Elektra semakin panik saat suara ketukan pintu itu semakin kencang diiringi oleh suara pria yang sangat ia kenal. Ia memaksa otaknya agar berpikir keras untuk mencari tempat persembunyian untuk mereka dan berusaha menyembunyikan jasad-jasad yang telah ia bereskan."Di mana aku harus menyembunyikan mereka?""Ya Tuhan, tolong bantu aku." Elektra menggigit kukunya yang sedikit panjang. Mulutnya tak henti-hentinya bergumam dan bertanya kepada dirinya sendiri dengan nada pelan.Elektra mengedarkan pandangannya. Mencari tempat teraman agar Regan tidak pernah akan tahu semua yang telah ia lakukan. Ia tak akan yakin jika Regan tidak terkejut jika melihat mayat yang tergeletak tak bernyawa di atas lantai dingin itu.Mata Elektra berhenti menatap sekelilingnya saat melihat lemari besar yang berada di samping tempat tidurnya. Ia mencoba mengimbang-nimbang idenya kali ini."Apakah dibalik lemari besar itu aku bisa menyembunyikan mereka?"Elektra berlari kecil menghampiri lemari besar yang ada di
Elektra menghela nafasnya. Mendengar semua kalimat yang diucapkan Regan kepadanya membuatnya hanya bisa membisu. Namun ia sedikit lega karena Regan hanya bercerita tentang itu saja dan tidak mencoba menganalisa semuanya. Regan merupakan pria yang sedikit polos menurut Elektra. Bahkan pria itu tidak menyadari apapun yang telah terjadi kepada mereka di rumah ini. Elektra tersadar dari lamunannya saat Regan menepuk pelan bahunya. "Ayo kita pergi dari sini. Sepertinya mereka semua tidak memeriksa gudang ini," ucap Regan kepada Elektra. Ia mendekatkan wajahnya pada telinga Elektra hingga membuat Elektra sedikit terkejut dengan tindakannya itu. Elektra mengangguk setelah otaknya dapat mencerna dengan baik. Ia membiarkan tangan Regan menarik kembali lengannya dan berjalan perlahan untuk menuju pintu gudang. Berjalan dengan kepala yang menunduk agar bayangan mereka tidak terlihat oleh para preman yang masih berkeliaran di depan gudang itu. Elektra yang tidak tahan dengan semua debu yang i
Jason menyuruh beberapa anak buahnya untuk membawa tubuh Regan yang sudah babak belur ke ruang sakit terdekat. Pria itu langsung pingsan setelah beberapa menit Jason datang ke tempat lokasi. Setelah memastikan Regan mendapatkan perawatan, Elektra pergi menemui Jason. Setelah kejadian menimpanya, Jason begitu santai bahkan menikmati wine. Amarah yang sejak tadi berusaha untuk diredam melihat Jason yang sangat dia melangkah mendekat. “Kau sudah melihat pria itu?” Namun bukan jawaban yang didapatkan oleh Jason tapi sebuah pukulan membuat semua anggota di dalam ruangan tersentak kaget, selama 1 tahun bersama Elektra jelas mereka sudah mengenal sikap Putri Ankara yang meledak-ledak dengan mendadak. Melihat sikap Elektra seperti itu, mereka sudah paham jika ada yang tidak disukai oleh Putri Ankara itu, dan itu pasti ulah Jason. Dari segala hal yang terjadi, Jason yang akan mendapatkan luapan kekesalan Elektra. “Get out, now!” bentak Elektra membuat seluruh anggota keluar menyisakan dia
Keluar dari ruangan, mood Elektra benar-benar jelek. Bahkan beberapa anggota yang ada di luar, menundukan kepala tidak ada yang berani menatap wajahnya. Padahal Elektra hanya satu tahun berada dalam bimbingan Jason tapi sikapnya benar-benar melebihi mereka yang telah lama di organisasi. Bisa dikata, Elektra adalah terebosan baru yang benar-benar sadis, akan jadi mesin pembunuh jika focus di organisasi.Elektra berniat untuk menjenguk Regan dan melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana perkembangan kondisi kesehatan Regan sekarang."Mau aku antar ke rumah sakit?" tanya Magno. Ia sudah siap dengan setelan pakaiannya untuk mengantar Elektra ke rumah sakit."Nggak perlu. Aku sendiri saja ke sana," sahut Elektra menghentikan langkahnya.Elektra memanaskan mesin mobil dan menyuruh penjaga rumah untuk membukakan pagar."Yakin? Kalau mereka kembali mengincarmu kembali bagaimana?" tanya Magno dengan cemas. Ia tak ingin kembali lengah dalam menjaga Elektra. Cukup sudah kemarin saja ia mem
