“Apa aku perlu membeli sesuatu untuk mamamu?” tanya Briana saat berada di mobil Dharu.Dharu menjemput Briana di perusahaan setelah dia makan siang bersama Farhan.“Tidak usah, dia juga sudah mau pulang jadi tidak perlu dibawakan apa-apa,” balas Dharu sambil sibuk menyetir.Briana mengangguk-angguk, tapi sedetik kemudian berkata, “Tapi tak sopan menjenguk orang sakit tanpa membawa buah tangan.”“Apa kamu sedang berusaha jadi calon menantu yang baik,” seloroh Dharu tanpa menoleh Briana.Briana sangat terkejut mendengar ucapan Dharu. Dia menoleh pria itu tapi tak bisa berkata-kata. Briana pun akhirnya memilih diam.Dharu tersenyum tipis saat tak mendengar Briana bicara lagi. Mobil mereka pun akhirnya sampai di rumah sakit tempat orang tua Dharu dirawat.“Ingat, jangan membahas soal jantung,” ucap Dharu memperingatkan.Briana menoleh pria yang berjalan di sampingnya itu, heran saja punya sakit jantung tapi tidak boleh dibahas. Namun, demi menjaga mental orang tua Dharu, Briana pun mengi
“Apa?”Semua orang terkejut mendengar apa yang baru saja dikatakan Dharu.“Dharu!” Dhira sangat syok mendengar apa yang dikatakan saudara kembarnya itu.“Kalian tidak sedang bercanda, kan?” tanya sang mama yang sangat syok mendengar putranya tiba-tiba mau menikah.“Mama pernah bilang ingin melihatku segera menikah. Jadi sekarang aku kabulkan. Aku akan menikah, tapi dengan Briana,” jawab Dharu meyakinkan sambil menggenggam telapak tangan Briana.Briana awalnya terkejut karena Dharu meraih telapak tangannya. Dia pun berusaha tenang karena merasa jika keluarga Dharu sepertinya tak menyukai dirinya.“Banyak wanita lain, kenapa harus dia?” Dhira langsung tak terima, bahkan bicara sambil menunjuk ke Briana.Renata dan Evan terkejut melihat Dhira marah. Evan pun meminta agar Dhira tenang mendengarkan penjelasan sang kakak.“Kalian benar-benar yakin ingin menikah? Bukankah dia ....” Renata bicara dengan lemah lembut ke putranya karena tahu bagaimana sifat Dharu.“Aku sangat yakin ingin menika
“Keluarganya tak menyukai. Oh bukan, adik kembarnya tak menyukaiku.”Medha mengerutkan alis mendengar ucapan Briana. Dia menoleh ke sahabatnya itu yang kini sedang duduk sambil memeluk bantal.“Kamu ini bicara apa?” tanya Medha lantas menepuk mask yang ada di wajah.Briana menatap Medha yang baru saja memakai masker, lantas mendengkus kasar sambil mengubah posisi duduk.“Mamanya sangat baik, ayahnya biasa saja, tapi kembarannya sangat jutek. Dia sepertinya membenciku karena aku pernah membuat kakaknya patah hati,” ujar Briana mendadak mencemaskan hal itu.Medha mendekat ke Briana sambil menepuk-nepuk masker yang ada di wajah. Dia duduk di samping sahabatnya itu, lantas menatap Briana yang terlihat kesal.“Ya, seharusnya kamu memaklumi. Bukankah kamu pernah bilang kalau kembaran Dharu itu memang sangat protektif ke pria itu?” tanya Medha.“Iya, tapi entah kenapa aku tetap saja kesal.”“Kenapa harus kesal kalau pernikahanmu hanya sandiwara?” tanya Medha keheranan.Bukankah seharusnya Br
