Share

Bab 18

Penulis: Fidia Haya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Bab 18

Wanita muda itu mengerang, mengetahui Tante Yuni sang tetangga yang suka bergosip datang menjenguknya. Dengan keras ia berusaha untuk bersikap manis demi menjaga etika dan menghormatinya sebagai tamu.

“Silahkan duduk Tan,” kata Kumi mempersilahkan tamunya. Di kamarnya memang ada fasilitas sofa dan meja kecil untuk menerima tamu.

Bukannya duduk, Yuni malah berkeliling melihat-lihat kamar. Kemudian matanya tertuju pada Kumi yang sedang menyusui bayinya.

“Ck… ck…ck… kasihan sekali kamu Kumi. Melahirkan setelah bercerai, bayimu gak punya Papa. Apa enaknya itu! Kalau Tante sih, mending bayinya dikasihkan orang. Beres. Gak repot mikir bayi. Gedein bayi itu mahal lho! Yuni menggeleng-gelengkan kepalanya, dengan mulut mencibir.

“Tapi kok aneh ya, seorang janda pengangguran pula kok bisa bayar kamar semahal ini?” Matanya melirik ke kanan dan ke kiri. “Tante yakin, yang bayar kamar ini pasti lelaki yang melihara kamu kan?
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 19

    Bab 19 Ayah tergemap, bagaimana Kumi tahu? Undangan yang dibawa Teguh tadi memang membuatnya terguncang. Dia masygul dan sakit hati dengan sikap Teguh dan keluarganya yang tidak ada rasa simpati sama sekali pada Kumi. “Ngapain datang, bikin sakit hati saja!” tolak Ibu mentah-mentah. “Ibu ndak mau datang. Lagian Ibu males ketemu sama mamanya Arka yang sombong itu. Duh, amit-amit jabang bayi dah. Bisa-bisa Ibu sawan melihatnya lagi.” Ayah diam, dia rencananya tidak mau datang dan menyembunyikan undangan itu dari Kumi. “Justru kalau kita diam, malah mereka yang senang. Untuk apa coba mereka undang kita, kalau bukan buat pamer? Mereka pingin kita sakit hati. Kita jangan mau ngalah terus sama mereka. Pokoknya Kumi mau datang, sekalian sama Kaluna, akan Kumi tunjukkan kalau Kumi dan Kaluna baik-baik saja tanpa Arka dan keluarganya,” kata Kumi tegas. “Tapi, kamu baru melahirkan, Kaluna juga masih bayi merah. Apa kamu yakin akan

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 20

    Shaka kelimpungan mengetahui Kumi mematikan ponselnya. “Aarghh!!” Berulangkali dia menelpon. 30 menit kemudian Kumi menghidupkan ponsel. “Kumi please jangan marah.” Shaka tidak menyukai keputusan Kumi. Lelaki itu tampak gundah. “Hmmm… cobalah pikirkan lagi. Kamu baru melahirkan dan jahitan operasimu itu belum pulih bener. Kalau aku boleh minta tolong jangan datang ke perkawinan Arka walaupun dia mengundangmu?” “Kenapa sekarang kamu yang cerewet mengaturku? Kamu bukan siapa-siapaku Mr Protektif!” Kumi seharusnya memanggil Shaka dengan sebutan Mr. Protektif. Shaka sangat bawel dengan Kumi dan Kaluna. Wanita itu mulai sewot dengan nasehat Shaka. Ia tak habis pikir lelaki yang sedang video call dengannya itu sangat posesif setelah dirinya melahirkan. Dia lantas mematikan ponselnya lagi dan menghempaskan badannya di atas kasur di samping Kaluna. Kumi memejamkan mata supaya bisa menfokuskan pikirannya mencerna perkataan Shaka. Lelaki itu sebenarnya ti

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 21

    “Shaka?” Kumi kaget melihat pria itu berjalan di samping Kumi. Tangannya pria itu masih memeluk pinggangnya. “Lho kapan datang? Bukankah urusan bisnismu di Jepang belum selesai?” “Sssttt… tetaplah fokus berjalan, ada urusan penting yang harus kuselesaikan di sini.” Dia melihat ke Kaluna. “Hi cantik… “ Keduanya bertemu dengan Ibu, Ayah dan Khandra di dalam ballroom menunggu Kumi. Mereka mencari tempat duduk di pojok. “Kok Ibu yang sakit hati dan nyesel datang ke pernikahan Arka. Kita langsung salaman saja sama tuan rumah dan pengantinnya, setelah itu kita pulang,” ucap Ibu tak bisa menutupi rasa kecewanya, melihat pernikahan Arka dan Rhea yang digelar secara mewah. Dia membandingkan dengan pernikahan Kumi yang digelar secara mendadak dan sangat sederhana. “Jangan bawa kemarahan Ibu di sini,” Ayah menasehati Ibu. “Hati Ibu mana sih Pak yang gak kesel anak kita sendiri disakiti, coba lihat mereka? Ketawa-ketawa kayak gak ber

