Share

Bab 55

Penulis: Fidia Haya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Suara burung gereja ramai bernyanyi. Di teras rumahnya Kumi memandangi Yashi yang sedang membolak-balikkan buku mengenal hewan. Bayinya mulai tumbuh besar.

“Gimana suaranya kucing Nak?”

“Meong… “

“Kalau suara burung?”

“Kuy… kuy.” Yashi menunjuk burung tekukur milik kakeknya.

Tiap pagi Ayah suka mengajak Yashi memberi makan burung tekukurnya.

“Anak Mommy memang hebat!” Kumi menciumi wajah Yashi.

Tanggal 16 Januari nanti, Yashi ulang tahun yang pertama. Ia sama sekali belum ada rencana untuk merayakan hari ulang tahun anaknya itu. Sementara, jauh-jauh hari Khandra dan Ibu sudah mengingatkannya.

“Kak… apa kita rayain ultah Yashi di gerai fast food saja. Kan gak ribet masaknya,” usul Khandra. Dia sudah kuliah sekarang.

“Ah… gak enak itu! Kurang akrab kesannya. Lebih baik di rumah saja. Ibu yang masak, kue ultahnya tinggal pesen di Jeng Ratih.” sahut Ibu.

“Biar K
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 56

    “Mereka takkan berani menculik Yashi,” jawab Kumi menutupi ketakutannya. Namun semenjak itu, pikiran Kumi tidak tenang. Kumi tak terlalu bersemangat melakukan pekerjaannya. Dia banyak melamun di mejanya, sembari menatap layar laptop yang masih belum menyala, Rio memandangnya dengan tatapan ganjil. “Kumi, apa kamu sudah mendapat balasan dari Hotel Cantika?” “Sudah,” jawab Kumi pendek, matanya tetap menatap layar monitor. Rio menjadi tak sabar menghadapi sikap Kumi. Pria gemulai itu mendekati Kumi, lalu tangannya meraba dahinya. “Badan kamu tidak panas, kenapa kamu pendiam sekali hari ini?” Dia menyandarkan tubuhnya di meja. “Apa perang Rusia-Ukraina sampai ke sini? Hingga membuatmu diam membisu begitu?” “Tidak ada apa-apa?” sahut Kumi jengah. Ia ingin sendiri. “Hosh! Kantor ini sepi tanpa ceriwismu Kumi?” Rio memegang pundak Kumi. “Apa ada masalah dengan Yashi atau ex mantanmu itu?” ia menerka dengan acak.

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 57

    “Hus! Niken, lo jangan ngaco deh. Apa lo lupa yang duduk di belakang lo siapa?” kata teman Niken. Niken tidak peduli. “Emang gue pikirin. Gue kan bicara sesuai fakta.” Rhea yang duduk di belakang Niken menoleh, dan menarik tangan Niken ke tempat yang agak sepi. “Lo jangan sembarangan ngomong ya! Asal lo tahu. Kumi itu cewek bispak.” Niken tak menggubris. Dia malah terkesan menantang Rhea. “Lho kok Ibu Rhea yang sewot. Saya hanya bicara sesuai dengan apa yang saya lihat,” balas Niken. Ia langsung pergi dan berbaur dengan staff lain. “Sialan! Awas lo ya, gue mau minta ke Arka supaya memecatnya,” gumam Rhea jengkel. Ia melihat ke sekeliling. Arka masih sibuk berbincang dengan Shaka dan Rio. Sedangkan Kumi dia menemani Nenek dan Parang makan. Rasa cemburunya semakin menjadi melihat ketelatenan Kumi melayani kedua orang itu. Rhea tak tahan lagi. Ia memutuskan untuk bergabung bersama suaminya. “Rio, gue minta lo pergi. Gue mau

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 58

    Mata Rhea mendelik. “WHATTT… apa kamu bilang?” Arka mendengus. “Semua laki-laki senang diperhatikan dan dimanja. Sekarang aku tanya, apa pernah kamu memperhatikan aku?” Dia mengulangi lagi pertanyaannya. “Apa kau bilang? Aku tak pernah melayanimu?!!” Rhea berdiri menghadap ke Arka. “Iya! Karena aku mau kamu memperlakukan aku seperti mamaku, Re? Aku mau kamu mengatur rumah ini, membuatkan makanan, membuatkan minuman atau memijitiku saat aku lelah,” ungkap Arka, ia memegang belakang kepalanya yang pegal. “Aku tak memintamu menjadi istri yang sempurna, tapi setidaknya kamu mau melayani kebutuhanku.” “Aku menikah denganmu bukan mau menjadi budak seperti mamamu, Ka! Yang hanya mengurus rumah, suami dan anaknya. Aku mau berekspresi dan melakukan apa yang kumau!” balas Rhea sengit. Ia tak suka ada orang yang mengatur hidupnya. PLAK Rhea shock menerima tamparan keras Arka di pipinya. “Jahat sekali kamu Ka! Berani-beraninya kamu

