Beranda / Urban / Pembalasan Sang Pewaris / Kesepakatan Tiga Pria

Share

Kesepakatan Tiga Pria

Penulis: Sweet Chips
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-11 17:40:47

Esoknya, setelah memimpin rapat di kantor, Vinn kembali ke ruangannya. Ia ingin beristirahat sejenak sebelum melanjutkan aktifitasnya. Tak lama kemudian, seseorang masuk.

Sekretaris membawakan teh panas yang ia pesan beberapa menit lalu. Wanita dengan blouse mocca itu meletakkan teh di atas meja.

"Bapak butuh sesuatu yang lain?" tanya wanita bernama Lauren itu.

"Segera berikan rekap laporan hasil meeting tadi. Saya tunggu dalam tiga puluh menit," ujar Vinn.

"Baik, Pak."

Vinn menyesap sedikit tehnya lalu beralih pada ponsel. Benda pipih seharga dua puluh juta rupiah itu bergetar lebih dari sekali. Ada empat pesan masuk dari Daniel. Satu teks dan tiga lainnya berupa foto.

[Saya telah memeriksa sketsa-sketsa dari flat Pak Didi. Sketsa itu mirip dengan logo perusahaan pengiriman milik Tuan Ray]

Jemari Vinn berpindah pada foto-foto. Jika diperhatikan sketsa itu memang mirip dengan logo. Berbentuk diamond dan pada bagian atasnya terdapat spiral.

'Tuan Ray?' Vinn masih ingat betul pria t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan Sang Pewaris   Mencuri Dengar

    Beberapa saat sebelumnya.Salah seorang pelayan membuka pintu kamar Clara. Kebetulan sore itu si penghuni kamar baru selesai mengganti pakaian usai berendam di bath up mewah yang bisa diisi dua orang sekaligus. "Nona, ini jus pome dan pastry cake. Makan malam akan saya antar dua jam dari sekarang," ujar pelayan muda yang tak pernah Clara lihat sebelumnya."Iya, letakkan saja di meja. Kau pelayan baru?" tanya Clara sambil menepuk-nepuk pipinya usai menuangkan toner pada telapak tangan. Meski statusnya sebagai tawanan, Martin menyediakan semua perawatan yang ia butuhkan. "Benar, Nona." Si pelayan tersenyum ramah dan ceria. "Siapa namamu?" Clara mendekat. "Rianna April. Nona bisa memanggil saya Anna.""Nama yang bagus," puji Clara. Setelah lebih dari sebulan tinggal di bangunan besar ini, ia baru menemui pelayan berwajah ramah. "Terima kasih, itu adalah pemberian dari nenek. Apa Nona ingin saya bantu merapikan rambut?" tawar Anna yang kala itu menggunakan apron hitam. "Memangnya

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-12
  • Pembalasan Sang Pewaris   Dua Penyusup

    Vinn turun dari mobil dan mengedarkan pandangan pada sekitar. Angin malam berhembus, menerpa kulitnya yang putih pucat. Beberapa saat yang lalu ia dan Daniel memasuki area gudang MXC Express. Dari tempatnya berdiri, hanya terlihat pepohonan rimbun. Menurut Vinn, Tuan Ray memilih lokasi yang cukup aneh untuk sebuah gudang. Atap gudang tampak menyembul di antara pucuk-pucuk pohon.Dari satu arah, Daniel muncul dengan jaket dan topi biru, persis dengan yang Vinn pakai. Dua pria itu sedang memakai seragam pekerja di gudang milik Tuan Ray. "Karyawan yang menjaga saat malam ternyata cukup banyak. Di luar gudang saya melihat ada lebih dari sepuluh orang dan sebagian dari mereka membawa senjata," ujar Daniel memberi informasi. "Apa masih jauh?" Vinn bertanya usai menyimpan pistol pada bagian dalam jaket. Senjata itu sengaja dibawa untuk perlindungan diri. "Tujuh ratus meter dari sini, Tuan.""Baiklah, kita jalan kaki saja melewati pepohonan."Mobil hitam itu mereka tinggakan di tepi jalan