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 22

    Bab 22 Sehabis menjambak rambut Kumi, Rini langsung kabur seperti tak ada beban. Dia kembali menemui tamu-tamunya dengan senyum mengembang. Shaka marah. Ia hendak melabrak mamanya Shaka. Tapi Kumi melarangnya. Rentetan kejadian hari itu membuat emosi Kumi meningkat, perut Kumi mual, jantungnya berdebar dan napasnya semakin cepat. Dia berjalan seperti melayang. Tangan Kumi semakin erat memegangi Shaka. Semakin lama pandangannya semakin mengabur. “Shaka…” sebelum tubuhnya melorot ke bawah dan Kaluna terlepas dari dekapannya. “Kumiiii…” teriak Shaka. Reflek tangan Shaka menyambar Kaluna yang terlepas dari gendongan Kumi sebelum bayi merah itu terhempas ke lantai marmer. Bayi itu menangis kencang karena terkejut, sedangkan Kumi jatuh tak sadarkan diri. Mendengar teriakan Shaka memanggil Kumi dan tangisan Kaluna yang keras, Ibu menoleh. Perempuan itu terkesiap melihat Kumi yang pingsan. “Ya Alla

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 23

    Untuk beberapa saat Kumi tercenung. Setelah itu dia malah cemberut. “Apa kamu meledekku?” “Tidak! Semalam kamu beberapa kali menyebut nama Arka dalam tidurmu. Apakah kamu mencintainya?” Mata hazel Shaka memaksa Kumi untuk menatapnya. Kumi memelintir rambutnya dengan tangan. Dia gelagapan tak berani membalas tatapan Shaka, yang membuat hatinya berdegup kencang. Ia memalingkan pandangannya ke jendela kaca yang menghadap ke taman. “Jangan asal bicara. Jelas-jelas kamu tahu aku membencinya. Arka dan keluarganya terus melecehkan aku dan keluargaku,” ucap Kumi seraya menata hatinya yang berantakan. Shaka berdiri, ia lalu pergi ke kamar mandi. Terdengar bunyi gemericik air. Tak berselang lama ia keluar keluar menggulung lengan bajunya. Harum bau sabun menyeruak. Kemudian pria itu menyisir rambutnya yang basah ke belakang dengan tangannya. Kumi mencuri-curi pandangan. Lelaki berkulit hitam manis itu tampak seksi di mata Kumi. Mata keduanya bertemu, Kumi salah tin

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 24

    “Aneh!” gumam Shaka. Ia mengusap-usap dagunya, dan memikirkan siapa pemuja Kumi? Bagaimana pengirim itu tahu kamar yang mereka tempati sekaligus mengetahui Kumi membutuhkan baju? Shaka melirik Kumi yang sedang bersiap untuk mandi, wanita itu menggelung rambutnya ke atas, memperlihatkan lehernya yang putih. Shaka melihatnya, ia menarik napas sebentar. Dirinya tidak mengerti dengan sikap Kumi, tadi Kumi terkejut, tapi kini ia sama sekali tak menghiraukan soal siapa pengirim baju itu. Pemuda itu senewen sendiri. “Bajunya biar kusimpan,” kata Shaka tanpa memberikan alasannya. “Untuk apa kamu simpan? Kamu tidak memakainya. Sayang kan? Biar aku saja yang menyimpannya. Baju itu bisa kupakai, aku juga suka bahan kainnya, dingin,” kata Kumi. Ia mengambil pakaian yang ada dalam tas karton itu dan membawanya ke kamar mandi. Shaka mendengus. “Aku mau mencari siapa secret admirer yang mengirimu baju itu!” Kumi melongok dari pintu kamar mandi. “Untuk apa? Gak ada gunany