“Kenapa kamu harus menikahi wanita itu?”Dhira langsung menatap tak senang saat Dharu masuk kamar.“Biar aku jelaskan,” ucap Dharu sambil mendekat ke Dhira yang ada di atas ranjang.“Apa sih? Kamu tuh kenapa masih saja menyukai wanita itu? Kamu tahu sendiri, dia itu sudah membuangmu demi pria lain, bagaimana bisa sekarang kamu malah mau menikahinya? Aku tidak rela!” Dhira akan terus memprotes keputusan sang kakak.Dharu selalu sabar menghadapi kembarannya yang memang labil dan mudah emosi. Dharu menarik tangan Dhira, kemudian menggenggamnya erat.Dharu sendiri tak pernah sama sekali marah dengan segala sikap protektif Dhira kepadanya karena dia tahu jika itu hanya bentuk kepedulian dan kasih sayang sang adik kepadanya.“Dia memang membuangku, tapi aku tidak pernah sekalipun bisa membuangnya, Dhira.” Dharu bicara dengan lembut ke sang adik.Dhira menatap kesal, kenapa sang kakak harus sebaik itu.“Tapi tetap saja, Dharu. Masa jutaan wanita di negara ini, tak ada yang bisa membuatmu me
Briana masuk ke ruangan untuk konferensi pers. Di sana awak media langsung mengambil foto Briana.Konferensi pers itu sengaja dilakukan tak secara live hanya untuk berjaga-jaga hal yang tak diinginkan saat konferensi berlangsung.Acara itu dibuka dengan sambutan, sebelum kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.“Beberapa bulan lalu perusahaan Anda dikabarkan bangkrut, bahkan sampai diambil alih perusahaan lain, belum lagi aset berharga juga ikut disita, apa sekarang Anda memang mendapatkannya kembali sehingga sekarang bisa ada di sini?” tanya salah satu awak media mengawali pertanyaan.Briana berdeham sebelum kemudian mendekat ke mic yang ada di meja. Dia pun mulai menjelaskan.“Sebelumnya saya ingin minta maaf ke semua orang yang terlibat dalam masalah yang sudah saya buat sebelumnya. Itu termasuk para pemegang saham juga sahabatku, Medha. Yang sudah membantuku meyakinkan semua orang soal kebangkrutan perusahaanku,” ujar Briana memang berencana membongkar yang direncanakannya ag
Briana pulang ke rumah milik keluarga. Rumah yang ditinggal sejak dia menikah, lalu tak pernah dijamah semenjak ayahnya meninggal demi sandiwara yang sedang dijalankan.Saat baru saja turun dari mobil, pelayan yang menjaga rumah itu sudah menyambut di depan rumah. Mereka senang karena akhirnya Briana pulang.“Selamat kembali ke rumah, Nona.”Pelayan paruh baya yang sudah bekerja di sana selama belasan tahun, langsung menyambut Briana penuh suka cita.Briana memeluk wanita yang sudah merawatnya sejak remaja sampai dewasa. Dia sangat bahagia akhirnya bisa berkumpul dengan orang-orang yang menyayanginya.“Aku rindu kalian, Bi.” Briana memeluk erat.Medha hampir menangis karena melihat suasana haru itu. Pelayan lain juga ikut bahagia sampai ingin menangis.“Kami sudah masak masakan Anda saat tahu akan pulang,” ucap wanita paruh baya itu setelah melepas pelukan.Briana menganggukkan kepala. Dia menggandeng Medha agar masuk bersamanya.“Makanlah bersamaku. Meja ini terlalu besar untuk aku y