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 59

    Arka duduk termenung menghadap meja bar. Hingar bingar suara musik DJ tidak membuat dirinya terhibur. Ia tetap asyik menikmati kesendiriannya. Di depannya ada 10 botol soju yang sudah kosong. Ia memesan 1 lagi. “Sepertinya Anda sangat suntuk, apa mau saya panggilkan wanita untuk menemani Anda malam ini?” kata Eca – bartender yang berperawakan macho dan sudah bekerja lebih dari 10 tahun di Bar 69. Lelaki di depannya itu mulai mabuk. “Tidak.” Arka menghabiskan sojunya hingga tak tersisa. Rasa pening mulai menyerang kepalanya. Ia berusaha berdiri tegak, tapi lantai yang diinjaknya terasa bergerak. Badannya bergerak sempoyongan. “Tolong hubungi nomor ini. Dia istri saya,” pintanya sebelum ia ambruk ke lantai. Eca sudah terbiasa menangani lelaki mabuk. Dengan tenang ia memapah tubuh Arka dan menaruhnya di sofa yang terletak di sudut. Saat ia hendak menelpon nomor yang diberikan oleh Arka. Seorang perempuan menepuk bahunya. “Bi

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 60

    Papa dan Mama mertuanya turun dari lantai dua. Keduanya berpakaian rapi. “Mama dan Papa mau keluar, kamu sebaiknya jaga rumah,” kata mama mertuanya ketus. Sedangkan papa mertuanya, menatapnya dengan tatapan lapar. Lelaki itu mengedipkan matanya pada Rhea. “Bagaimana tidurmu Rhea?” tanya papa mertuanya. “Nyenyak sekali Pa?” “Apa kamu menikmati permainan semalam?” Lelaki tua itu mendekatinya. “Permainan apa ya Pa?” “Kamu pikirkan saja sendiri,” kata papa mertuanya. Sontak Rhea kaget. Bau parfum lelaki khas dan berbeda dengan milik Arka-suaminya. Jangan… jangan… semalam… Rhea bergidik memikirkannya. Rhea mencium gaun tidurnya. Samar-sama ia mengendus bau asing yang bukan parfum miliknya. Ugh! Mungkinkah dia bercinta dengan papa mertuanya semalam? Pertanyaan itu terus menggelitik pikirannya. Jika Arka tidak pulang semalam. Siapa lagi lelaki yang bisa leluasa masuk ke rumah mereka? Selain papa mertuanya? Karena Karso, sopir mamanya tidak tinggal

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 61

    Rinai yang tiba-tiba datang bersamaan saat ia turun dari mobil. Rinai yang tak seharusnya datang di hari yang panas serta merta membuat rambut Kumi basah. Perempuan itu dengan langkah terburu-buru memasuki Hotel Cantika, dan langsung menuju ke toilet untuk merapikan penampilannya. Hari ini dia mau bertemu dengan Chef Lukman yang akan mengajaknya mencicipi menu untuk ulang tahun Nenek minggu depan. Setelah mengeringkan rambut dengan tissue ia lalu menyisirnya dan memoleskan bedak tipis-tipis di wajahnya. Kumi melihat jam tangannya. Tinggal 8 menit lagi. Ia pun bergerak menuju kantor Chef Lukman yang berada di lantai 9. Perempuan itu berjalan dengan langkah cepat menuju pintu lift yang terbuka dan tanpa sengaja kakinya menginjak kaki seseorang. “Maaf, saya gak sengaja,” kata Kumi. Dia mendongak dan terkesiap setelah tahu kaki siapa yang dia injak. “Asem, aku tak bisa menghindar lagi.” Kata-kata itu ditelannya sendiri. Mau tak mau ia harus menghadapi makhluk yang menyebal