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 25

    Kumi berbalik dan mundur beberapa langkah, badannya menegang, “Mama.” Lelaki di hadapannya itu tersenyum ramah. “Maaf Kumi, dia abangku. Namanya Parang Satria. Kami terbiasa memanggilnya Abang parang. Umurnya 29 tahun. Dia mungkin mengira kamu mamaku,” kata Shaka sedih. “Abang, dia Kumi, bukan Mama.” Kumi memperhatikan laki-laki itu dengan seksama. Mula-mula dari postur badannya yang pendek, kemudian wajahnya yang bulat, hidungnya kecil dan bertulang agak rata, matanya yang miring ke atas, tapi sorot matanya sangat polos seperti anak-anak. “Halo, namaku Kumi. Aku punya kejutan untukmu, dia lalu membuka pintu mobil dan mengambil Kaluna. “Kami masuk dulu ya Bang,” kata Shaka dengan sayang. Parang mengangguk senang. Lelaki itu berlari ke pos satpam dan bermain layang-layang. Ketika Shaka membuka pintu rumah. Hati Kumi langsung jatuh cinta dengan designnya. Rumah bergaya minimalis dan terkesan sejuk karena banyak tanaman hijau yang ditata apik, menyesuaikan dengan kont

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 26

    Bab 26 Mata Kumi terpana saat berdiri di depan kamar tamu. Semua kata-katanya terkunci melihat kamar bernuanda putih di rumah Shaka telah disulap menjadi kamar bayi dengan semua perlengkapannya. Nenek mengambil alih kendali. Dia menggendong Kaluna dan duduk di sofa empuk yang terletak di sudut kamar. Bayi merah itu asyik menyusu dari botol dan nyaman dalam gendongan Nenek. Wajah Nenek memancarkan cahaya, ia terus memandang bayi mungil itu, takjub. Sulis memutar musik klasik Mozart dari ipod, setelah itu ia duduk di karpet berbulu, tangannya sibuk merajut sambil menemani Abang Parang bermain puzzle. Semua tampak tenang. Nenek memberi isyarat halus pada Kumi untuk pergi. Seseorang menyenggol tubuhnya. Kumi menoleh. “Aku Rio, sekretaris merangkap personal assisten Shaka. Kamu Kumi kan? Shaka banyak cerita tentang kamu.” Rio, lelaki kemayu itu memperkenalkan diri. Tangannya memegang fulpen. Telinga Kumi membesar mendengar cerita Rio. “

Bab terbaru

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 189

    Bab 189 - episode terakhir Kumi buru-buru memakai gaun malamnya lalu menyusul Shaka di kantornya. Lelaki itu sedang menghidupkan laptop. Ia berdiri di depan pintu memandangi suaminya. “Apakah aku terlihat sangat buruk sehingga kamu tidak bernafsu denganku?” tanyanya sedih. “Tidak sayang, sama sekali tidak. Kamu membuatku bahagia,” senyum Shaka menghiasi wajahnya. Ia mendekati Kumi dan memeluknya hangat. “Tapi kenapa kamu tidak meneruskan tadi? Apa kamu tahu, aku sudah memimpikan malam pertama kita,” kata Kumi malu-malu. Shaka tertawa terbahak-bahak. “Dasar nakal.” Dia memencet hidung Kumi. “Aku sama denganmu, sama-sama merindukan malam pertama. Sayangnya kamu sedang menstruasi. Aku tidak tega melakukannya, meski aku sangat menginginkannya.” Ia lalu membopong Kumi dan memangkunya. Kumi tertunduk malu dan bergelayut manja pada Shaka, membaui aroma parfum yang membuatnya tergila-gila. “Untuk mengalihkan pikiran tadi, bolehkah aku bekerja dulu. Pekerjaanku menumpuk.” “Baiklah sayang

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 188

    Bab 188 “Maaf Pak Shaka, Nenek Anda sudah meninggal dunia, jenazahnya baru saja dibawa ke kamar jenazah.” “Innalillahi wa inna illaihi rojiun.” Tubuh Shaka langsung lunglai, dia terduduk di lantai rumah sakit yang dingin. Lelaki itu menangis tergugu. Perasaan bersalah menghantam dadanya. Ia menyesal tidak mendampingi neneknya saat sakaratul maut. “Maafkan Shaka Nek, maafkan Shaka. Kenapa Nenek tidak menunggu Shaka sebentar saja.” Kumi membawa kepala Shaka ke dadanya dan memeluknya erat. Dia tidak berkata apa-apa, selain memeluk Shaka. Menenangkan pria itu dan turut merasakan kesedihan yang kekasihnya rasakan. Alex sopir Shaka datang dengan setengah berlari dan kaget sewaktu melihat Kumi dan keluarganya datang. “Maaf Pak, kami berusaha menghubungi Bapak, tapi telpon Bapak tidak aktif.” Dengan mata sembab, Shaka memeriksa ponselnya. “Maaf Alex, telpon saya mati. Saya lupa membawa charger saat ke Bali.” Itu adalah sederet kebodohan yang ia lakukan. Pikirannya sulit fokus setelah

