Suci yang hanya mengenakan selimut, melepaskan pelukan Anita. Dengan suara lembut ia menghibur Anita, "Jangan menangis, Anita. Semoga kamu tak pernah merasakan apa yang aku rasakan. Maafkan aku jika selama disini aku pernah melakukan kesalahan kepadamu. Aku akan pergi sekarang. Jaga dirimu baik-baik, sahabatku."
Anita, meskipun terisak, mencoba tersenyum pada Suci, "Suci, aku tahu ini bukan salahmu. Kamu pantas mendapatkan kebahagiaan. Pergilah, raihlah kebahagiaanmu di dunia yang baru di sana."
Walaupun Suci sangat menderita, melihat Anita yang sedih seperti itu, hatinya kasihan. Ia tahu selama ini Anita selalu jahat padanya, tetapi bagaimanapun juga, Anita pernah menjadi sahabatnya saat SMA dulu. Entah kesalahan apa yang dilakukan Suci padanya hingga Anita ikut-ikutan keluarganya membenci Suci.
Tangis Anita semakin menjadi-jadi seakan tak rela Suci pergi. Tapi ia mendukung Suci untuk meninggalkan rumah yang seperti neraka ini. Agar Suci bisa menemukan kebahagiaannya sendiri di luar sana.
Bagas dan Farida, yang berdiri di belakang, hanya bisa menyaksikan mereka berdua dengan perasaan aneh. Mereka bingung mengapa tiba-tiba Anita berperilaku baik pada Suci. Padahal selama ini Anita selalu ada di kubunya. Tapi kali ini mengapa Anita malah berpihak pada Suci.
Bagas berbisik pada Farida, "Apa yang terjadi dengan Anita, Bu? Kenapa dia seperti itu?"
"Aku tidak tahu, Bagas. Tapi yang pasti, sesuatu yang aneh terjadi di sini." Jawab Farida dengan mengangguk kebingungan.
"Apa Suci akan benar-benar pergi, Bu? Terus bagaimana nasibku?" Tanya Bagas dengan frustasi.
"Tidak mungkin dia meninggalkanmu. Kalau memang Suci niat menggugatmu, ia sudah melakukannya sejak awal. Kenapa baru sekarang. Kita harus menyelidiki. Sebenarnya apa niat wanita menyebalkan itu hingga berbuat nekat seperti ini."
Farida dan Bagas sedang berdiskusi sendiri. Tapi Suci sama sekali tak menghiraukannya. Sebenarnya mereka memang ingin Suci hilang dari kehidupannya. Tapi Bagas sadar, melepaskan Suci berarti membuang sebuah tambang emas. Sedangkan Farida takut jika Suci tak ada ia akan kerepotan mengurus rumah. Karena selama ini Sucinya yang mengerjakan semua tugas rumah seperti pembantu.
Suci pun akan pergi, wanita malang ini terusir dari rumahnya sendiri. Rumah yang diberikan orang tuanya untuknya. Tapi bisa-bisanya Bagas mengklaim bahwa rumah ini miliknya. Padahal di sertifikat rumah, dengan jelas tertulis nama Suci di dalamnya sebagai pemilik yang sah.
Tanpa membawa apapun, Suci berjalan keluar pintu, meninggalkan Bagas, Farida, dan Anita dalam keheningan.
Tantri mendekati Suci dan berkata, "Kita pergi sekarang, Suci. Aku akan menemanimu."
Suci hanya mengangguk. Dan mereka berdua berjalan keluar.
"Suci, apa kamu yakin kamu akan pergi? Apa kamu sudah yakin bisa hidup tanpaku, tanpa uangku? Kamu tidak bekerja. Bagaimana mungkin kamu bisa hidup. Bersujudlah di kakiku. Hapus video itu. Aku akan memaafkanmu dan kita akan hidup bahagia lagi." Bujuk Bagas yang berlagak seperti manusia tanpa dosa.
