkejut.“Sekarang? Kenapa harus sekarang? Ini sangat mendadak. Aku belum mempersiapkan segala hal yang akan kita bawa ke Indonesia,” komentar Magno.“Memangnya kita harus mempersiapkan apa? Kita bisa membelinya saat di sana. Aku tidak ingin bertemu dengan Ayah saat ini.”Walaupun Magno, tidak ingin pergi tetapi dia harus mengikuti apa yang dikatakan Elektra, ia pun segera memutar mobil menuju