“Huh?!”Dalam keadaan bingung Javier pun melompat ke dalam mobil yang sudah terbuka lebar untuknya. Ia bisa mendengar teriakan dari rekan kerja yang tidak berhasil menangkapnya.“Kau—”“Nona Navisha memintaku untuk ke tempat ini dan menyelamatkanmu. Aku hanya membalas kebaikannya.” Sang penolong yang ternyata adalah Claire itu memotong ucapan Javier sambil tetap menginjak pedal gas dalam-dalam.Dalam sekejap Javier tiba di sebuah gedung. Claire membawanya naik sampai ke atap bangunan itu dan ia bisa melihat sebuah pesawat sudah siap berangkat.Wanita muda itu kemudian pamit, “Sampai sini saja, aku mengaturkan semuanya. Kau tahu kan, bosmu takkan tinggal diam. Dia—”“Itu Javier! Cepat tangkap dia!” seruan beberapa orang pun menghentikan percakapan mereka.Javier segera berlari ke dalam pesawat pribadi itu dan tak ada yang bisa menangkapnya lagi.“Ugh! Apa aku sudah gila. Lari dari bos sendiri?!” keluh Javier sambil terduduk lemas di salah satu kursi pesawat.Tentu saja, pesawat itu kos
“Bos, maafkan saya. Saya lengah.” Damian membungkuk.Tapi tidak terpancar rasa takut sedikitpun dari sang sekretaris. Seolah permintaan maaf itu hanyalah sebuah formalitas. Mungkin juga, karena ia tahu kalau Luca takkan marah dengan kejadian kaburnya Javier dari kediaman Cavallo.Luca menndengkus, tak berbalik dari posisinya yang sedang mengamati pemandangan di luar jendela ruang kerjanya.“Kau pikir aku tak tahu kalau kau pasti membiarkan penjagaanmu lemah, hm? Berani betul anak itu!” ujar Luca yang ternyata diiringi oleh ledakan tawa yang sangat tidak biasa.Damian pun mengangkat tegak tubuhnya lagi, mencoba membaca situasi dari tawa dan raut wajah sang atasan.Wajah Luca menampakkan raut kekesalan bercampur dengan pancaran rasa terpikat oleh sesuatu yang kemungkinan adalah keberanian Javier melawan dirinya, demi bertemu Visha.“Damian. Segera urus perpindahan kekuasaan dari Visha pada Iuven di perusahaan Adinata.” Tiba-tiba Luca memerintahkan dengan nada tegas.Damian pun membungku
"Aku sudah mendiskusikannya dengan Tuan Luca. Yang akan memegang jabatan CEO adalah putraku, Nathan. Tenang saja, ia bisa diandalkan."Iuvencius—pria yang digadang-gadang akan menjadi pengganti Visha itu pun berkomentar santai.Karena ia sudah menjabat sebagai direktur utama di perusahaannya sendiri, sesuai aturan negara, ia tidak bisa memegang jabatan direktur di perusahaan lain.Dan saat ini, dalam pertemuannya dengan Visha, ia membawa serta pria muda yang baru saja ia sebutkan namanya. Nathanael William. Putra sulung Iuven.Pria muda itu pun berkomentar, "Saya masih harus belajar, Nona Navisha. Saya berharap Anda masih bisa mengajarkan saya beberapa bulan ke depan."Visha terkekeh sambil mengangguk paham. "Tentu, tentu. Kalau begitu, saya mohon kerja samanya, Nathan."Keputusan tersebut disegel dengan jabat tangan antara Visha dan Nathanael.Setelah pembicaraan selesai, Damian dibantu oleh para sekretaris mengurus berbagai hal yang harus dipersiapkan untuk menyelenggarakan rapat p
"Turunkan dengan hati-hati." Damian mengarahkan beberapa bawahan yang membopong tubuh Javier turun dari pesawat.Mereka baru saja tiba di Italia.Namun, alih-alih mendarat di lapangan bandara, pesawat pribadi Luca itu mendarat di atap sebuah gedung pencakar langit."Aku akan membawa Tuan muda menemui Bos." Madoka menggendong Dante yang masih terlelap.Damian mengangguk seraya berujar pelan, "Baiklah, kuserahkan Tuan muda Dante padamu, Madoka."Pria itu menatap punggung Madoka yang berjalan cepat menuju ke dalam gedung, menghindari Dante terbangun dan mencari Visha.Mereka diperintahkan untuk membawa Visha dan Javier dalam keadaan tak sadarkan diri. Benar.Javier langsung tak sadarkan diri, setelah meminum Wine yang diberikan oleh Madoka dengan sengaja. Begitu juga dengan Visha.Salah satu pramugari di pesawat, memberinya minuman yang sudah dicampur dengan obat tidur, sebelum ia naik ke atas kasur.Dan saat ini, masing-masing mereka berada di tempat terpisah. "Damian, kau sudah sele
