Share

Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang
Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang
Penulis: Author newbie

1. Dia memfitnahku!

Penulis: Author newbie
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-18 17:36:20

"Ben tolong bantu aku, aku tidak tau soal ini dan sejak kemarin kamu yang memegang file keuangan perusahan. Aku tidak bersalah," ujarnya seraya bersimpuh di lantai.

Semua mata menatapnya dengan tatapan yang bercampur aduk, merendahkan, jijik bahkan amarah Abigail telan itu semua seolah ia adalah makhluk paling hina di sini. Demi cinta ia rela dibodohi oleh Ben, kekasih yang selama ini paling ia percaya dan cintai tega menggelapkan uang perusahaan atas namanya. Tidak ada jejak kesalahan Ben, semua Ben lakukan secara bersih dan mengorbankan Abigail yang tidak tau jika ia sedang ditipu.

"Ben tolong," pintanya sekali lagi dengan air mata berlinang.

Ben menarik nafas panjang, "Ya memang saya yang memegang file keuangan perusahaan sejak kemarin, karena Abigail meminta bantuan untuk mengedit beberapa bagian yang dianggap tidak sesuai. Saya tidak menyangka, jika yang saya edit adalah bagian dari kecurangannya."

Abigail tercenung mendengar pernyataan Ben, tidak seperti itu yang terjadi di hari itu.

"Ben," ucap Abigail lirih.

Ben melirik dingin ke arah Abigail, "Maaf Aby, tapi aku tidak mau dikaitkan dengan hal kotor seperti ini. Bukankah lebih baik jika kamu jujur saja?"

Abigail menggeleng, ia terus mengelak semua tuduhan yang dituduhkan kepadanya namun Ben malah memperpanas suasana dengan membawa buku rekening pribadi milik Abigail. Tertulis disana jumlah uang perusahaan yang Ben transfer ke rekening pribadi milik Abigail, tanpa sepengetahuan Abigail bahkan Abigail tidak pernah melihat uang tersebut. Kesalahannya adalah ketika buku tersebut hilang ia tidak terlalu memusingkannya, yang ternyata itu adalah bagian dari rencana Ben yaitu menyembunyikan buku rekening pribadinya.

"Semua bukti sudah mengarah kepadamu Abigail, apalagi yang ingin kamu elak?" tanya sang bos dengan wajah kecewa.

"Demi tuhan aku tidak melakukannya! Ben memfitnahku!"

"Aby, dengarkan aku. Akui saja dan aku akan membantumu keluar dari masalah ini," ucap Ben berbisik.

"Bajingan kamu Ben! untuk apa aku mengakui sebuah kesalahan yang tidak pernah aku lakukan!" umpat Abigail.

"Aby, kamu tidak ingin dipenjara kan?" tanya Ben membuat Abigail terdiam, penjara? tentu saja Abigail tidak ingin di penjara.

"Kalau begitu akuilah, kamu tidak perlu khawatir. Aku akan membantumu keluar dari masalah ini,"

Abigail tidak lagi fokus pada keadaan disekitarnya, pikirannya berputar membayangkan kesengsaraan yang akan ia alami jika hidup di dalam penjara. Abigail memiliki banyak mimpi yang harus ia wujudkan, ia tidak rela jika semua mimpi itu harus pupus karena masalah ini.

"Baiklah semua sudah disepakati, tapi mohon maaf saya tidak bisa lagi menerima Abigail bekerja disini dan saya juga terpaksa harus membuat pengumuman blacklist ke beberapa perusahaan untuk Abigail." ucap sang bos setelah kesepakatan selesai.

Abigail tidak menyimak kesepakatan apa yang sudah Ben lakukan dengan bosnya, yang ia tau saat ini hanya masalah sudah selesai dan Ben membawanya pergi dari ruangan yang masih diisi dengan orang-orang yang terus mencemoohnya.

Sepanjang jalan Abigail hanya diam dengan tatapan kosong, ia seperti boneka yang Ben bawa dan atur tanpa penolakan. Ben seperti malaikat di mata orang-orang saat ini, semua orang memujinya karena berani pasang badan atas masalah Abigail. Ben bahkan masih menerima dan memperlakukan Abigail dengan baik dan lembut, setelah gadis itu nyaris menyandang status pelaku kejahatan penggelapan uang perusahaan dan menyeret namanya atas masalah ini.

