Share

BAB 84

Penulis: Desy Cichika Harish
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Bagaimana persiapan kita?” tanya Reinhart.

“Semua udah beres Om. Di sana, Om Rudi sedang menyiapkan berkas yang akan diambil alih. Dan Misty juga mulai besok sudah bisa bekerja di rumah Om Rudi.” Jawab Bintang.

“Terus, gimana dengan rencana kamu yang mau pergi mencari preman pembunuh yang terlibat dalam pembunuhan orang tua Azzalyn?”

“Saya dan Koma akan pergi besok, Om. Karena besok hari Minggu, jadi Misty tak perlu bekerja di rumah Om Rudi. Koma tak perlu mengawasinya.”

“Bagus. Semoga semua rencana kita bisa berjalan lancar.” Ujar Reinhart.

Bintang hendak menjawab lagi, namun urung saat ponselnya terasa bergetar panjang. Tanda ada seseorang yang menelepon.

Dahi Bintang berkerut saat melihat nama yang tertera di layar. Meski berat, Bintang tetap menjawab panggilan telepon itu setelah sebelumnya sempat menjauhkan diri dari Reinhart.

Cukup lama Bintang berbicara di telepon. Reinhart bahkan mendengar sedikit perdebatan antara Bintang dengan lawan bicaranya.

“Siapa?” tanya Reinha
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nurul Idawati
lama banget up nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 85

    “Abyl, lepaskan....” Azzalyn berusaha mendorong tubuh Abyl agar menjauh. Namun tak bisa karena seolah melekat kuat. Azzalyn memandang Bintang, seolah meminta pertolongan. Bintang paham dan langsung memegang pundak Abyl. “Abyl, lepaskan dulu Azzalyn. Kau bilang mau bicara. Azzalyn udah datang ke sini. Seharusnya kau tak mengecewakannya dengan berlaku seperti ini.” Ujar Bintang. Abyl melepas pelukannya, seolah langsung tersadar setelah mendengar kalimat Bintang. “Maaf...” ujarnya kemudian. “Sekarang katakan, apa yang mau kau bicarakan?” tanya Azzalyn to the point. “Bisakah hanya kita berdua saja?” tanya Abyl seraya memandang Bintang. “Biar aja Bintang tetap di sini. Dia bukan orang yang akan mengganggu percakapan kita.” Sahut Azzalyn dingin. “Tapi aku hanya ingin bicara berdua denganmu Azzalyn. Apa kau tak percaya padaku? Apa kau takut aku punya niat jahat?” cecar Abyl. “Ya udah. Aku akan pergi.” Ujar Bintang akhirnya. Ia mengerti kalau urusan antara Abyl dan Azzalyn, harus di

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 86

    Riska dan Bu Narti berteriak seperti orang gila. Tubuh kaku Abyl yang mereka lihat di kamar mayat rumah sakit, membuat kedua wanita itu histeris.Sementara Krisna terduduk lemas di lantai setelah melihat putra kesayangan satu-satunya itu telah meninggal.“Abyl... Apa yang terjadi? Kenapa....?” Bu Narti menangis sambil memeluk cucunya itu.“Siapa? Siapa yang melakukan ini padamu, Abyl?” teriak Riska sambil terus menggoyang tubuh Abyl.Di saat mereka semua sedang meratapi kepergian Abyl, Dwita datang sambil berlari. Ia baru saja tiba bersama Bintang yang tadi menjemput saat ia sedang asyik bersenang-senang dengan teman-temannya.“Kak Abyl kenapa Ma?” tanya Dwita pada Riska yang sudah pasti masih terus menangis. Tak ada jawaban. Dwita mengalihkan pertanyaannya pada Krisna dan Bu Narti, meski sebenarnya gadis itu tahu kalau Kakak lelakinya telah tiada. Namun ia terus saja bertanya sambil menangis meski tak ada satu orang pun yang menjawab.“Kenapa bisa begini? Apa yang terjadi? Ka