Elektra baru saja tiba di airport Leonardo da Vinci. Beberapa pengawal pribadi menyambutnya. Bukan pengawal, anggota Ankara tapi benar-benar pengawal yang direkrut langsung olehnya. “Apa Ayah tahu kedatanganku Magno?” tanya Elektra. “Tidak. Jason lebih dulu kembali karena permintaan dari Tuan Ankara. Sepertinya ada hal penting yang akan mereka bicarakan.” “Ya sudah. Kita kembali ke mansion, saja. Aku ingin istirahat tanpa mendapatkan gangguan,” seru Elektra sambil masuk ke dalam mobil. Jason memang terlihat buru-buru saat dia meninggalkan pria itu untuk menemui Regan di rumah sakit. “Apa terjadi sesuatu di markas?” “Tidak!” “Perusahaan?” “Tidak juga Nona.” “Terus kenapa Jason—“ Elektra jelas penasaran dengan tingkah Jason. Namun dia tidak bisa menanyakan secara langsung apa yang terjadi. “Sepertinya sesuatu yang lain. Mungkin Nona bisa menanyakan langsung pada Tuan Jason,” ucap Magno. Helaan napas kasar terdengar. Keadaan mansion tampak sepi, tidak terlalu banyak pengawal y
Elektra tidak masuk ke kamar, dia keluar mansion. Magno yang masih berada di halaman melihat Elektra yang baru saja keluar.“Nona—“Satu pukulan yang didapatkan Magno dari Elektra bahkan pria itu tidak tahu alasan sang nona memukulnya.“Kau tahu jika Ayah dan Jason terlibat dalam kecelakaanku?” tanya Elektra penuh emosi. Kekecewaan serta kemarahan Magno lihat di netra Elektra bahkan todongan senjata kini berada tepat di kepala pria yang telah dipercayanya.Beberapa anak buah Ankara yang berada di sana tidak berani ikut campur, apalagi melihat Elektra yang menodongkan pintol pada Magno.“Maaf!”“Maaf? Kau baru minta maaf sekarang setelah aku tahu kebenarannya, Magno?” Suara Elektra meninggi. “Kenapa? Apa kau bosan bekerja denganku? Jika iya, kembali ke mereka saja!” Elektra menurunkan senjata dan mengeser Magno yang menghalangi jalannya.Magno berbalik, dia menarik pegelangan tangan Elektra. “Tidak. Aku masih ingin bekerja padamu.”“Lalu, kenapa kau menyembunyikan fakta yang paling aku
Elektra dan Magno sudah tiba di arena balap motor. Mereka pergi menuju ke tempat tersebut dengan menggunakan motor milik Magno. Keduanya berada di sana bersama dengan beberapa orang lainnya, yang juga hendak melakukan balap motor bersama mereka.“Apakah mereka semuanya adalah teman-temanmu?” tanya Elektra berbisik di telinga Magno, ketika dirinya melihat sekumpulan lelaki di sana.“Tidak, tidak semuanya. Hanya pria berjaket cokelat saja yang merupakan temanku,” ungkap pria itu.“Oh … oke.”“Ayo ikut denganku, supaya aku bisa mengenalkanmu padanya,” ajak Magno.Elektra pun mengikuti asistennya, yang sudah berjalan terlebih dahulu mendekati temannya itu.“Hi, Alex!” sapa asisten Elektra itu, saat temannya sedang berbincang dengan para pembalap lainnya.“Hi, Magno!” balas pria berambut cokelat itu. “Kau sudah tiba kembali di Italia?” tanyanya saat melihat keberadaan Magno di arena balap.“Ya, aku baru saja tiba di Italia pagi tadi,” terangnya.“Senang bisa bertemu denganmu kembali,” ujar
Setelah mereka tiba di rumah sakit, Magno hendak menghubungi Ankara untuk mengabarkan padanya bahwa wanita itu baru saja mengalami kecelakaan, saat tengah melakukan balap motor dengannya.Pria itu kini sedang menempelkan benda pipih berbentuk persegi panjang di telinganya, menunggu hingga Ankara menerima panggilan telepon darinya.Ankara yang pada saat itu sedang terlelap tidur pun terbangun saat mendengar suara dering ponselnya. Pria itu segera meraih telepon genggamnya yang berada di atas nakas, untuk menerima panggilan telepon tersebut."Halo, ada apa kau meneleponku malam-malam begini, Magno? Apakah ada hal yang sangat penting yang hendak kau sampaikan padaku, sehingga membuatmu menghubungiku di waktu istirahat seperti ini?" tanya Ankara merasa kesal karena waktu istirahatnya terganggu."Maaf, Tuan, jika saya sudah lancang menghubungi Tuan pada saat tengah malam seperti ini," ujar Magno merasa tak enak hati pada Ankara."Cepat katakan, apa yang hendak kau sampaikan padaku, sebelum