"Aby kamu tunggu disini sebentar, aku akan kembali." ucapnya lembut nyaris berbisik seolah tidak ingin mengganggu Abigail yang masih larut dengan pikiran kacaunya.

Setelah hampir setengah jam pergi, Ben kembali ke tempat Abigail merenung. Ben membawakan semangkuk bubur hangat juga air untuk Abigail karena ia tau Abigail belum makan sama sekali sejak tadi pagi, Abigail memiliki masalah pencernaan yang kurang baik jadi ia tidak bisa telat makan.

"Aby, ayo makan dulu. Kamu harus makan atau perutmu akan sakit,"

Abigail hanya melirik sedikit bubur yang Ben pegang, lalu kembali mengalihkan pandangannya ke luar jendela.

"Aby, kamu tidak perlu memikirkan lagi soal uang itu. Semuanya sudah selesai dan kamu sudah aman,"

Abigail refleks menoleh ke arah Ben, "Apakah benar semuanya sudah selesai? tapi bagaimana bisa?"

"Y-ya, semuanya sudah selesai. Kamu tidak perlu khawatir soal apapun lagi, soal bagaimana aku menyelesaikannya biar itu jadi urusanku." sahutnya gugup.

"Apa kamu yakin Ben?" tanya Abigail karena ia merasa ada hal janggal yang Ben sembunyikan.

"Tentu saja, buktinya kamu bisa kembali ke rumah dengan selamat dan kamu tidak dipenjara."

Abigail menghembuskan nafas lega, ia mengusap air mata yang sedari tadi menggenang di sudut matanya dan mulai menyantap sedikit demi sedikit bubur yang Ben sajikan untuknya.

Setelah Abigail bisa sedikit tenang ia mencoba untuk beristirahat, namun entah mengapa perasaannya kembali gelisah tanpa sebab. Abigail mengambil ponsel miliknya, mencoba mengakses data perbankan miliknya lewat online yang selama ini tidak pernah ia cek.

Abigail menelusuri setiap mutasi rekeningnya dan akhirnya ia menemukan jejak kecurangan Ben, namun ada hal lain yang lebih membuat Abigail menggila adalah seluruh tabungannya raib dan hanya menyisakan sedikit saja.

"Ben!" teriak Abigail seperti orang kesetanan.

Abigail menyisir seluruh sudut ruangan, sampai akhirnya ia menemukan Ben tengah bersantai dengan satu botol minuman dan keadaannya sudah nyaris mabuk berat. Abigail mengambil payung yang tersimpan di pojok ruangan, lalu memukuli Ben seperti seekor cacing yang menjijikan.

"Aby, apa kamu gila!" bentak Ben.

"Apa yang kamu lakukan pada uang tabunganku! itu hasil kerja kerasku untuk anak-anak panti dan suster Margaretha!"

"Aku menggunakan uangmu untuk mengganti uang perusahaan," sahut Ben santai dan berbicara melantur setelahnya karena mabuk.

Abigail semakin murka mendengar jawaban Ben, ia nyaris saja membunuh Ben jika pria itu tidak bergerak gesit menghindari serangan Abigail. Setelah berhasil mengendalikannya, Ben menyeret Abigail keluar dan mengusirnya di rumah yang mereka beli berdua.

"Bajingan kamu Ben! kamu menipuku dan sekarang kamu mencuri uangku! kembalikan uangku Ben, itu untuk suster Margaretha dan anak-anak!" tangis Abigail histeris dari balik pintu.

Di balik pintu tempat Abigail menangis, Ben kini juga tengah merasa amat bersalah karena telah bersedia melakukan rencana bodoh ini. Ben berjalan frustasi ke ruang tamu, lalu menendang apapun yang ada di hadapannya. Ponselnya berdering nyaring menampilkan nama yang enggan ia lihat, berkali-kali Ben mencoba mengabaikannya namun panggilan itu semakin terus menerornya.

"Apa rencanamu sudah berhasil?" tanya wanita di ujung telepon.

"Ya, apa kalian sudah puas?" sahut Ben dingin.

"Kenapa kamu begitu emosional? jika rencana kita yang selanjutnya juga berhasil kita bisa mengembalikan uang Abigail bahkan dua kali lipat!"