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 187

    Bab 187Being deeply loved by someone gives you strength, while loving someone deeply gives you courage.Shaka mengulum senyum memandang Kumi. Sedangkan Kumi, hatinya bergetar hebat. Dirinya mendadak canggung berdua dengan Shaka di kamar.“Enak juga kamar homestaynya. Aku jadi pingin membuat rumah seperti ini,” kata Shaka mengoyak kesunyian. Dia menduduki kursi yang dipakai Ibu tadi sambil matanya berkeliling menyusuri tiap sudut ruang.“Sama. Aku juga juga pengen tinggal di Ubud dan punya penginapan yang mengacu pada back to nature. Bangunanannya menggunakan bahan lokal, halamannya luas, ada kebun sayur dan binatang seperti kelinci, ayam dan…” Kumi berbicara dengan antusias dia melupakan rasa pening yang mendera kepalanya.“Ikan, kambing.” Shaka tertawa kecil meneruskan kata-kata Kumi dengan mata berbinar-binar. Dia duduk dengan relaks. Kedua tangannya di letakkan di belakang kepalanya.“Menyenangkan sekali hidup di pinggiran kota dengan orang-orang yang kita cintai. Aku bisa semingg

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 186

    Bab 186“Nenek Shaka kondisinya kritis Nduk. Dia tidak sadar dan hidupnya tergantung pada mesin. Dokter telah meminta Shaka dan keluarganya mengikhlaskannya.” Ibu menjelaskan pada Kumi. “Sebelum terbang ke Bali, kami sempat menjenguknya.”Hati Kumi bertambah berat.“Kumi, jika kamu setuju. Aku mau perkawinan kita diselenggarakan secepatnya bersamaan dengan perkawinan Abang,” kata Shaka semangat. Dia sudah membayangkan bagaimana dia dan abangnya menyunting perempuan yang mereka cintai.“HAH? Dengan siapa? Bagaimana jika Nenek tidak setuju?” Nyali Kumi ciut.“Abang akan menikahi Sulis, aku sudah bertemu dengannya, dan dia setuju.”“Ikuti saja Nduk, keinginan Shaka,” bujuk Ibu. “Kalau bisa sepulangnya dari Bali kalian berdua menikah.”Kumi menoleh kepada ibunya. “Ibu, kapan hari Ibu memaksaku menikahi Arka, sekarang Ibu memaksaku menikahi Shaka. Ibu kenapa plinplan sekali. Sebenarnya diantara keduanya siapa yang paling ibu sukai?” tanyanya. Ia ingin Shaka mendengarnya juga.Bapak berdeha

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 185

    Bab 185 “Kumi! Kumi! Maafkan Ibu Nak. Ibu menyesal telah menyakiti hatimu. Kamu jangan tinggalkan Ibu.” Ibu menangis sesenggukan memeluk Kumi. “Kumi tidak apa-apa Bu, dia hanya pingsan.” “Mommy… Mommy, wake up.” Yashi menciumi pipi Kumi. Kumi mendengar suara ibunya menangis. Kemudian mendengar suara Ayah menghibur Ibu, dan suara anaknya Yashi. Di manakah dirinya berada? “Aku ada di mana?” tanya Kumi bingung sesaat setelah membuka matanya. “Kamu ada di Bali,” sahut Ibu lega melihat putrinya telah sadar. Kening Kumi berkerut. Ia lalu menoleh dan melihat Ibu, Ayah, Khandra dan Yashi berada di dekat tempat tidurnya. Ia bergeming dan menatap mereka nanar. Namun, Kumi ragu. Apakah mereka semua nyata atau hanya perwujudan wong samar? Rupanya ia masih terpengaruh dengan cerita Bernie. “Kenapa Kumi memandang kita seperti itu Pak? Jangan – jangan ia kesurupan atau hilang akal?” Ibu jadi cemas. “Hush, kamu jangan ngawur, kata Dokter tadi gak apa-apa, luka di kepalanya kecil.” Kumi me