Sore itu, mantan mertua dan mantan adik ipar Briana sedang santai di ruang keluarga sambil menonton tayangan televisi, hingga mereka melihat Hot News yang sedang ditayangkan.“Ap-apa maksudnya itu?” Mirna sangat terkejut melihat berita yang sedang ditayangkan.Rani—adik Farhan juga sangat syok saat melihat pengakuan Briana soal kebangkrutan perusahaan beberapa bulan lalu.Rani sampai mengganti channel, ternyata beberapa saluran berita memang sedang menyiarkan berita yang sama.“Apa dia sebenarnya mempermainkan kita?” Mirna sangat emosi karena Briana membohongi mereka.Rani menggigit bibir bawahnya. Dia mendadak menyesal saat tahu kalau Briana ternyata masih kaya. Andai tahu sandiwara itu, pasti Rani akan berusaha bersikap baik.“Apa jangan-jangan ini hanya sandiwara, Ma? Biar kita menyesal saja gitu.”Rani mencoba mengelak dari rasa menyesal dengan menganggap jika konferensi pers itu hanya sandiwara saja.“Bisa saja dia berpura-pura seperti itu agar kita menerimanya kembali. Dia mungk
Briana sangat terkejut dan tak menyangka dengan apa yang dilihat. Dia melangkah perlahan menuruni anak tangga sambil memandang ke arah ruang tengah.Buket bunga besar dibawa masuk kurir dibantu pelayannya. Tak hanya itu, ada pula beberapa buket lagi yang membuat Briana melongo.“Siapa yang mengirimnya?” tanya Briana keheranan.Kurir yang mengirim meminta tanda terima dari Briana, lantas memberikan sebuah paper bag besar.Briana benar-benar bingung karena tak ada yang menghubungi dan bilang kalau mau mengirim barang. Dia menerima paper bag berisi sebuah kotak besar, lantas mengambil kartu ucapan yang ada di buket bunga besar.Briana membuka kartu itu dan membaca tulisan di dalamnya.‘Selamat atas keberhasilan membuat orang tertipu. Juga selamat atas kembalinya ke perusahaan. Andharu.’Briana melongo melihat nama yang tertera, hingga dia menggelengkan kepala.Briana memandang satu persatu buket yang dikirim. Lily, bunga yang sangat disukainya dan pria itu masih ingat apa yang disukainya.
Dhira dan Sean pergi ke IGD rumah sakit mereka berada sekarang. Renata di sana karena mengantar Briana yang mau melahirkan.“Ma.” Dhira langsung memanggil sang mama.“Kenapa kamu cepat sekali ke sini?” tanya Renata keheranan.“Karena aku baru periksa, jadi waktu Mama telepon, aku ada di sini,” jawab Dhira.“Periksa? Kamu sakit?” tanya Renata dengan kepanikan berlipat karena ucapan Dhira.Dhira melebarkan senyum, lantas menunjukkan hasil USG. “Tidak sakit, tapi sedang hamil. Ini, cucu kedua Mama dan Papa.”Dhira memberitahu dengan bangga, sampai membuat Renata sangat syok dan senang.“Ya Tuhan, mama tak percaya. Mama senang sekali mendengar kabar ini.” Renata langsung memeluk karena sangat bahagia.Dhira juga bahagia karena bisa menyenangkan hati sang mama.Saat keduanya saling berpelukan, tiba-tiba terdengar suara bayi yang membuat mereka terkejut.“Sudah lahir? Cepat sekali?” Dhira terkejut, apalagi melihat perawat keluar masuk ruang penanganan.Briana sudah melahirkan di ruang IGD se
“Dhira, kamu di mana?”Sean keluar dari ruang ganti mencari keberadaan Dhira yang tak menyahut padahal dia sudah memanggilnya sejak tadi. Dhira keluar dari kamar mandi, tentu saja hal itu membuat Sean keheranan.“Kenapa masuk kamar mandi lagi?” tanya Sean karena Dhira sudah mandi sejak tadi.Dhira menutup mulutnya seolah merasakan sesuatu yang ingin keluar, tapi dia tetap berjalan menghampiri Sean.Usia pernikahan mereka sudah berjalan tiga bulan. Sean sudah menerima Dhira sepenuhnya, hingga hubungan rumah tangga mereka berjalan dengan sangat baik.“Kamu baik-baik saja?” tanya Sean karena Dhira agak pucat.“Entah, sejak tadi rasanya pusing dan mual,” jawab Dhira.Sean langsung menyentuh kening Dhira, tapi tak merasa panas.“Apa sangat pusing?” tanya Sean memastikan.Dhira sibuk mengikat dasi Sean saat mendengar pertanyaan itu.“Iya lumayan, tadi seperti berputar lalu aku mual,” jawab Dhira kemudian menatap Sean dengan wajah memelas.“Kita ke rumah sakit untuk memastikan kamu sakit apa
