"Ah ... ya. Bagaimana dengan jawaban dari pertanyaanku waktu itu, Navisha?" Suara Matthew terdengar jelas oleh Javier yang baru saja akan memasuki ruang tengah. Spontan langkahnya pun terhenti.Selain penasaran dengan 'pertanyaan apa yang diajukan Matthew pada Visha', Javier tidak suka kenyataan bahwa pria itu sudah memanggil nonanya dengan nama saja.Javier tidak bisa melihat wajah Visha yang kini panik karena ditodong tiba-tiba oleh Matthew setelah mereka selesai menikmati bebek peking."Uhm ... pe—pertanyaan soal hubungan kita?" tanya Visha, mengkonfirmasi.Ia tidak mau dicap terlalu pede dan malah salah jawaban.Memang, beberapa hari yang lalu Matthew sempat bertanya kalau sekiranya Visha punya bayangan hidup bersama dirinya dan juga putranya.Saat itu, Visha yang mengira kalau Matthew hanya bertanya saja, tidak menjawab dengan serius. "Yes. Maksudku, kau tahu kan, aku siap kalau memang kau mau menikahiku, Navisha." Matthew terlihat meraih salah satu tangan Visha yang jaraknya p
"Javier kembali ke Italia?!" tanya Visha dengan suara nyaring.Wanita itu baru saja duduk di kursi makan dan berpikir akan pergi ke kantor bersama dengan Javier, tapi yang muncul di sana adalah Lucas."I—iya, Nona." Lucas mencicit kaget dengan suara Visha yang langsung meninggi.Visha mengerutkan dahinya sambil menoleh ke arah Madoka yang tengah menyuap sarapannya.Tanpa ditanya, Madoka pun tahu kalau Visha sedang menanti penjelasan darinya. Ia berdeham lalu berkata, "Ehm ... Bos Luca sepertinya memanggil Javier ke Italia. Hanya 2 atau 3 hari ... sepertinya."Visha tidak mau menerima jawaban Madoka yang jelas terdengar ragu-ragu itu. Tapi Dante yang turut menatapnya sejak tadi, membuat Visha menahan diri.Ia pun melanjutkan sarapan tanpa bicara apa-apa lagi. Yang jelas, ia tidak percaya kalau ayahnya memberi perintah pada Javier tanpa memberitahunya terlebih dahulu.Setelah selesai sarapan, Visha pun ikut mengantar Dante ke sekolah.Dan seperti biasa, Matthew akan berbincang dengan V
“Dan setelah semua yang kau lakukan, kau hanya minta aku untuk mengeluarkanmu dari klan?!” raung Luca yang diikuti dengan gerakan membuang ludah ke depan Javier.Javier tak bergerak. Ia tahu ia layak menerima semua perlakuan itu. Bahkan dirinya marah saat pertama kali tahu kalau sang nona sudah digauli oleh Raffael.Apalagi Luca, yang notabene adalah ayah kandung Visha.“Kau tidak sebodoh itu berpikir aku akan melepasmu ke alam bebas, kan, Bajingan?! Kau akan mati di tanganku!” pekik Luca. Ia mengerahkan semua emosi dan amarahnya di setiap kata yang ia teriakkan.Sementara itu, Damian yang berada di ruangan sebelah, bisa mendengar jelas perbincangan mereka. Ruangannya itu tidak dibatasi oleh pintu, jadi, pengakuan Javier barusan terdengar detail di telinganya.Begitu juga dengan suara pelatuk pistol yang ditarik oleh Luca.Bergegas, Damian menghubungi Visha dan langsung berkata, “Nona! Bos besar akan membunuh Javier sekarang, karena ia mengaku sudah menidurimu!”“Kututup dulu, Damian.