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 87

    “Udah?” Bintang menegakkan badan yang sempat ia sandarkan di mobil, saat melihat Azzalyn datang. Gadis itu hanya mengangguk. Terlihat sekali dari matanya yang bengkak, kalau ia habis menangis.Bintang memang sengaja menunggu di mobil, membiarkan Azzalyn mendatangi makam Abyl sendirian. Karena ia tahu, kalau Azzalyn pasti butuh privasi untuk mengeluarkan segala kesedihannya di sana.“Iya. Kita pulang sekarang.” Azzalyn menyahut tanpa memandang ke arahnya, langsung masuk ke dalam mobil.“Habis ngantar kamu, aku langsung berangkat ya.” Bintang memulai percakapan setelah mereka sempat saling diam selama perjalanan.“Harus sekarang juga? Kenapa nggak berangkat besok aja?”“Seperti kata Om Reinhart, kita lagi kejar-kejaran dengan waktu. Mumpung sekarang Tante Riska sedang lengah. Lagi pula, kita harus cepat bergerak sebelum orang bernama Jiman yang telah membunuh Paman Bandi berpindah tempat. Akan lebih sulit lagi buat kita untuk melacaknya.”Azzalyn sempat terdiam beberapa saat.“

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 88

    “Sial....!”Koma memaki saat matanya dilempar pasir oleh Jiman. Seketika pegangan tangannya mengendur dan itu dimanfaatkan Jiman untuk melepaskan diri.Untungnya Bintang pun dengan sigap kembali menangkap Jiman, membuat lelaki berkumis itu menggeram karena tak bisa melepaskan diri.Terdengar suara teriakan perempuan dari dalam rumah. Seorang wanita yang menggendong anak kecil berusia sekitar satu tahun keluar sambil berlari menghampiri mereka.“Ada apa ini? Kenapa kalian menghajar suami saya? Lepaskan Mas Jiman, atau saya panggil orang kampung biar kalian digebukin.” Ancam perempuan itu.“Maaf Mbak, nggak bisa saya lepaskan begitu aja. Kalau mau panggil warga sini, silakan. Tapi saya jamin, rahasia suami Mbak akan saya bongkar di hadapan mereka semua. Emangnya nggak malu, kalau orang-orang di sini tahu suami Mbak ini adalah seorang preman pembunuh bayaran?” Koma justru menantang, seakan tak merasa takut sama sekali. Sementara Bintang masih fokus menahan tubuh Jiman agar tak bisa

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 89

    Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Jiman. Meski hanya sekali, tapi lelaki itu langsung merasakan kebas dan sakit di pipinya.“Udah, sekali aja Azzalyn. Jangan terbawa emosi.” Bintang memegang pundak Azzalyn yang terlihat naik turun karena menahan tangis.Tadi tangannya refleks menampar pipi Jiman saat pria itu mengakui kalau ia yang telah membunuh Bandi dan Abidin.“Maaf, tapi aku terpaksa. Sebenarnya aku sudah lama tak menerima pekerjaan dari Nyonya Riska. Tapi waktu itu, selain karena aku sedang butuh biaya pengobatan istriku, Nyonya Riska juga mengancam akan membuat istriku semakin menderita. Nyonya Riska memaksaku, karena di antara anak buahnya yang lain, hanya aku memiliki kemampuan membuat bom rakitan.”“Kau begitu peduli dengan keselamatan istrimu, tapi tak punya hati nurani untuk membiarkan orang lain hidup. Kau egois! Sepatutnya kau masuk neraka!” kata-kata Azzalyn terasa tajam dan menusuk, meski ia mengatakannya dengan nada suara yang nyaris datar.“Nyonya Riska ke

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 90

    “Kau bisa masuk ke dalam kamar tempat di mana Om Kris dirawat sekarang, Azzalyn. Soal Dwita, biar aku yang urus. Aku akan mengajaknya keluar untuk mengalihkan perhatiannya sementara.”“Jadi Dwita yang sedang menunggui Om Kris?” “Iya. Kayaknya Tante Riska dan Oma Narti sedang pulang. Cuma kita memang nggak bisa lama-lama karena nggak tahu kapan mereka akan kembali. Jadi, begitu aku mengajak Dwita keluar, kau cepat-cepat datangi Om Kris. Mereka menempati kamar pasien VVIP, jadi nggak akan ada orang lain di kamarnya selain Om Kris.”Azzalyn tampak mengangguk. Ia sedikit tersentak saat Bintang memegang pundaknya.“Temuilah Om Kris. Dan katakan apa yang ingin kau katakan padanya selama ini.” Pesan Bintang.“Apa aku perlu melakukannya?” Azzalyn tampak ragu.Sebenarnya, kedatangan dia ke rumah sakit sekarang ini bukan karena keinginan sendiri. Melainkan atas nasihat dari Reinhart dan Bintang. Tadinya, meski mendengar kalau Krisna sedang sakit parah, ia sama sekali tak ada keinginan