"Ya mungkin Abigail bisa mendapatkan uangnya kembali tapi aku sudah tidak bisa mendapatkan cintanya kembali."

Wanita itu berdecih kesal, "Lupakan soal wanita yang asal usulnya tidak jelas itu, kamu masih bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih baik darinya!"

Panggilan telepon terputus, Ben menggenggam erat ponselnya lalu menenggak kembali alkohol yang ada di atas meja sedangkan di luar sana suara Abigail masih terdengar menangis sendu.

Bab terkait

  • Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang   2. Kita sudah berakhir

    Pagi menjelang, Abigail terbangun ketika mendengar suara lalu lalang kendaraan dan aktifitas orang-orang di sekitarnya. semua orang menoleh ke arahnya bahkan berbisik tentangnya namun tidak ada satupun yang menolongnya, keadaannya begitu kacau dengan mata sembab dan kepala yang terasa sakit karena menangis semalaman.Abigail mencoba membuka pintu namun ternyata Ben menguncinya dari dalam, Ben benar-benar serius mengusirnya."Ben," panggil Abigail lemah, tenggorokannya terasa kering dan perutnya juga terasa sakit. Setelah berkali-kali memanggilnya, Ben akhirnya keluar menghampirinya namun di tangannya membawa koper milik Abigail. Tatapannya begitu dingin, ia bahkan tidak sudi menatap Abigail terlalu lama."Kamu benar-benar mengusirku?" tanya Abigail, air mata kembali menggenang di netranya.Ben menatapnya cukup lama, dengan tatapan yang sulit untuk Abigail artikan. "Apakah saat ini kamu sudah cukup membenciku Abigail?" tanya Ben yang dibalas anggukan oleh Abigail. "Tapi aku akan mema

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-18
  • Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang   3. Pria penyelamat

    "Ugh, kenapa pemerintah tidak becus mengurus tunawisma yang berkeliaran di kota ini. Mereka membuat kotor pemandangan kota," gerutu seorang wanita dengan tatapan sinis menatap Abigail. Abigail hanya bisa mengabaikan hinaan yang ia dengar, matanya terus menutup dan baru terbuka setelah orang-orang tidak lagi melewatinya. Ia pergi dari jalanan tempat ia tidur dan kembali berjalan tanpa tentu arah, di sebuah perempatan jalan ia menyusuri sebuah gedung tua yang sudah tidak terawat dan menjajaki setiap lantainya. Abigail sudah benar-benar putus asa, tidak ada hal lain yang ia pikirkan selain menyelesaikan semuanya bagaimana pun caranya."Aku benci kamu Ben!" teriak Abigail. Abigail menangis histeris dengan pikiran yang kacau, kehilangan pekerjaan dan dicampakkan oleh orang yang dicintainya membuat Abigail teramat frustasi. Abigail menapaki sisi pinggir rooftop, ketinggian ini sesungguhnya membuat Abigail merinding dan takut namun rasa putus asa jauh lebih besar dari rasa takutnya. Abiga

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-18
  • Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang   4. Kejadian memalukan yang terulang

    Gara-gara kejadian handuk kemarin, Zach seperti tidak memiliki muka untuk berhadapan dengan Abigail. Zach takut Abigail salah sangka, Zach takut jika Abigail menganggap jika ia melakukan itu dengan sengaja.Saat keadaan masih sangat sepi di pagi hari, Zach mengendap-endap keluar untuk membuat sarapan untuknya dan juga Abigail. Zach membuat sarapan dengan terburu-buru, berharap jika ia tidak berpapasan dengan Abigail dan langsung pergi setelah selesai sarapan. Namun rencananya sungguh di luar ekspektasinya, Abigail keluar dari kamar hanya dengan menggunakan handuk kimono dan rambut yang nampak basah. Wajahnya yang polos tanpa make up terlihat lebih muda, dengan pipi kemerahan alami yang sedikit chubby."Zach, kebetulan kamu ada disini. Boleh aku minta tolong padamu? hair dryer ku tidak bisa digunakan, apa mungkin stop kontak di kamar ini mati?" tanya Abigail seraya mengacungkan hair dryer ke arahnya.Zach masih terdiam dengan mata yang terus tertuju pada Abigail, seakan dunianya berhent

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-18
  • Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang   5. Aku tidak bersalah!