Season 2 “Jadi, aku harus memanggil Bos Luca dengan sebutan ayah?” tanya Javier berbisik pada Visha. Pertanyaan Javier benar-benar membuat Visha kembali berpikir. “Benar juga. Rasanya aneh kalau kau memanggilnya Ayah. Aku sendiri geli mendengarnya.” Visha terkekeh-kekeh sambil menikmati makanannya. Mereka sudah menerima ucapan selamat dari hampir seluruh tamu undangan dan saat ini tengah mengisi perut mereka yang kelaparan. Kemudian Javier berkata, “Tetap panggil Bos saja, bagaimana? Aku lebih nyaman seperti itu.” Visha pun mengangguk setuju. Tak lama kemudian, mereka pun harus menerima pamitan dari para tamu undangan karena waktu yang sudah semakin larut. Setelah tamu semakin berkurang, Visha dan Javier pun turun dari panggung menuju ke kursi di mana Luca dan Dante duduk bersama dengan keluarga. “Navisha, Nak!” Kakek Visha yang tentu saja hadir dalam acara sacral tersebut langsung berdiri menyambut cucu kesayangannya itu. “Grandpa! Terima kasih sudah datang. Walau aku sendi
“Mm!”Suara erangan kecil yang keluar dari mulut bibir Visha membuat Javier tersenyum simpul.Ruang kamar hotel itu ia biarkan tak diterangi lampu, hanya mengandalkan cahaya dari luar jendela yang sedikit-sedikit menerobos celah yang ada di antara tirai panjang.Pendingin ruangan pun terasa nyaman di kulit polos Visha yang tak tertutup oleh selimut.Ini pertama kalinya mereka menikmati waktu romantic berdua secara sah.“Kau mau sesuatu?” tanya Javier yang akhirnya mengecek ke tempat tidur, untuk memastikan kalau wanita yang baru saja menjadi istrinya itu sudah benar-benar bangun dan tidak hanya mengigau.Netra Visha memang masih tertutup, tapi dengkusan kecil terdengar dibarengi dengan dua tangannya yang terangkat, seolah sibuk meraih tubuh Javier untuk kembali ke pelukannya.Javier pun menyambut gerakan Visha dengan berbaring di sebelahnya, sehingga wanita itu mudah untuk memeluknya.Visha pun melancarkan protesnya, “Kenapa kau sudah bangun sepagi ini?” Alih-alih menjawab pertanyaan
“Ayo, berenang!” ajak Visha yang muncul di belakang Dante, sudah dengan pakaian renang yang menampilkan lekukan tubuhnya.Melihat apa yang dikenakan Visha, dengan tergesa Javier bangkit dari sofa dan langsung mendorong sang istri untuk masuk sedikit ke dalam, supaya tidak terlihat oleh Madoka.Tanpa mengatakan apapun, Javier mengambil jubah mandi dan memakaikannya pada Visha, membuat wanita itu sadar kalau Javier sepertinya tidak suka berbagi pemandangan, walau dengan Madoka yang notabene adalah seorang gay.“Kau cemburu, hm?” tanya Visha yang sama sekali gagal menyembunyikan cengiran bahagianya.Jarang sekali Javier bersikap seperti ini. Walau sedikit masuk kategori overprotektif, tapi Visha menyukainya.Javier mengalihkan pandangannya sambil berkata cuek, “Ini cemburu kah? Aku hanya tidak suka melihatmu dilihat oleh orang lain selain aku.”Visha tergelak sambil melingkarkan dua tangan di leher Javier. “Baiklah, baiklah. Aku akan beli pakaian renang yang menutup semua tubuhku. Bagaim
“Nana! Jang—”Buk!Sebuah pukulan mendarat di tengkuk Javier. Hanya butuh satu kali hantaman, Javier langsung tak sadarkan diri di tangan mereka.“Oi! Nata! Jangan berlebihan!” tukas pria berjas hitam lainnya yang terlihat tak setuju. “Bagaimanapun, dia bukan musuh kita.”Nata melirik dengan tatapan tajam yang juga menyiratkan ketidaksetujuan atas nada tinggi pria tersebut.“Aku diberi wewenang yang cukup, untuk melakukan itu, Dimitri. Jangan menggurui!” sentaknya seraya masuk ke dalam salah satu mobil yang tidak ada siapapun di dalamnya, selain si pengemudi.Seolah menjadi kode, masuknya pria bernama Dimitri ke dalam mobil sebagai orang terakhir yang menutup pintu itu, membuat semua mobil berjenis sedan hitam tersebut bergerak dari posisi mereka masing-masing.Dimitri yang ikut dalam mobil Javier pun masih mengepalkan tangannya. Tidak suka dengan cara Nata menenangkan Javier. Tapi ini juga salahnya yang tidak buru-buru menenangkan Javier.Dibanding dengan Nata, Javier lebih dekat den