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-14
  • Pembalasan Sang Pewaris   Nyaris

    Dengan bantuan Anna, Clara berhasil kembali ke kamarnya tanpa membuat Martin maupun Tuan Ronald curiga. Mereka keluar dari ruang tengah setelah perbincangan antara tiga generasi itu selesai. "Nona? Kenapa Anda menangis?" tanya Anna saat mereka telah sampai di kamar Clara. Clara mengusap bulir bening yang telah berlinang di pipi. Ia bahkan tidak sadar jika sedang menangis. Hatinya memang sedih, tapi rasa khawatirnya jauh lebih besar. Ia tahu pasti nyawa Vinn sedang terancam. "Aku baik-baik saja," jawab wanita dengan dress maroon tersebut. "Nona? Apakah tadi yang Tuan Ronald katakan benar? Kenapa tadi itu seperti percakapan dalam film?"Sama seperti Clara, Anna juga mendengar isi dari pertemuan itu dengan jelas. Tapi saat ini Clara tak tahu harus menjawab bagaimana. Ia terduduk di sofa, tenggelam dalam pikirannya sendiri. "Saya akan mengantar makan malam sesaat lagi. Permisi, Nona."Clara hanya mengangguk kecil dan membiarkan pelayan itu pergi. Baru saja ia bangkit dan hendak berpi

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-15
  • Pembalasan Sang Pewaris   Meloloskan Diri

    Pintu keluar bagian belakang gudang masih dijaga oleh Gandhi dan Roma. Dua pria itu saling pandang ketika menyadari dua 'anak baru' ingin keluar lagi. "Mau ke mana lagi kalian ini?" tanya Roma. Daniel mendekatinya hanya untuk mengembalikan satu kotak rokok yang masih utuh. Ia juga membisikkan sesuatu. "Kerja yang giat."Roma menatap kotak rokok dan Daniel secara bergantian, bingung. Tapi Daniel tak ingin membuat Vinn menunggu. Ia segera mengimbangi langkah Vinn yang telah berjalan mendahului. Tiba-tiba dari arah belakang, terdengar keributan. Roma dan Gandhi serempak menoleh. Tiga pekerja lain tengah berlari ke arah mereka. Salah satunya meneriakkan beberapa kata dengan suara lantang."Dua orang itu penyusup! Tangkap mereka!"Sementara Vinn dan Daniel telah memasuki rimbunnya pepohonan. Dua orang itu berlari. Mereka tahu saat ini para penjaga gudang itu sedang mengejar. Dor!Terdengar bunyi tembakan belasan meter di belakang mereka. Vinn mengeluarkan pistol dan Daniel melakukan h

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-16
  • Pembalasan Sang Pewaris   Terabaikan

    Vinn dalam perjalanan ke kantor pusat kala pamannya, Tuan Bara menelepon dan memintanya untuk datang ke rumah sakit saat itu juga. "Kita ke rumah sakit sekarang," titahnya pada Daniel yang langsung mengangguk patuh. Si tuan muda duduk termenung di kursi belakang mobil, mengingat kejadian semalam. Ia dan Daniel hampir saja tertangkap oleh para pekerja Tuan Ray. Beruntungnya mereka berhasil lolos. "Apa kau sudah melakukan apa yang kuminta?" Vinn memberi pertanyaan berkaitan hasil temuannya dari salah satu guci di gudang milik Tuan Ray. "Sudah dan perkiraan Anda benar, Tuan. Itu adalah obat-obatan terlarang sejenis opium yang bahkan lebih murah dari heroin."Vinn telah banyak mendengar zat adiktif dari Rusia tersebut. Sebenarnya pembuatannya telah lama dihentikan. Efeknya lebih kuat dari morfin. Tak hanya itu, secara fisik, obat berbahaya tersebut bisa membuat bagian tubuh pemakai lepas dengan sendirinya. Tak ubahnya seperti zombie. "Efeknya begitu mengerikan. Saya juga curiga jika