Riana memang bertindak kejam, tapi semua itu semata-mata dilakukan untuk melindungi Sean dari hal-hal yang tak diinginkan.Milia diam mendengar ucapan Riana. Dia hanya menunduk sambil meremas jemari karena tak bisa berbuat apa-apa.Ibu Milia juga diam karena takut, lalu memberanikan diri menatap Riana.“Kalau kami pergi dari kota ini, bagaimana dengan usaha pakaian kami? Masa mau ditinggal begitu saja? Misal mau dijual juga tidak bisa cepat laku,” ujar ibu Milia yang takut jika masih di kota itu akan dipersulit Riana.Milia terkejut mendengar ucapan sang ibu, apa itu artinya ibunya mau pindah karena ancaman Riana.“Aku akan membelinya, kalau perlu rumah sekalian akan aku beli dua kali lipat dari harga aslinya, asal kalian pergi dari kehidupan putraku!” Riana tak segan memuluskan keinginan ibu Milia asal pergi dari kota itu.Ibu Milia membayangkan uang sangat banyak yang akan diterimanya jika dijual ke Riana. Dia yang mata duitan langsung setuju begitu saja.“Baik, saya setuju menjualny
Saat sore hari, Sean pulang dan menemui Riana yang sedang bersantai di ruang keluarga.“Sudah pulang? Kamu sudah mengosongkan jadwal agar minggu depan tidak ada kendala, kan? Ingat, pernikahanmu itu minggu depan,” ucap Riana langsung mengingatkan, jangan sampai Sean lupa dan masih membuat jadwal kegiatan di perusahaan.“Mama tenang saja, Vino sudah mengatur semuanya,” balas Sean.Riana mengangguk-angguk senang karena sekarang Sean mudah diatur.“Ma, aku mau menceritakan sesuatu, tapi aku harap Mama tidak berpikiran buruk atau panik dulu,” ucap Sean ingin memberitahu soal Milia.Sean hanya ingin sang mama tahu saja, agar kelak jika terjadi sesuatu atau Milia membuat ulah, sang mama tak benar-benar syok karena sudah tahu dan mendengar sendiri darinya.Riana menoleh Sean saat mendengar apa yang dikatakan oleh putranya itu. Dia menurunkan satu kaki yang sejak tadi disilangkan, dahinya berkerut halus karena penasaran.“Memangnya kamu mau menceritakan apa?” tanya Riana dengan pikiran negati
Dhira langsung bicara tegas agar Milia sadar diri. Dia tak akan kasihan meski Milia sedang hamil, dia sadar kalau wanita seperti Milia, tidak akan puas jika hanya dikasih hati. Begitu mendapat kebaikan, wanita itu akan melunjak tak tahu diri.Milia terdiam mendengar ucapan Dhira, hingga Dhira kembali bicara.“Kamu pikir dengan datang menemui Sean, kamu bisa memintanya bertanggung jawab atas janin yang bukan miliknya? Kamu mungkin tak tahu, Sean sudah tahu segalanya tentang kebusukanmu.” Dhira terus bicara untuk menyadarkan Milia.Milia sangat terkejut mendengar ucapan Dhira, hingga Dhira kembali bicara.“Bahkan tahu kalau kamu selama ini sering tidur dengan pria lain. Sungguh aku ingin tertawa, baru kali ini melihat wanita tak tahu diri sepertimu, sudah selingkuh dan tidur dengan pria lain, tapi minta pertanggungjawaban ke pria yang kamu buang.” Dhira menjejali telinga Milia dengan fakta bahkan tak peduli itu bisa mempengaruhi pikiran dan janin Milia.