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 62

    Rini menoleh dan melihat ke Kumi dengan sinis. “Bahaya apa?” jawab Rini ketus. “Eng di sana ada sesuatu yang akan membuat Tante kaget, iya kaget,” jawab Kumu gelagapan. “Halah, sana pergi gangguin kesenangan orang saja kamu!” Kumi duduk di belakang kemudi, matanya lekat melihat Tante Rini-ex mama mertuanya, bergandengan tangan mesra dengan seorang pemuda. Ia menduga umur pemuda itu seumuran dengan Arka. Mereka memasuki lobi Hotel Cantika dengan tertawa-tawa. Tiba-tiba pikirannya panik. Haruskah ia menelpon Tante Rini dan memintanya untuk segera pergi dari sana? Sebelum ex papa mertuanya melihat mereka? Namun… Untuk apa? Apakah omongannya nanti akan dipercaya oleh Tante Rini? Sementara dia tak punya bukti konkrit, untuk memperjelas larangannya. Bisa jadi perempuan itu akan menuduhnya macam-macam. Siapa juga yang peduli pada Kumi. Dia tak berhak melarang, dan bukan urusannya pula. Pecakapan monolog-monolog itu bermunculan

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 63

    Kumi datang 5 menit lebih awal dari waktu yang ia janjikan pada Nora. Ia masuk ke café dan bertemu dengan Ines yang menyapanya. “Hi Kak, apa mau pesan sekarang?” tanya waitress berwajah manis itu. “Boleh. Tolong smooties vanilanya satu,” jawab Kumi dengan senyum merekah. Ines mengangguk. Kumi adalah salah satu pelanggannya. Ia tahu di mana ia bekerja. Gadis muda itu menyukainya karena selain baik, dia juga sering memberinya tips. “Lagi nunggu temannya ya Kak?” ucap Ines sambil membawa pesanan Kumi. Ia membawakan extra cookie untuknya. “Iya, Nora. Dia teman lamaku, dan pernah ke sini.” Kumi melihat cookie bertabur potongan coklat di mejanya. “Eh, aku gak pesen ini?” “Itu gratis buat Kak Kumi.” Kumi mengernyitkan keningnya tak mengerti. “Apa ada acara khusus?” “Itu perintah dari Ibu Nina, owner kami Kak. Sebagai ucapan terima kasih karena Kak Kumi selalu merekomendasikan Café Amora ke

Bab terbaru

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 189

    Bab 189 - episode terakhir Kumi buru-buru memakai gaun malamnya lalu menyusul Shaka di kantornya. Lelaki itu sedang menghidupkan laptop. Ia berdiri di depan pintu memandangi suaminya. “Apakah aku terlihat sangat buruk sehingga kamu tidak bernafsu denganku?” tanyanya sedih. “Tidak sayang, sama sekali tidak. Kamu membuatku bahagia,” senyum Shaka menghiasi wajahnya. Ia mendekati Kumi dan memeluknya hangat. “Tapi kenapa kamu tidak meneruskan tadi? Apa kamu tahu, aku sudah memimpikan malam pertama kita,” kata Kumi malu-malu. Shaka tertawa terbahak-bahak. “Dasar nakal.” Dia memencet hidung Kumi. “Aku sama denganmu, sama-sama merindukan malam pertama. Sayangnya kamu sedang menstruasi. Aku tidak tega melakukannya, meski aku sangat menginginkannya.” Ia lalu membopong Kumi dan memangkunya. Kumi tertunduk malu dan bergelayut manja pada Shaka, membaui aroma parfum yang membuatnya tergila-gila. “Untuk mengalihkan pikiran tadi, bolehkah aku bekerja dulu. Pekerjaanku menumpuk.” “Baiklah sayang

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 188

    Bab 188 “Maaf Pak Shaka, Nenek Anda sudah meninggal dunia, jenazahnya baru saja dibawa ke kamar jenazah.” “Innalillahi wa inna illaihi rojiun.” Tubuh Shaka langsung lunglai, dia terduduk di lantai rumah sakit yang dingin. Lelaki itu menangis tergugu. Perasaan bersalah menghantam dadanya. Ia menyesal tidak mendampingi neneknya saat sakaratul maut. “Maafkan Shaka Nek, maafkan Shaka. Kenapa Nenek tidak menunggu Shaka sebentar saja.” Kumi membawa kepala Shaka ke dadanya dan memeluknya erat. Dia tidak berkata apa-apa, selain memeluk Shaka. Menenangkan pria itu dan turut merasakan kesedihan yang kekasihnya rasakan. Alex sopir Shaka datang dengan setengah berlari dan kaget sewaktu melihat Kumi dan keluarganya datang. “Maaf Pak, kami berusaha menghubungi Bapak, tapi telpon Bapak tidak aktif.” Dengan mata sembab, Shaka memeriksa ponselnya. “Maaf Alex, telpon saya mati. Saya lupa membawa charger saat ke Bali.” Itu adalah sederet kebodohan yang ia lakukan. Pikirannya sulit fokus setelah