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-24
  • Pembalasan Sang Pewaris   Terenggut Paksa

    Clara membuka mata dan merasakan tangan dan kakinya terikat. Mengerjap beberapa kali, ia baru menyadari jika saat ini ia telah berada di kamarnya. Kamar mewah yang lebih tepat disebut sebagai penjara. "Sudah bangun?" Martin bersuara dari sofa yang hanya berjarak tak lebih dari dari tiga meter di samping ranjang. "Martin, lepaskan aku!!" ujar Clara sambil meronta. Tapi ikatan scraft pada kedua tangannya terlalu kuat. "Melepaskanmu? Tidak, tidak. Kali ini aku tidak akan menjadi orang yang bisa kau bodohi. Pagi tadi saja kau hampir saja kabur." Si tuan muda Hazard bangkit dan menghampiri tepian ranjang. Clara menatap Martin dengan was-was. Pria itu tersenyum aneh, membuatnya merasa tidak aman. Semua tentang Martin membuatnya muak, baik sosok maupun auranya. Ditambah saat ini ia dalam keadaan terikat. "Kenapa aku diikat? Kamu mau apa sebenarnya?" tanya Clara. Pergelangan tangannya terus bergerak berharap ikatan bisa melonggar. Namun yang terjadi justru timbul lecet pada kulitnya. "S

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-10
  • Pembalasan Sang Pewaris   Naskah Palsu

    Suasana ruangan bernuansa abu dan putih itu menjadi sedikit tegang. Kakek Richard masih menunggu kalimat selanjutnya, ingin mengetahui apa yang sebenarnya Tuan Ray inginkan dengan menyebut cucunya sebagai penyusup. "Aku tahu cucu Anda adalah orang yang jujur, lurus, dan bisa diandalkan. Tapi bukan berarti dia tak mempunyai sisi buruk. Aku bisa menjamin Vincent dan satu orang lain bawahanmu melukai dua pekerjaku. Aku bisa saja membuat laporan atas tindakan kriminal.""Aku sangat mengenal Vinn. Dia takkan melakukan sesuatu yang tidak beralasan. Vinn, katakan apa tujuanmu datang ke gudang milik Tuan Ray?" Pria renta kembali beralih pada cucunya. Ia menatap Vinn dengan keyakinan. Vinn bungkam. Tentu saja ia tak mungkin jujur tentang penyelidikannya. Tapi ia bisa menangkap maksud mencurigakan dari cara Tuan Ray menatapnya. "Begini saja, ijinkan mereka mengambil kembali barangku dan kuanggap masalah ini selesai. Bagaimana?" Si kolektor dengan topi fedora tersenyum miring. "Cukup sebutka

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-16
  • Pembalasan Sang Pewaris   Mulai Terkuak

    Clara membuka netranya dengan berat. Cahaya dari lampu kamar sejenak membuatnya terpejam kembali. Kesadarannya belum pulih sepenuhnya tapi ia merasa ada yang aneh. Tubuhnya terasa remuk, terutama dari bagian pinggang ke bawah. Semula ia tak mengingat apa yang terjadi beberapa jam yang lalu. Hingga saat ia menoleh ke arah samping, wajahnya langsung berhadapan dengan wajah milik seorang pria.'Martin? Kenapa dia di sini?!' batin Clara. Jantungnya mulai berdegup kencang. Ia hendak bangun. Namun ternyata satu tangan pria itu tengah memeluk perutnya. Tak hanya itu, saat menyingkap selimut Clara baru menyadari jika mereka sama-sama tidak berpakaian. Barulah ingatan Clara tentang peristiwa itu kembali sepenuhnya. Dalam suasana senyap di kamar luas, ia menggigit bibirnya kuat agar air matanya tidak keluar. Perlahan tangannya memindah tangan Martin agar tidak terbangun. Setelah berhasil, ia bangkit dan masuk ke kamar mandi. Hal pertama yang Clara lakukan adalah melihat pantulannya pada cer