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 91

    “Kau tak apa-apa, Azzalyn?” Reinhart menepuk pelan pundak Azzalyn.Gadis itu sudah seharian ini termenung. Bahkan ia belum ada makan sama sekali. Wajar saja, hatinya sekarang pasti sedang hancur lebur karena kematian Krisna, ayahnya.“Om juga sedih, Azzalyn. Sebagai sahabatnya, Om nggak bisa datang ke sana untuk memberikan penghormatan terakhir buat Krisna. Padahal selama ini dialah yang telah membantuku hingga bisa tetap hidup sampai hari ini. Tak disangka, justru dia yang tak bisa bertahan.” Reinhart terdengar seperti sedang berbicara dengan dirinya sendiri.Azzalyn hanya melirik sekilas pada Reinhart. Hatinya semakin lebur mendengar kalimat terakhir yang baru saja diucapkan sahabat ayahnya itu. Azzalyn tak menyangka, kalau kedatangannya ke rumah sakit waktu itu adalah pertemuan terakhir dengan sang ayah. Berita meninggalnya Krisna mereka dengar pertama kali dari Rudi. Dan saat kabar duka itu mereka terima, hanya beberapa jam setelah kunjungan Azzalyn dari rumah sakit.Azzal

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 92

    Jiman tampak menggeram menahan marah. Kalau saja kedua tangannya tak diikat, mungkin ia sudah menerkam dan menghajar semua orang yang ada di dalam ruangan ini.“Kalian memang nggak punya hati nurani! Kenapa bawa-bawa Rahayu?! Dia sedang hamil, dan kalian tahu kan kalau kami sudah begitu lama menanti kehadiran anak ini?” mata Jiman menyalang, menatap Azzalyn, Bintang dan Koma secara bergantian.“Mas Jiman, sebenarnya ini ada apa? Ayu dijemput, katanya Mas Jiman menikah lagi. Makanya Ayu langsung ikut mereka. Tapi kenapa Mas Jiman malah diikat kayak gini? Sebenarnya siapa mereka?” Rahayu kebingungan. Ia tampak mulai ketakutan.Jiman terkejut. Pantas saja Rahayu semudah itu ikut orang yang tak dikenal. Ternyata mereka memfitnah dirinya agar sang istri marah dan ikut tanpa berpikir panjang.“Beraninya kalian memfitnahku! Bagaimana kalau sampai istriku keguguran karena cerita bohong kalian?!” Jiman berteriak.“Ya nggak gimana-gimana. Kalaupun kau kehilangan anak itu, aku rasa sepadan

Bab terbaru

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 102

    Tiga tahun kemudian “Sayang, kau sudah siap?”Bintang membuka pintu kamar dan melihat Azzalyn yang sedang sibuk mengganti popok bayi lelaki mereka yang baru berumur 5 bulan.“Tunggu sebentar lagi. Ezra agak rewel hari ini.” Azzalyn tampak mengantuk, bisa dilihat dari kantung matanya yang menghitam.Merawat seorang bayi memang sungguh sangat tidak mudah.“Ezra mau dibawa juga? Bukannya dia sedang pilek?” Bintang kini duduk di samping ranjang, memperhatikan istrinya yang sedang memakaikan celana baru untuk Ezra.“Dia tetap di rumah. Batuknya bisa semakin menjadi karena kalau sudah sesiang ini banyak debu jalanan. Oma kan di rumah, jadi ada yang menjaga Ezra.”Azzalyn membersihkan tangannya yang terkena sedikit bedak bayi saat tadi memakaikan pada sang anak.“Harum sekali,” Azzalyn menghirup bau tangannya. “Coba kamu cium,” ia mendekatkan telapak tangan pada Bintang.“Biasa saja. Lebih harum aku.” Bintang tersenyum dengan penuh percaya diri.“Jangan terlalu tinggi menilai dirimu,” ejek

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 101

    Dwita kembali mengalihkan pandangannya keluar jendela. Azzalyn bernafas lega karena apa yang ia khawatirkan tak terjadi.“Dwita, sungguh aku tak pernah berniat untuk menyakitimu ataupun Abyl. Kepergian Abyl, juga merupakan pukulan berat buatku.” Azzalyn menyeka air mata yang sempat jatuh setitik. “Hatiku juga hancur saat melihat orang yang aku sayangi meninggal dengan tragis di depan mataku sendiri.” Sambungnya.Kini Azzalyn juga ikut menatap keluar jendela.“Apa kau tahu, saat awal-awal menjalin hubungan dengan Abyl, aku ingin sekali mendekatimu? Sejak dulu aku ingin sekali punya adik perempuan, karena aku adalah anak tunggal. Tapi sikapmu yang tak pernah menampakkan rasa bersahabat membuatku tak berani berharap banyak. Ketika tahu kalau aku dan Abyl bersaudara, hatiku menjerit karena merasa hidup ini sungguh tak adil. Saat itu, aku benar-benar sangat mencintainya. Bahkan sampai kini pun, bagiku Abyl memiliki tempat khusus di dalam hati ini. Posisinya tak bisa dijelaskan dengan ka