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 187

    Bab 187Being deeply loved by someone gives you strength, while loving someone deeply gives you courage.Shaka mengulum senyum memandang Kumi. Sedangkan Kumi, hatinya bergetar hebat. Dirinya mendadak canggung berdua dengan Shaka di kamar.“Enak juga kamar homestaynya. Aku jadi pingin membuat rumah seperti ini,” kata Shaka mengoyak kesunyian. Dia menduduki kursi yang dipakai Ibu tadi sambil matanya berkeliling menyusuri tiap sudut ruang.“Sama. Aku juga juga pengen tinggal di Ubud dan punya penginapan yang mengacu pada back to nature. Bangunanannya menggunakan bahan lokal, halamannya luas, ada kebun sayur dan binatang seperti kelinci, ayam dan…” Kumi berbicara dengan antusias dia melupakan rasa pening yang mendera kepalanya.“Ikan, kambing.” Shaka tertawa kecil meneruskan kata-kata Kumi dengan mata berbinar-binar. Dia duduk dengan relaks. Kedua tangannya di letakkan di belakang kepalanya.“Menyenangkan sekali hidup di pinggiran kota dengan orang-orang yang kita cintai. Aku bisa semingg

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 186

    Bab 186“Nenek Shaka kondisinya kritis Nduk. Dia tidak sadar dan hidupnya tergantung pada mesin. Dokter telah meminta Shaka dan keluarganya mengikhlaskannya.” Ibu menjelaskan pada Kumi. “Sebelum terbang ke Bali, kami sempat menjenguknya.”Hati Kumi bertambah berat.“Kumi, jika kamu setuju. Aku mau perkawinan kita diselenggarakan secepatnya bersamaan dengan perkawinan Abang,” kata Shaka semangat. Dia sudah membayangkan bagaimana dia dan abangnya menyunting perempuan yang mereka cintai.“HAH? Dengan siapa? Bagaimana jika Nenek tidak setuju?” Nyali Kumi ciut.“Abang akan menikahi Sulis, aku sudah bertemu dengannya, dan dia setuju.”“Ikuti saja Nduk, keinginan Shaka,” bujuk Ibu. “Kalau bisa sepulangnya dari Bali kalian berdua menikah.”Kumi menoleh kepada ibunya. “Ibu, kapan hari Ibu memaksaku menikahi Arka, sekarang Ibu memaksaku menikahi Shaka. Ibu kenapa plinplan sekali. Sebenarnya diantara keduanya siapa yang paling ibu sukai?” tanyanya. Ia ingin Shaka mendengarnya juga.Bapak berdeha

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 185

    Bab 185 “Kumi! Kumi! Maafkan Ibu Nak. Ibu menyesal telah menyakiti hatimu. Kamu jangan tinggalkan Ibu.” Ibu menangis sesenggukan memeluk Kumi. “Kumi tidak apa-apa Bu, dia hanya pingsan.” “Mommy… Mommy, wake up.” Yashi menciumi pipi Kumi. Kumi mendengar suara ibunya menangis. Kemudian mendengar suara Ayah menghibur Ibu, dan suara anaknya Yashi. Di manakah dirinya berada? “Aku ada di mana?” tanya Kumi bingung sesaat setelah membuka matanya. “Kamu ada di Bali,” sahut Ibu lega melihat putrinya telah sadar. Kening Kumi berkerut. Ia lalu menoleh dan melihat Ibu, Ayah, Khandra dan Yashi berada di dekat tempat tidurnya. Ia bergeming dan menatap mereka nanar. Namun, Kumi ragu. Apakah mereka semua nyata atau hanya perwujudan wong samar? Rupanya ia masih terpengaruh dengan cerita Bernie. “Kenapa Kumi memandang kita seperti itu Pak? Jangan – jangan ia kesurupan atau hilang akal?” Ibu jadi cemas. “Hush, kamu jangan ngawur, kata Dokter tadi gak apa-apa, luka di kepalanya kecil.” Kumi me