“Huh?!”Luca tertegun. Begitu juga dengan Javier yang memang sejak tadi belum juga mengangkat rahangnya yang menggantung karena shock.Hanya Damian yang memutar bola matanya, heran dengan keunikan Visha dan juga keras kepalanya Javier yang tidak menyadari kalau selama ini Visha selalu saja menggodanya.Visha pun melanjutkan, “Kau yang paling tahu, Yah. Javier terlalu lurus untuk melakukan hal-hal tidak senonoh. Apalagi padaku.”“Tapi, Navisha Nak—”“Tidak ada tapi, Yah. Aku juga mencintai Javier selama ini. Sulit sekali mendapatkan pengakuan dari mulut pria keras kepala itu. Dan setelah aku mengetahui perasaan Javier yang sebenarnya, aku tak berniat untuk kehilangan dia.”Visha langsung menutup sambungan telepon itu, membuat Luca tak bisa lagi berkata-kata. Kalaupun ia membunuh Javier, itu berarti ialah yang membuat anak dalam kandungan Visha kehilangan ayah.“Damian! Masukkan Javier ke dalam kamar tahanan! Aku tidak mungkin menyerahkan Visha ke tangan Javier, sekalipun ia adalah pria
“Huh?!”Dalam keadaan bingung Javier pun melompat ke dalam mobil yang sudah terbuka lebar untuknya. Ia bisa mendengar teriakan dari rekan kerja yang tidak berhasil menangkapnya.“Kau—”“Nona Navisha memintaku untuk ke tempat ini dan menyelamatkanmu. Aku hanya membalas kebaikannya.” Sang penolong yang ternyata adalah Claire itu memotong ucapan Javier sambil tetap menginjak pedal gas dalam-dalam.Dalam sekejap Javier tiba di sebuah gedung. Claire membawanya naik sampai ke atap bangunan itu dan ia bisa melihat sebuah pesawat sudah siap berangkat.Wanita muda itu kemudian pamit, “Sampai sini saja, aku mengaturkan semuanya. Kau tahu kan, bosmu takkan tinggal diam. Dia—”“Itu Javier! Cepat tangkap dia!” seruan beberapa orang pun menghentikan percakapan mereka.Javier segera berlari ke dalam pesawat pribadi itu dan tak ada yang bisa menangkapnya lagi.“Ugh! Apa aku sudah gila. Lari dari bos sendiri?!” keluh Javier sambil terduduk lemas di salah satu kursi pesawat.Tentu saja, pesawat itu kos
“Bos, maafkan saya. Saya lengah.” Damian membungkuk.Tapi tidak terpancar rasa takut sedikitpun dari sang sekretaris. Seolah permintaan maaf itu hanyalah sebuah formalitas. Mungkin juga, karena ia tahu kalau Luca takkan marah dengan kejadian kaburnya Javier dari kediaman Cavallo.Luca menndengkus, tak berbalik dari posisinya yang sedang mengamati pemandangan di luar jendela ruang kerjanya.“Kau pikir aku tak tahu kalau kau pasti membiarkan penjagaanmu lemah, hm? Berani betul anak itu!” ujar Luca yang ternyata diiringi oleh ledakan tawa yang sangat tidak biasa.Damian pun mengangkat tegak tubuhnya lagi, mencoba membaca situasi dari tawa dan raut wajah sang atasan.Wajah Luca menampakkan raut kekesalan bercampur dengan pancaran rasa terpikat oleh sesuatu yang kemungkinan adalah keberanian Javier melawan dirinya, demi bertemu Visha.“Damian. Segera urus perpindahan kekuasaan dari Visha pada Iuven di perusahaan Adinata.” Tiba-tiba Luca memerintahkan dengan nada tegas.Damian pun membungku
"Aku sudah mendiskusikannya dengan Tuan Luca. Yang akan memegang jabatan CEO adalah putraku, Nathan. Tenang saja, ia bisa diandalkan."Iuvencius—pria yang digadang-gadang akan menjadi pengganti Visha itu pun berkomentar santai.Karena ia sudah menjabat sebagai direktur utama di perusahaannya sendiri, sesuai aturan negara, ia tidak bisa memegang jabatan direktur di perusahaan lain.Dan saat ini, dalam pertemuannya dengan Visha, ia membawa serta pria muda yang baru saja ia sebutkan namanya. Nathanael William. Putra sulung Iuven.Pria muda itu pun berkomentar, "Saya masih harus belajar, Nona Navisha. Saya berharap Anda masih bisa mengajarkan saya beberapa bulan ke depan."Visha terkekeh sambil mengangguk paham. "Tentu, tentu. Kalau begitu, saya mohon kerja samanya, Nathan."Keputusan tersebut disegel dengan jabat tangan antara Visha dan Nathanael.Setelah pembicaraan selesai, Damian dibantu oleh para sekretaris mengurus berbagai hal yang harus dipersiapkan untuk menyelenggarakan rapat p
"Turunkan dengan hati-hati." Damian mengarahkan beberapa bawahan yang membopong tubuh Javier turun dari pesawat.Mereka baru saja tiba di Italia.Namun, alih-alih mendarat di lapangan bandara, pesawat pribadi Luca itu mendarat di atap sebuah gedung pencakar langit."Aku akan membawa Tuan muda menemui Bos." Madoka menggendong Dante yang masih terlelap.Damian mengangguk seraya berujar pelan, "Baiklah, kuserahkan Tuan muda Dante padamu, Madoka."Pria itu menatap punggung Madoka yang berjalan cepat menuju ke dalam gedung, menghindari Dante terbangun dan mencari Visha.Mereka diperintahkan untuk membawa Visha dan Javier dalam keadaan tak sadarkan diri. Benar.Javier langsung tak sadarkan diri, setelah meminum Wine yang diberikan oleh Madoka dengan sengaja. Begitu juga dengan Visha.Salah satu pramugari di pesawat, memberinya minuman yang sudah dicampur dengan obat tidur, sebelum ia naik ke atas kasur.Dan saat ini, masing-masing mereka berada di tempat terpisah. "Damian, kau sudah sele