Sean mulai nyaman bersama Dhira. Sikap Dhira yang apa adanya saat bicara, membuat Sean merasa tenang.Sean keluar dari lift sambil menatap ponsel, dia mencoba menghubungi Dhira karena ingin mengajak makan siang, tapi Dhira tak menjawab panggilan darinya.“Ke mana dia?” Sean bertanya-tanya karena Dhira mengabaikan panggilan darinya.Sean berpikir apa mungkin Dhira sedang rapat atau bertemu klien, membuatnya memilih mengirim pesan kalau akan datang ke perusahaan Dhira.Saat Sean baru saja keluar dari lobi, Sean terkejut karena ada yang mencegah langkahnya.“Sean.” Milia muncul di sana dengan mata bengkak dan wajah penuh linangan air mata.“Apa lagi yang kamu inginkan?” tanya Sean mulai malas, apalagi dia sudah tahu semua kebusukan Milia.“Sean, kumohon maafkan aku. Saat ini aku tidak tahu harus bagaimana, aku membutuhkanmu,” ucap Milia sambil menggenggam telapak tangan Sean.Sean me
Milia terduduk lemas di kursi selasar yang ada di poliklinik rumah sakit. Dia menatap hasil pemeriksaan akan kondisinya sekarang ini.Milia sangat syok dan bingung karena dia ternyata sedang hamil sembilan minggu.“Bagaimana ini?” Milia mengguyar kasar rambutnya ke belakang menatap hasil tes itu.Milia mencoba menghubungi Ryan tapi sayangnya panggilannya tidak dijawab. Akhirnya Milia memutuskan pergi ke perusahaan Ryan untuk membahas masalah kehamilannya. Apalagi Ryan pernah berjanji akan menikahinya setelah Milia putus dari Sean.Milia pergi ke perusahaan Ryan, lalu menemui bagian respsionis.“Pak Ryan ada di kantornya?” tanya Mila saat bertemu resepsionis.“Maaf, apa Anda sudah membuat janji sebelumnya?” tanya resepsionis.Milia bingung karena belum membuat janji. Kalau dia jujur belum membuat janji, dia pasti akan diusir dari sana. Dia kemudian mengeluarkan ponsel, lalu memperlihatkan chat lamanya saat Ryan mengajak bertemu tanpa memperlihatkan tanggal yang tertera.“Dia memintaku
Sean masih mencoba meminta maaf, dia sudah menyadari kesalahan dan ingin hubungannya dengan sang mama membaik.Riana akhirnya menatap Sean saat mendengar permintaan maaf putranya itu."Aku benar-benar sudah sadar, aku selama ini memang salah karena tak mempercayai apa yang Mama katakan," ucap Sean lagi."Kamu benar-benar sudah paham dengan apa yang mama lakukan?" tanya Riana sambil menatap Sean.Sean mendongak lalu menatap Riana sambil menganggukkan kepala.Riana lega saat melihat Sean sungguh-sungguh meminta maaf, dia lalu meminta Sean agar bangun."Aku sungguh-sungguh meminta maaf," ucap Sean.Riana tersenyum mendengar permintaan maaf dari Sean."Mama lega kalau memang benar kamu sudah sadar. Feeling orang tua itu tidak salah, Sean. Sejak awal, mama sebenarnya tak pernah masalah kamu mau sama siapa. Tapi, saat melihat attitude Milia yang buruk, mama langsung mundur. Bukan karena dia miskin, tapi karena memang dia memiliki sifat dan perilaku yang tidak baik. Jadi, kamu sekarang paham
Dhira pergi ke taman sesuai dengan permintaan Sean. Dia sebenarnya merasa agak aneh karena Sean meminta bertemu tak seperti biasanya.Dhira melihat Sean yang sudah duduk di taman menunggunya. Dia mendekat lalu duduk di samping Sean tanpa menyapa. Keduanya diam cukup lama tak ada yang bicara, Dhira sendiri tak mau buka suara sampai Sean yang mengawalinya.Setelah lama diam, Sean akhirnya menghela napas kasar. Dhira mendengar suara helaan itu tapi sengaja tak menoleh ke Sean.“Ternyata sekarang aku sadar jika sudah salah dan terlalu buta karena cinta,” ucap Sean lalu tersenyum getir.Dhira terkejut mendengar Sean tiba-tiba bicara seperti itu. Dia menoleh Sean, lalu membalas, “Memang benar, kenapa baru sadarnya sekarang?”Sean menoleh Dhira yang bicara blak-blakan, meski kesal tapi dia sadar jika Dhira hanya jujur saja.“Mama marah besar karena sikapku. aku merasa bersalah sudah membuat Mama sedih, padahal sebenarnya Mama selalu memberikan yang terbaik,” ucap Sean lagi lalu sedikit menun