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 184

    Bab 184“Saya tidak tahu Bu. Semua tamu yang menginap di sini saya hapal. Karena hanya ada 7 kamar dan sekarang hanya 4 kamar yang terisi.” Lelaki itu terdiam. “Eng, siapa tahu Bernie salah satu teman dari tamu kami.”Namun, Kumi tidak begitu yakin dengan yang dikatakan karyawan itu. Wanita itu lalu terduduk lesu di teras kamar Bernie. Kebingungan memeluk dirinya. Ia yakin semalam ia bercengkrama dengan Bernie dan semuanya tampak nyata.“Dia semalam minum bir dan menawari saya Pak? Dia menginap di kamar ini,” kata Kumi berusaha meyakinkan karyawan homestay.“Bagaimana kalau kita ke resepsionis Bu,” ajak karyawan tersebut, untuk meyakinkan Kumi.“Ayo.” Kumi berjalan di belakang karyawan tersebut.Mereka bertemu dengan Pak Dewa sekaligus owner homestay tersebut. “Pagi Bu, bisa dibantu?” sapanya ramah.Karyawan yang bernama Gede itu lalu menceritakan tentang Bernie kepada bosnya. Kumi menyimak pembicaraan mereka.Kemudian Pak Dewa mengajaknya duduk di depan meja penerima tamu, di dekat k

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 183

    Bab 183Kumi menggeliatkan badannya dan bruk! Dia terjatuh di lantai ubin yang keras. Oufff!! Punggungnya sakit.“Hey, are you okay?”Dengan masih menahan rasa kantuk dan sakit di sekujur tubuhnya, Kumi membuka lebar matanya. “Pencuri! Pencuri,” Kumi berteriak dengan wajah pucat pasi melihat ada seorang lelaki jongkok di depannya.Melalui cahaya lampu kamarnya yang redup Kumi bisa menebak, lelaki di depannya adalah seorang bule bukan setan, karena dia sempat melirik kakinya yang menjejak lantai.Sejenak, Kumi memandangi wajah ganteng dengan rambutya yang gondrong, dan lelaki itu hanya memakai celana kolor. Otak Kumi mulai on.“Hey, aku bukan pencuri. Aku tamu di sini, namaku Bernie. Kamarku ada di sebelahmu.” Ia menggunakan bahasa Indonesia dengan lancar dan aksen yang menarik di telinga Kumi.Bernie lalu mengulurkan tangannya ke Kumi dan membantunya untuk bangun.Mata Kumi menyelidik disertai kecurigaan pada lelaki bule di depannya itu. “Kenapa kamu ada di kamarku?” tanyanya setelah

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 182

    Bab 182 Mata Fuad merah, tangannya yang berotot langsung memegang tubuh Kumi kuat. “Memangnya kamu siapa? Mau ikut campur urusan rumah tangga saya!” katanya geram. Kumi menatap mata Fuad dengan kebencian. Ia muak melihat lelaki itu di hadapannya. “Aku hanya mau membantu mamanya Dara melindungi anak-anakmu,” desis Kumi menahan amarahnya. Jefry berusaha menjadi penyejuk keadaan. “Pak Fuad tolong lepaskan Ibu Kumi dan ini bukan waktu yang tepat untuk berantem. Ada masalah krusial yang harus Anda tangani lebih dulu, yaitu jenazah Ibu Dara. Almarhumah sudah menunggu sejak 3 hari lalu untuk dimakamkan.” Mama Dara langsung menangis histeris. Dia memukul-mukul tubuh Fuad yang berdiri seperti patung. Lelaki itu tak berani menatap mata mama mertuanya yang sudah baik dengan dirinya sejak lama. Sudut hatinya merasa bersalah, telah menyia-nyiakan kebaikan yang wanita itu berikan. Sayangnya dia terlalu arogan untuk mengakui kesalahan yang ia lakukan. “Kamu jahat sekali Fuad. Kenapa kamu tega

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 181

    Bab 181Respek Arum pada lelaki di depannya itu lenyap tak berbekas. Dia langsung pasang badan membela Kumi. "Astaghfirullah! Keji sekali mulut Bapak mencaci maki wanita yang telah membantu menjaga anak Bapak. Buka mata Pak, siapa yang menjaga anak-anak Bapak selama mereka di Bali.""Heh! Apa yang kamu tahu tentang Kumi! Dia paling hanya mau cari sensasi supaya mendapat simpati orang lain," cetus Fuad. Hatinya telah tertutup amarah.Arum mulai panas."Semenjak di pesawat, saya tahu bagaimana Kak Kumi ikut membantu istri Anda yang kewalahan. Dia juga yang membuat nyaman anak Anda setelah Ibu Dara meninggal. Heran, kok tega-teganya menuduh sembarangan.""Betul, saya tahu bagaimana Ibu Kumi menjaga anak-anak Bapak. Dia sampai ditampar tamu lain, saat anak Bapak rewel mencari ibunya.," sela Jefry membantu support KumiArum kaget dan menoleh pada Kumi. "Benarkah itu Kak?"Kumi mengangguk."Jangan didengerin itu Mas, paling hanya settingan.""Saya ada buktinya Bu," kata Jefry membela.Fuad

DMCA.com Protection Status