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-03

Bab terbaru

  • Pembalasan Sang Pewaris   Akhir Tak Terencana

    Vinn melangkah ringan menuruni tangga. Perbincangan dengan Kakek Richard tak terasa telah menghabiskan waktu hampir satu jam lamanya. Sedikit banyak kakeknya memberi petuah akan apa yang harus ia lakukan sesaat lagi. Terkait perusahaan maupun tampuk kekuasaan klub Black Circle yang sementara kosong.Mood pria muda itu sedang sangat baik. Senyumnya tak jarang muncul ketika berpapasan dengan pelayan atau kerabat di koridor."Apa kalian melihat Nona Clara?" tanyanya pada dua pelayan yang bertugas mematikan penerangan di lantai dua."Beberapa saat lalu nona memasuki kamar, Tuan," jawab pelayan dengan rambut digelung.Vinn mengangguk, memberi isyarat jika mereka sudah boleh pergi. Tanpa berpikiran buruk sedikitpun ia melanjutkan langkah menuju kamarnya yang kini telah menjadi kamar pengantin. Ia bahkan sempat menyentuh hiasan pada pintu sebelum mengetuk.Tok. Tok. Tok."Princess?"Hening. Vinn menurunkan kenop pintu, mengira sang istri tengah berada di kamar mandi atau mungkin telah terle

  • Pembalasan Sang Pewaris   Tenang Sebelum Badai

    Vinn membuka matanya, mengerjap dalam kebingungan saat mengedarkan pandangan pada sekitar. Ruangan serba putih, aroma steril dan juga suara dengungan statis nan rendah dari alat-alat medis yang terpasang pada tubuhnya. Jantungnya berpacu tapi ia kesulitan untuk menggerakkan tubuh. Terasa sangat lemah.Sesaat setelah pandangannya lebih jelas, ia melihat dua wajah yang tidak asing. Netra mereka menunjukkan ekspresi kelegaan yang tak terkira. Senyum lelah Vinn segera terbentuk."Paman Bara ... A-ayah?" Vinn bersuara dengan serak."Vinn, kau sadar! Syukurlah, kau kembali pada kami." Darren Alfredo mendekati ranjang, sudut matanya sedikit basah."Kami sangat mengkhawatirkanmu, Vinn. Kau telah mengalami koma selama empat bulan." Tuan Bara menepuk bahu Vinn dengan lembut."Koma? Jadi aku belum mati? Lalu ayah?" Vinn masih memandangi pria paruh baya yang sangat mirip dengannya itu."Ceritanya cukup panjang. Tapi kini tidak ada yang perlu kau khawatirkan. Semua telah selesai." Darren tersenyu

  • Pembalasan Sang Pewaris   Saat Kehancuran

    "Satu, dua, tiga! Jangan sampai tertangkap!" seru Jade saat akhirnya pertahanan mereka luruh dan para penjaga berhasil merangsek masuk.Edward mencebik ringan lalu tertawa menghadapi candaan Jade di tengah situasi kritis. Sedang Daniel, pria itu juga ikut mengeluarkan pistol meski awalnya kebingungan.Ketiganya saling melindungi dan menembak sambil berusaha meninggalkan ruang penyimpanan. Suara tembakan nampaknya mengundang penjaga lebih banyak untuk datang."Tugas kita hanya mengambil benda itu, bukan menembak para penjaga!" desis Daniel yang punggungnya saling menempel dengan Edward."Protes saja padanya," balas Edward sembari menunjuk Jade dengan gerakan kepala.Jade menikmati kegiatannya menumbangkan para penjaga satu persatu. Gerakan tubuhnya pun luwes saat menghindari peluru. Entah karena ia menganggap serius taruhan atau pekerjaan ini terasa menyenangkan baginya.Akan tetapi, senyum Jade menghilang saat satu tembakan lolos dan mengenai bahu kanannya. Wanita itu meringis merasak