    Lima belas menit Abigail menunggu, tamu tersebut akhirnya datang dengan mobil mewahnya. Seorang wanita yang usianya mungkin sebaya dengannya, namun terlihat jelas sekali kalau ia berasal dari kalangan atas. Wajahnya begitu sinis menatap sekelilingnya dan sikapnya cukup arogan, tapi siapa yang peduli? selama ia memberikan keuntungan untuk tempat ini maka ia tetap akan diperlakukan seperti seorang ratu."Selamat datang nona, kami sudah mempersiapkan table khusus untuk anda." ucap Abigail ramah, tapi wanita itu sama sekali tidak menoleh ke arahnya.Abigail membuang nafas pelan, ia bukan tipe orang yang memiliki kesabaran yang seluas samudera namun ia tahan rasa kesalnya demi uang. Wanita itu menatap meja yang hendak ia tempati, terlihat guratan rasa kesal di wajahnya namun tidak ada yang tau penyebabnya."Mr. Hansen," panggilnya seraya menjentikkan jemari lentiknya."Ya nona Lucia, ada yang bisa saya bantu?" tanya Hansen."Apa anda ingin membuat kulit saya kotor dengan menempatkan saya d

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-18
  • Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang   6. Gadis yang malang

    "Lucia, sepertinya kamu tidak perlu memperpanjang masalah ini. Aku pikir satu hari dipenjara sudah pasti membuatnya jera, apalagi kamu juga membayar para narapidana disana untuk memberikannya pelajaran.""Ada apa? apa kamu merasa kasihan padanya?" "Dia hanya wanita malang, dia tidak memiliki apapun atau siapapun di dunia ini." Lucia berdiri menatap tajam ke arah pria di hadapannya, "Apa kamu masih memiliki perasaan terhadapnya Benedict Cattegirn?" "Tidak! tentu tidak! aku hanya merasa kasihan saja padanya, tidak lebih." "Bagus, tapi aku tetap akan memperpanjang masalah ini. Bahkan semakin akan aku persulit karena ternyata dia adalah mantan kekasihmu," ujarnya angkuh, wanita ini benar-benar tidak memiliki hati nurani. Ben benar-benar menyesal, jika saja ia tidak membuat Abigail bekerja disana mungkin Abigail tidak akan bertemu wanita ini dan mengalami semua ini. Niat membalas rasa bersalahnya, justru Ben malah membuat Abigail menderita untuk yang kedua kalinya karena ulahnya. "Luc

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-16
  • Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang   7. Rencana pertunangan keluarga konglomerat

    Hampir seharian Zach menunggu Abigail, akhirnya Abigail tersadar juga namun ia nampak linglung dan tidak menunjukkan pergerakan apapun. Zach segera memanggil dokter yang menangani Abigail, setelah dilakukan observasi Abigail akhirnya dapat merespon sekitarnya dan orang yang pertama ia cari adalah Zach. "Zach, apa kamu yang membebaskan aku dari penjara?" tanyanya lemah. "Iya dengan sedikit kesepakatan," "Kesepakatan? maksudmu kamu menjadikan dirimu jaminan Zach?" "Kamu tidak perlu memikirkan itu, yang terpenting sekarang kamu sudah keluar dari tempat itu Aby." Abigail menatap Zach lekat, jika dilihat dari penampilannya Zach tidak terlihat seperti orang yang bisa menjadikan dirinya sebagai jaminan untuk mengeluarkan seseorang dari penjara. Namun setelah Abigail pikir, Zach memiliki nama Christensen di belakang namanya. "Zach, namamu Zachary Christensen kan?" "Iya, ada apa dengan namaku?" "Apa kamu salah satu keturunan Christensen? konglomerat kaya pesaing keluarga Walton?" tanya

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-17
  • Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang   8. Maaf