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 184

    Bab 184“Saya tidak tahu Bu. Semua tamu yang menginap di sini saya hapal. Karena hanya ada 7 kamar dan sekarang hanya 4 kamar yang terisi.” Lelaki itu terdiam. “Eng, siapa tahu Bernie salah satu teman dari tamu kami.”Namun, Kumi tidak begitu yakin dengan yang dikatakan karyawan itu. Wanita itu lalu terduduk lesu di teras kamar Bernie. Kebingungan memeluk dirinya. Ia yakin semalam ia bercengkrama dengan Bernie dan semuanya tampak nyata.“Dia semalam minum bir dan menawari saya Pak? Dia menginap di kamar ini,” kata Kumi berusaha meyakinkan karyawan homestay.“Bagaimana kalau kita ke resepsionis Bu,” ajak karyawan tersebut, untuk meyakinkan Kumi.“Ayo.” Kumi berjalan di belakang karyawan tersebut.Mereka bertemu dengan Pak Dewa sekaligus owner homestay tersebut. “Pagi Bu, bisa dibantu?” sapanya ramah.Karyawan yang bernama Gede itu lalu menceritakan tentang Bernie kepada bosnya. Kumi menyimak pembicaraan mereka.Kemudian Pak Dewa mengajaknya duduk di depan meja penerima tamu, di dekat k

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 183

    Bab 183Kumi menggeliatkan badannya dan bruk! Dia terjatuh di lantai ubin yang keras. Oufff!! Punggungnya sakit.“Hey, are you okay?”Dengan masih menahan rasa kantuk dan sakit di sekujur tubuhnya, Kumi membuka lebar matanya. “Pencuri! Pencuri,” Kumi berteriak dengan wajah pucat pasi melihat ada seorang lelaki jongkok di depannya.Melalui cahaya lampu kamarnya yang redup Kumi bisa menebak, lelaki di depannya adalah seorang bule bukan setan, karena dia sempat melirik kakinya yang menjejak lantai.Sejenak, Kumi memandangi wajah ganteng dengan rambutya yang gondrong, dan lelaki itu hanya memakai celana kolor. Otak Kumi mulai on.“Hey, aku bukan pencuri. Aku tamu di sini, namaku Bernie. Kamarku ada di sebelahmu.” Ia menggunakan bahasa Indonesia dengan lancar dan aksen yang menarik di telinga Kumi.Bernie lalu mengulurkan tangannya ke Kumi dan membantunya untuk bangun.Mata Kumi menyelidik disertai kecurigaan pada lelaki bule di depannya itu. “Kenapa kamu ada di kamarku?” tanyanya setelah

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 182

    Bab 182 Mata Fuad merah, tangannya yang berotot langsung memegang tubuh Kumi kuat. “Memangnya kamu siapa? Mau ikut campur urusan rumah tangga saya!” katanya geram. Kumi menatap mata Fuad dengan kebencian. Ia muak melihat lelaki itu di hadapannya. “Aku hanya mau membantu mamanya Dara melindungi anak-anakmu,” desis Kumi menahan amarahnya. Jefry berusaha menjadi penyejuk keadaan. “Pak Fuad tolong lepaskan Ibu Kumi dan ini bukan waktu yang tepat untuk berantem. Ada masalah krusial yang harus Anda tangani lebih dulu, yaitu jenazah Ibu Dara. Almarhumah sudah menunggu sejak 3 hari lalu untuk dimakamkan.” Mama Dara langsung menangis histeris. Dia memukul-mukul tubuh Fuad yang berdiri seperti patung. Lelaki itu tak berani menatap mata mama mertuanya yang sudah baik dengan dirinya sejak lama. Sudut hatinya merasa bersalah, telah menyia-nyiakan kebaikan yang wanita itu berikan. Sayangnya dia terlalu arogan untuk mengakui kesalahan yang ia lakukan. “Kamu jahat sekali Fuad. Kenapa kamu tega

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 181

    Bab 181Respek Arum pada lelaki di depannya itu lenyap tak berbekas. Dia langsung pasang badan membela Kumi. "Astaghfirullah! Keji sekali mulut Bapak mencaci maki wanita yang telah membantu menjaga anak Bapak. Buka mata Pak, siapa yang menjaga anak-anak Bapak selama mereka di Bali.""Heh! Apa yang kamu tahu tentang Kumi! Dia paling hanya mau cari sensasi supaya mendapat simpati orang lain," cetus Fuad. Hatinya telah tertutup amarah.Arum mulai panas."Semenjak di pesawat, saya tahu bagaimana Kak Kumi ikut membantu istri Anda yang kewalahan. Dia juga yang membuat nyaman anak Anda setelah Ibu Dara meninggal. Heran, kok tega-teganya menuduh sembarangan.""Betul, saya tahu bagaimana Ibu Kumi menjaga anak-anak Bapak. Dia sampai ditampar tamu lain, saat anak Bapak rewel mencari ibunya.," sela Jefry membantu support KumiArum kaget dan menoleh pada Kumi. "Benarkah itu Kak?"Kumi mengangguk."Jangan didengerin itu Mas, paling hanya settingan.""Saya ada buktinya Bu," kata Jefry membela.Fuad

DMCA.com Protection Status