  • Pembalasan Sang Pewaris   Tim 'Pencuri'

    "Singkirkan dia dari hadapanku!" perintah Tuan Ronald usai meminta dua penjaga masuk ke ruangannya.Mereka saling pandang sekilas sebelum mengangkat tubuh Redo yang sepertinya tinggal jasad. Tuan mereka memang tidak bisa ditebak. Siapa yang mengira jika Redo yang selama ini selalu mendampingi pria tua itu ke mana pun akhirnya berakhir tragis di tangan sang majikan.Genangan darah segar masih tercetak pada karpet hijau tua. Tuan Ronald telah kembali ke kursinya, berkutat santai mengelap pisau yang sempat menancap pada dada Redo."Ke mana kami harus membuangnya, Tuan?" tanya salah satu penjaga."Ke mana saja. Ini bukan pertama kali, jangan bertingkah seperti anak baru," ucap Tuan Ronald tanpa menoleh sama sekali.Tidak ada pertanyaan lagi. Berikutnya dua orang itu telah berkendara. Malam semakin larut dan mobil mereka gunakan sudah hampir sampai di sekitaran bekas taman wisata yang telah lama ditinggalkan."Kau yakin di sini aman?" Bruno, salah satu dari mereka bertanya dengan was-was.

  • Pembalasan Sang Pewaris   Rencana yang Gagal?

    Esoknya, pukul sepuluh pagi.Jade telah sampai di tempat yang disepakati bersama seseorang beberapa menit lalu. Semalam ia tidak mendapat informasi memuaskan dari Jason. Pemuda itu cenderung diam seolah memikirkan sesuatu, tatapannya juga tidak fokus. Beruntung salah seorang temannya ternyata mengenal klub yang sedang ia amati.Baru saja Jade duduk, seorang pria seusianya berbicara dengan nada serius nan rendah."Kuperingatkan sebaiknya kau berhenti mencari tahu tentang Klub Black Circle.""Kenapa memangnya?" tanya Jade dengan gaya casual. "Mereka bukan klub biasa, percaya padaku. Tak hanya mafia, klub itu juga dihuni pembunuh bayaran dan juga kolektor benda dari black market," terang pria dengan cardigan biru tua. "Aku sudah mendengar tentang itu. Tak bisakah kau memberiku informasi yang lain. Tentang mendaftar atau keluar? Oh, apa mereka merekrut anggota baru akhir-akhir ini?" Jade mengambil pemantik guna menyalakan rokok. "Kau ingin masuk ke sana? Sudah gila? Kudengar mereka tid

  • Pembalasan Sang Pewaris   Tangan Kanan dan Sang Ayah

    Drap. Drap.Sembari menuruni tangga, Jason memijat tengkuk yang terasa pegal. Tubuhnya tampak sehat tapi beban berat seolah memenuhi rongga kepalanya seusai pembicaraan dengan Harris beberapa saat lalu.Tidak sampai satu purnama, ia akan dilantik menjadi ketua klub. Tapi yang berbahagia justru anggota yang lain. Sedangkan Jason merasa hal sebaliknya. Selain kosong, ia ingin berlari menjauh. Tuan Ronald dan Black Circle ternyata bukanlah rumah baginya. Senyum dan kepedulian mereka bermotif mengerikan."Kau harus ingat, Jason. Pada saatnya nanti, Tuan Ronald akan meminta bukti kesetiaanmu.""Bukankah kehadiranku seperti sekarang sudah bentuk kesetiaan?""Tidak, anak muda. Tidak sesederhana itu. Aku tidak sedang membicarakan waktu, tapi nyawamu."Itulah sepenggal percakapannya dengan Harris sebelum ia undur diri belasan menit lalu.Langkah Jason semakin cepat begitu melewati karpet merah di tengah lorong dengan penerangan redup. Sesuai perintah Tuan Ronald, ia harus datang ke galeri seni