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 100

    Bu Narti berjalan perlahan dengan secangkir teh manis hangat di tangannya. “Minum teh dulu.” Ia menyerahkan cangkir itu pada Azzalyn yang sedang termenung di depan jendela terbuka yang menghadap langsung ke pekarangan di samping rumah.“Terima kasih.” Azzalyn langsung meminum sedikit teh yang diberikan padanya. Sesaat terjadi kecanggungan antara nenek dan cucu itu. Mereka sama-sama ingin memulai percakapan, hanya tak tahu harus memulai dari mana.“Apa kamu mau duduk?” Bu Narti menawarkan. Azzalyn hanya mengangguk dan langsung mengekor di belakang Bu Narti.“Akhirnya kau datang juga ke sini menjengukku. Terima kasih.” Bu Narti seakan tak kuasa menahan rasa harunya. Ia sibuk menyeka air mata yang jatuh tanpa henti.Azzalyn menunduk sambil menggigit bibir. Ia sendiri pun sedang berusaha sekuat tenaga agar tidak menangis. Hidungnya sudah terasa perih dan kelopak matanya mulai panas.“Apa selama ini Oma sendirian?” Azzalyn bertanya, meski ia sendiri sudah tahu jawabannya.Bu Nart

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 99

    “Aku tidak tahu, Bintang. Seharusnya aku merasa senang dan bahagia dengan pernikahan ini. Tapi kenapa, hatiku seakan terasa kosong? Seharusnya, saat aku bersanding di pelaminan nanti, ada Ibu atau Mbahku. Atau Ayah. Atau mungkin Paman Bandi. Tapi--- di hari bahagiaku nanti, tak ada siapa-siapa yang akan menjadi saksi kebahagiaan kita. Bukankah, nasibku begitu malang dan kasihan?”Air mata Azzalyn tumpah tak tertahankan. Berulang kali ia menelan saliva, agar tangisnya tak pecah. Namun hal itu justru membuat tenggorokannya sakit. Hidungnya perih dan kelopak matanya memanas. Bintang meraih Azzalyn ke dalam pelukannya. Hatinya juga ikut sakit mendengar kalimat yang keluar dari mulut gadis yang ia cintai itu.“Jangan terlalu bersedih, Azzalyn. Jangan merasa kalau hanya hidupmu yang begitu menyedihkan. Meski tak ada satu pun dari mereka yang hadir, tapi ada Om Reinhart, ada Om Rudi, Misty dan Koma. Kita saling memiliki, Azzalyn. Kita bahagia meski anggota keluarga kita tak lengkap. Buka

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 98

    “Azzalyn....”Bintang memeluk Azzalyn yang kini sedang duduk dengan sebuah selimut tebal membungkus tubuhnya. Hati pemuda itu senang sekali karena melihat Azzalyn dalam keadaan baik-baik saja.“Bintang...” Azzalyn membalas pelukan pria yang sedang dekat dengannya itu.“Syukurlah kau tak apa-apa Azzalyn. Aku senang sekali begitu mendapat telepon dari kantor polisi. Aku dan Misty langsung kemari.”“Misty juga ke sini?”“Iya, tapi dia masih ada di mobil, menunggu Koma yang menyusul di belakang bersama Om Rudi. Kami semua mengkhawatirkanmu.” Bintang kembali memeluk Azzalyn. Seakan tak ingin kehilangan gadis itu lagi.“Terima kasih karena sudah mengkhawatirkan aku. Aku baik-baik saja.” Azzalyn tersenyum.“Apa kau terluka?” Bintang memindai tubuh Azzalyn, dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Memastikan kalau tak ada luka sedikit pun di sana.“Tidak. Mungkin hanya luka kecil atau tergores. Tapi aku sungguh tidak apa-apa.”“Tapi kudengar Tante Riska sempat berusaha untuk menembakmu.”“Mema