    Setelah keadaannya dinyatakan membaik, Abigail kini sudah diperbolehkan pulang oleh dokter dan menjalani pengobatan dari rumah. Sejak keluar dari rumah sakit hingga sampai di rumah, Zach begitu perhatian bahkan overprotektif padanya. Abigail tidak boleh melakukan ini itu, bahkan ia tidak diizinkan berjalan oleh Zach. Zach terus menggendongnya seperti bayi, membuat Abigail kesal setengah mati. "Zach, turunkan aku!" titah Abigail yang berada dalam gendongannya.Jika tidak ada memar di tubuhnya mungkin orang-orang akan mengira mereka adalah pengantin baru, mengingat cara menggendong Zach yang nampak seperti pengantin pria. "Tidak, kamu masih lemah." "Zach, aku sudah baik-baik saja jadi turunkan aku sekarang." Zach menatapnya sesaat lalu melepas pegangan tangannya pada kaki Abigail, Abigail memekik kesakitan karena kakinya mendarat dalam posisi yang salah. "Sudah kubilang kamu masih lemah," ucapnya lalu menggendong Abigail kembali. "Aku tidak lemah! kakiku menapak dalam posisi yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-19
  • Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang   9. Taman hiburan

    Makan malam yang Zach buat kini sudah siap di atas meja dan siap untuk disantap, namun sejak siang Abigail tidak kunjung keluar dari kamar bahkan kamarnya pun masih terlihat gelap. Zach yang mendadak cemas langsung mengetuk pintu kamar Abigail berkali-kali namun tidak ada sedikitpun respon dari dalam sana, ia yang sudah tidak bisa menahan kesabaran lagi akhirnya mendobrak pintu kamar Abigail dan mengejutkan Abigail yang tengah termenung di dekat jendela. "Apa kamu tuli! aku mengetuk pintu kamarmu berkali-kali tapi kamu tidak kunjung membukanya!" bentaknya tanpa sadar. Abigail hanya diam dan kembali merenung menatap keluar jendela, kebiasaan buruk Abigail adalah ketika ia terlalu banyak berpikir ia akan enggan berbicara kepada siapapun. Zach mendengkus kesal, rasanya sia-sia sekali ia mengkhawatirkannya. Zach yang merasa diabaikan memilih untuk meninggalkan kembali Abigail sendirian di kamar, namun langkahnya terhenti kala melihat dokumen di tangan Abigail dengan nama Walton Corporat

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-20

Bab terbaru

  • Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang   113. End

    Belum selesai masalah penangkapannya, kini Abraham harus menelan pil pahit setelah hartanya disita dan perusahaannya mengalami kebakaran karena korsleting listrik. Tidak ada yang bisa diselamatkan, semua hancur lebur bersama api dan meluluh lantahkan gedung mewah itu. Abraham kini tidak memiliki apapun, hanya pakaian yang menempel di tubuhnya harta satu-satunya yang ia miliki itupun sebentar lagi akan berganti dengan baju tahanan. Jennifer dan Ethan terusir tanpa membawa apapun, semua harta Abraham disita polisi dan mereka tidak diizinkan untuk membawa apapun selain pakaian. Jennifer menangis tersedu-sedu ketika semua kemewahan yang ia miliki tidak lagi berada dalam genggamannya, begitupun Ethan yang merasa usahanya selama ini untuk membangun Christeus sia-sia. Semua karena ulah Noah, begitulah yang Ethan dan Jennifer pikirkan. Sebelum Noah kembali, hidup mereka begitu tenang dan ketika Noah kembali dengan seluruh permasalahannya kehidupan keluarga Christensen mulai tidak beres. "Ny

  • Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang   112. Final

    Hari belum terlalu pagi ketika Abraham yang sedang tertidur pulas di kamarnya didatangi pihak kepolisian, ia diseret tanpa ampun atas kejahatan penggelapan dana sebuah mega proyek juga atas kejahatan karena bekerja sama dengan seorang gembong narkoba kelas kakap. Tidak hanya itu, Abraham juga ikut ditetapkan sebagai tersangka atas penjualan gadis di sebuah klub malam terkenal di kota I. Abraham tidak tau bagaimana bisa semua kejahatannya terbongkar semua dalam satu malam, ia mencari semua anak buahnya tapi sayangnya semua anak buahnya juga sudah diringkus oleh pihak kepolisian. Di tengah kekacauan, Jennifer dan Ethan yang tidak mengetahui apapun soal kejahatan Abraham mencoba meminta kejelasan kepada kepolisian tetapi tidak ada satupun yang menanggapi pertanyaan mereka. Mereka melihat Abraham diseret, tanpa mereka tau apa yang sudah Abraham lakukan. Sejak Jennifer memergoki Abraham di toko perlengkapan bayi bersama dengan seorang wanita, Jennifer tidak pernah lagi berbicara dengan A

  • Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang   111. siksaan

    Sidang selanjutnya atas kasus kematian Noah dimulai kembali hari ini, tetapi semua orang di ruang pengadilan nampak terlihat murung tidak seperti sidang kemarin terutama Flint. Pria itu tidak banyak bicara dan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk melihat ponselnya, dengan harapan sang cucu tersayang akan mengabarinya dan memberitahukannya jika ia baik-baik saja. Tidak ada kabar apapun tentang Amberley hingga saat ini, bahkan hingga kini Flint masih belum menemukan jejak keberadaan Amberley. Terakhir kali ia melacak keberadaan Amberley lewat foto yang dikirim orang tidak dikenal, ternyata ketika Flint sampai disana untuk mengeceknya ternyata tidak ada siapapun disana. Tempat itu kosong, entah karena Flint terlambat datang atau memang mereka sudah pergi sebelum Flint berhasil melacak keberadaan mereka. Sejak hilangnya Amberley, Matthias juga semakin rewel tidak seperti biasanya. Berkali-kali Jessica dan Darren mencoba menenangkannya, namun bayi itu tetap menangis seolah ia sangat

  • Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang   110. Pengorbanan Frank

    "Apa kalian sudah menemukan keberadaan cucuku atau jejaknya?" tanya Flint dengan raut wajah cemas dan gelisah. Mereka serentak menggeleng, mereka benar-benar menutup jejak rapat-rapat sampai tidak terlihat sedikitpun bukti kehadiran mereka di tempat ini. Flint menggeram kesal, ia membanting apapun yang ada di hadapannya untuk melampiaskan kekesalannya. Disaat semua orang sedang sibuk pada pemikirannya sendiri tentang keberadaan Amberley, tiba-tiba suara tembakan dari senjata api terdengar menggelegar di luar gerbang mansion Moore. Semua orang serentak keluar dari mansion untuk memastikan apa yang mereka dengar barusan, saat tiba disana mereka menemukan satu orang penjaga sudah tergeletak bersimbah darah dengan sebuah amplop tergeletak tidak jauh darinya. Flint memungutnya dan mengeluarkan isi dari amplop tersebut, beberapa lembar foto yang ia lihat berhasil membuatnya syok. "Tuan Flint," ujar Roberto dengan wajah memucat. "Roberto, menurutmu siapa yang berani melakukan ini?" tanya

  • Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang   109. Hilangnya nona muda

    Di sebuah ruangan temaram, Frank menyesap cerutunya begitu berat karena negosiasinya dengan orang di hadapannya ini sangat sulit. Frank tidak bisa serta merta menemuinya dengan mudah, ada beberapa hal yang harus ia lakukan demi bisa bertemu dengan orang ini. Bahkan ketika mereka sudah bertemu Frank masih harus melakukan negosiasi sengit demi tujuannya, kalau bukan demi Flint Frank tidak akan mau berurusan dengan orang seperti ini. "Apa kamu yakin bisa memberikan yang aku inginkan sebagai kesepakatan? aku hanya ingin mengingatkan, ketika kita sudah sepakat maka tidak ada jalan untukmu membatalkan perjanjian kita." ucapnya membuat Frank cukup gelisah di dalam hatinya, tapi tidak ia tunjukkan itu."Ya, aku menyetujuinya. Asal kamu bisa memberikan semua yang aku inginkan juga, aku ingin imbalan yang adil." "Apa kamu tidak percaya kepadaku Frank Moore?" "Jika aku tidak percaya kepadamu untuk apa aku harus bersusah payah untuk bisa duduk disini," Pria itu tertawa, "Baiklah, silahkan tan

  • Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang   108. Karma

    Setelah mengasingkan Amberley, Flint langsung pergi menemui Frank untuk meminta bantuannya. Flint harus menyusun rencana baru untuk melawan Abraham, dan tentunya tidak dengan cara lurus seperti kemarin. Abraham tidak bisa dilawan dengan cara hukum, meskipun Flint bisa memenangkan Zionathan tapi Flint yakin Abraham akan bertindak gila jika ia kalah di pengadilan. "Frank tolong bantu aku, keselamatan cucuku terancam sekarang." ucap Flint setelah membuka pintu ruangan pribadi Frank.Di dalam sana, Frank tengah sibuk bercinta dengan seorang wanitanya di meja kerjanya. Melihat ekspresi Flint yang begitu gelisah, Frank menyudahi kesenangannya dan menyuruh wanitanya itu untuk pergi. Wanita itu terlihat sedikit jengkel karena ia hampir mencapai klimaksnya, tapi ia bukan siapa-siapa untuk bisa membantah perintah Frank. "Katakan kepadaku, apa yang harus aku lakukan Flint." "Cari celah kebusukan Abraham agar aku bisa menjebloskannya ke penjara selamanya, dia berusaha melenyapkan cucuku dan Zi

  • Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang   107. Dendam Abraham

    "Sayang, apa kamu sedang memikirkan sesuatu?" tanya Amberley karena sedari tadi Zionathan lebih banyak diam. Zionathan menarik nafas panjang, seperti tengah memikul beban berat di dadanya. Amberley tau jika Zionathan pasti sedang tidak baik-baik saja sekarang, prianya itu selalu ceria di hadapannya meskipun sedang berada di penjara sekarang tapi kini ia lebih banyak diam. "Amberley, bisakah kamu melakukan sesuatu untukku?" "Melakukan sesuatu? apa yang harus aku lakukan untukmu?" "Amberley, jika aku kalah di pengadilan pergilah sejauh-jauhnya dari tempat ini atau kalau perlu pergilah ke negara lain. Pergilah ke tempat dimana tidak ada seorangpun bisa menemukanmu," pinta Zionathan tangannya menggenggam erat jemari Amberley. Amberley mengernyitkan kening, "Permintaan konyol macam apa itu, jika kamu kalah aku tetap akan disini menemanimu Zio." "Amberley, aku mohon. Pergilah, mulailah hidup baru tanpaku. Jika memang kita ditakdirkan bersama kita pasti akan bertemu lagi," ucap Zionath

  • Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang   106. Awal baru

    "Buka pintunya!" teriak seseorang dari luar unit orang tua Rosalyn. Mereka mengejutkan Rosalyn yang masih tertidur di dalam, kedua orang tuanya sudah pergi bekerja sejak pagi hari. Rosalyn tidak langsung membuka pintu, ia lebih dulu mengecek siapa yang ada di luar lewat doorbell camera. Rosalyn memperhatikan dua orang yang ada di depan pintu unit, setelah memperhatikannya cukup lama Rosalyn akhirnya tau jika mereka adalah anak buah Frank. "Buka pintunya nona Rosalyn! atau anda ingin kami mengacak-acak tempat ini!" ancam mereka lagi. Rosalyn kebingungan di dalam sana, ia tidak memiliki nyali untuk berhadapan dengan anak buah Frank tapi ia juga tidak mau mereka mengacau di tempat ini. "Baiklah, anda menantang kami nona Rosalyn. John, dobrak unitnya!" "Tunggu! jangan di dobrak! baiklah aku akan membuka pintunya," ucap Rosalyn lewat doorbell. Rosalyn membuka pintu untuk mereka namun setelah itu mereka malah masuk dan menggeledah seluruh isi unit, entah apa yang mereka cari karena Ro

  • Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang   105. Pulang

    Zionathan terpaku sesaat, tapi akhirnya ia bisa mengendalikan dirinya lagi dan mencoba bersikap tenang. Ia tidak boleh terpancing dengan ucapan Abraham, karena sekali ia terpancing maka usahanya untuk tetap membuat Amberley aman akan sia-sia. "Apa sekarang anda sedang bermain tebak-tebakan denganku tuan Abraham?" ujar Zionathan dengan tawa sinis. "Zionathan, aku bukan anak kecil yang bisa kamu tipu. Pelaku sebenarnya adalah Amberley, kamu hanya mengorbankan diri untuk membuat Amberley tetap aman. Sidik jari Amberley terlekat jelas di pistol itu," Zionathan maju mendekati Abraham yang tengah berusaha mengintimidasinya, "Tidak perlu berbasa-basi, anda sedang berusaha membuat Amberley menjadi pelakunya demi merebut Matthias bukan? tapi maaf tuan Abraham, pelakunya memang aku karena aku sangat membenci putramu." Abraham menanggapi ucapan Zionathan dengan tawa, "Ucapanmu ada benarnya juga, tapi selain itu aku juga memang ingin menyingkirkan kalian berdua. Nyawa dibayar nyawa, sebagai g

DMCA.com Protection Status