  • Pembalasan Sang Pewaris   Kesepakatan Terakhir

    Zac menghembuskan asap cigaretenya pagi itu. Bertempat di kantor konsultan pribadinya, pria itu duduk dengan wajah bosan. Satu jam lalu putra kedua dari Richard Alfredo telah mengabarkan akan datang dalam beberapa menit.Namun ini sudah lebih dari waktu kesepakatan. Ia telah menunda pertemuan dengan klien yang hendak memakai jasanya. Lagipula tak seperti biasanya seorang Bara akan datang terlambat. Baru saja Zac akan bangkit dari kursi, pintu ruangannya terbuka. Tuan Bara masuk dengan wajah serius. Zac akan bertanya dengan kesal jika saja sosok kedua tidak muncul."Maaf, kami terlambat. Kau tahu jalanan pagi selalu padat dan menyebalkan," ucap Tuan Bara yang langsung duduk di sofa tanpa dipersilahkan.Bagaikan tak mendengar, Zac justru terbengong. Tatapannya lurus pada Darren yang kini mendekat."Kenapa wajahmu seperti baru melihat hantu? Apa kabarmu?" Darren menawarkan jabat tangan ketika jarak mereka cukup dekat."Kau ... Bara, kau bisa menjelaskan apa yang terjadi di sini?" Zac b

  • Pembalasan Sang Pewaris   Yang Seharusnya Mati

    Malam itu juga Tuan Bara mendatangi rumah lama milik mendiang kakeknya ditemani Daniel dan Edward. Semula ia merasa ajudan-ajudannya berbicara omong kosong atau mungkin sekedar berhalusinasi. Namun melihat kesungguhan di wajah keduanya, membuat Tuan Bara ingin membuktikan sendiri."Di mana kalian bertemu dengannya?" tanya Tuan Bara sesaat setelah memasuki rumah dua lantai itu."Di depan pintu hijau tempat kotak berada, Tuan," jawab Daniel.Mereka menyusuri ruang rahasia dengan pencahayaan senter. Sebagian lampu telah mati, tersisa penerangan lorong di jarak belasan meter ke depan. Tuan Bara memasuki ruang perpustakaan dengan menuruni tangga melingkar, diikuti dua yang lain.Benar kata Edward sebelumnya jika ruangan lebar ini terlalu bersih untuk ukuran rumah yang telah lama ditinggalkan. Tak hanya itu, semua perabot dan buku-buku tertata rapi."Ruang perpustakaan ini cukup luas. Periksa sekitar dan hati-hati," titah Tuan Bara. Tanpa diberitahu ia yakin dua ajudannya telah mendengar ji

  • Pembalasan Sang Pewaris   Petunjuk di Hotel Merah

    Langit gelap penuh bintang melingkupi pusat kota. Seperti malam-malam sebelumnya, kota metropolitan itu tidak akan tidur. Masih ada banyak orang-orang yang justru memulai aktifitasnya meski jam hampir menunjukkan tengah malam.Jeremy duduk di dalam mobil yang terparkir di depan pub. Ia telah berdiam di tempat itu selama kurang lebih lima belas menit. Menanti munculnya seseorang yang nyatanya tidak terlihat batang hidungnya.Pria itu putuskan turun dan masuk ke dalam pub. Tidak banyak pengunjung di dalamnya. Terdapat dua orang yang minum di meja bartender. Dan satu orang lagi sedang tertidur dengan posisi kepala di atas meja, di sudut lain ruangan.Satu-satunya orang yang Jeremy cari adalah Paul. Seniornya di kepolisian itu disinyalir melakukan beberapa pelanggaran seperti korupsi dan bekerja sama dengan organisasi terlarang. Itulah informasi yang Jeremy dapat. Sedangkan kini Paul menghilang. Seorang informan memberitahunya jika Paul suka datang ke pub ini pada malam-malam tertentu."S

DMCA.com Protection Status