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 97

    “Di mana ini?” Azzalyn berjalan terhuyung-huyung sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling. Tempat ia berdiri sekarang terasa asing. Ia baru saja siuman dari tidur panjang akibat pengaruh sesuatu yang disuntikkan oleh Riska, setiap kali ia tersadar.Azzalyn tahu, kalau Riska telah membawanya ke suatu tempat yang sangat jauh. Namun ia tak tahu pasti di mana keberadaannya kini.Sementara Riska, sejak ia terbangun dan keluar dari mobil, tak terlihat sama sekali. Entah apa maksud wanita itu membawanya sampai sejauh ini. Bukankah kalau memang Riska berniat untuk membunuh, sekarang ia sudah pasti berada di alam yang berbeda?Tapi Azzalyn dapat memastikan kalau dia masih hidup. Hanya saja ia sekarang berada di daerah antah berantah yang sepi dan hanya dikelilingi oleh pepohonan. Apa mungkin ini adalah sebuah hutan?Kepala Azzalyn pusing, namun ia tetap harus melangkahkan kaki untuk mencari pertolongan. Mobilnya tak bisa hidup sama sekali, seakan sengaja dirusak. Sementara hari seben

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 96

    “Apa yang terjadi? Bagaimana bisa Azzalyn menghilang?” Bintang terlihat panik, padahal ia baru saja turun dari mobilnya dan menemui Misty yang menunggu di teras rumah mewah Azzalyn. “Misty sendiri tidak yakin, Kak Bintang. Semalam Mbak Azzalyn pergi keluar sebentar, mau beli makanan buat kami. Tapi Misty tunggu sampai malam dia tak pulang-pulang.” Misty menangis, karena takut terjadi apa-apa dengan Azzalyn. Andai saja semalam dia tak menolak untuk ikut, pasti Azzalyn tak akan menghilang. Sementara itu, Bintang yang bingung hanya bisa mondar-mandir. “Aku khawatir hilangnya Azzalyn ada hubungan dengan Tante Riska yang kabur dari penjara.” Bintang berkata pelan, seolah sedang berbicara sendiri. “Apa sebaiknya kita tanya dengan Om Rudi?” Misty memberikan ide. “Mungkin saja sebagai orang yang pernah dekat dengan keluarga Tante Riska, dia tahu di mana biasanya Tante Riska menyembunyikan musuh-musuh yang diculik.” “Benar juga. Kenapa aku tak bisa berpikir samp

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 95

    Dwita mengamuk dan melempar apa pun yang berada di dekatnya. Suara tangisannya bercampur jerit histeris, cukup memekakkan telinga.“Dwita, Oma mohon jangan seperti ini. Sadarlah! Berhentilah berteriak.” Bu Narti menangis sambil berusaha memeluk tubuh Dwita yang terlihat kurus.Penampilan gadis itu sungguh sangat berbanding terbalik dengan yang dulu. Hal itu juga yang membuat Bintang kini tercengang tak percaya.Dwita yang dulu ia kenal sebagai seorang gadis ceria yang cantik dan berbadan berisi, kini terlihat tinggal tulang yang dibalut kulit. Badannya pun tak lagi cerah bercahaya seperti dulu. Rambutnya apalagi, entah sudah berapa lama rambut panjang itu tak disisir.“Bintang, bisakah kau membantu Oma mendiamkannya? Tolonglah, mungkin kalau mendengar suaramu dia bisa sedikit tenang. Sejak pindah ke rumah ini malam itu, Dwita selalu menyebut namamu.” Suara Bu Narti mengejutkan Bintang yang sejak tadi seakan terhipnotis.Spontan ia mengangguk dan mendekati Dw

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 94

    “Sudah, jangan menangis lagi, Misty. Om pasti akan datang ke sini sesekali untuk menjengukmu.”Reinhart masih berusaha membujuk Misty yang menangis sejak tadi dalam pelukannya. Gadis itu seakan tak mau melepaskan tubuhnya.“Om tidak pernah bilang kalau akan pergi keluar negeri.” Suara Misty nyaris tak tertangkap dengan jelas, namun Reinhart masih bisa mendengarnya.“Maafkan Om, Misty. Om harus menemui anak istri di Amerika. Mereka tak mau pulang ke Indonesia karena tak ingin berurusan lagi dengan Riska. Meski dia sudah dipenjara, tak ada yang bisa menjamin kalau dia tak membalas dendam dan berbuat ulah. Om akan tetap menjagamu meski kita berjauhan, Misty. Setiap bulan Om akan mengirimi kamu uang, bukankah kamu bilang ingin lanjut kuliah?”Misty menggeleng. “Misty Cuma ingin Om tetap di sini. Kalau Om pergi, tidak ada yang menjaga Misty lagi.” Rengeknya.Reinhart hanya tersenyum sambil mengelus pucuk kepala Misty.“Siapa bilang? Masih ada Bintang dan jug

DMCA.com Protection Status