Suci sama sekali tak menggubris bujuk rayu Bagas. Ia malah jijik mendengarnya. Bisa-bisa Bagas meminta Suci untuk bersungkur di kakinya. Padahal ia lah yang bersalah. Dari itu semua, Suci semakin yakin keputusannya untuk mengakhiri rumah tangganya adalah hal yang terbaik.
"He wanita sial, jangan sok jual mahal kamu. Aku yakin tidak sampai seminggu kamu juga balik kesini. Mohon-mohon ke anakku untuk rujuk. Dasar munafik. Kita lihat saja. Berapa lama kamu bisa hidup sendiri di luar sana?" Imbuh Farida dengan suara keras.
"Dasar wanita budek. Apa kamu tidak mendengar kata-kataku? Aku pastikan kamu akan menyesal meninggalkan anakku." Tambah Farida lagi
Tapi lagi-lagi cemoohan itu tak bisa menghentikan langkah Suci. Ia tetap melangkah tanpa goyah sedikit pun.
Sebenarnya, Suci tidak menginginkan kebebasan untuk dirinya sendiri dari KDRT yang selama ini ia terima. Keputusan ini terpaksa ia buat juga untuk menjamin masa depan Fajar agar lebih indah. Karena Suci tahu, selama ini anaknya juga tertekan melihat dirinya selalu diperlakukan kasar oleh keluarganya sendiri.
Suci ingin Fajar tumbuh dengan mental yang sehat. Oleh karena itu dengan berani mengakhiri hubungan ini. "Jika bukan sekarang, kapan lagi?" Kata Suci dalam hati.
Di depan pintu rumahnya, Suci berhenti sejenak. Matanya yang penuh dengan air mata memandang ke dalam rumah yang dulu ia panggil sebagai "rumah." Tidak mudah rasanya bagi Suci untuk pergi meninggalkan semua kenangan yang telah ia lalui meskipun kenangan itu menyakitkan.
Tantri memeluk Suci, memberinya kekuatan dan dukungan yang sangat dibutuhkan. Setelah itu, mereka berdua pergi dengan mengendarai mobil Tantri, meninggalkan rumah yang pernah menjadi tempat kediaman Suci.
Di dalam mobil, Suci merenung, mencoba memikirkan rencana selanjutnya. Dia tahu bahwa masa depannya penuh ketidakpastian, tetapi dengan Tantri di sisinya, dia merasa lebih kuat dan siap untuk menghadapinya.
"Aku harus melindungi Fajar dan hak-hakku. Kita akan melalui ini bersama, Fajar." Suci meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia harus tetap semangat demi Fajar.
Tantri duduk di samping Suci, memberikan senyuman penuh harapan.
"Kita akan berjuang bersama, Suci. Kamu tidak sendiri. Ada aku yang akan menemani berjuang. Untuk keamananmu dan Fajar, serta untuk keadilan."
"Tantri, terimakasih banyak. Entah apa yang bisa aku berikan untuk membalas semua kebaikanmu padaku."
"Cukup balas aku dengan senyuman. Dan jangan pernah menyerah. Aku akan pastikan kebenaran pasti akan menang."
"Bagas dan ibu bukanlah orang yang bodoh. Aku yakin mereka akan melakukan segala cara untuk menyakitiku lagi dan mencoba mengambil Fajar."
Tantri tertawa terbahak-bahak mendengar ketakutan Suci. "Suci percayalah padaku. Aku pernah berhadapan dengan orang yang 10 kali lebih licik daripada Bagas. Jadi kamu jangan khawatir. Kamu fokus saja ke Fajar. Soal Bagas, itu menjadi urusanku."
"Terus, apa yang harus aku lakukan untuk melawan Bagas?"
"Ceritakan saja padaku secara detail bagaimana kisah hidupmu bersama Bagas dari awal. Agar aku bisa mempelajarinya. Dan nantinya itu akan menjadi bahan untukku."
"Terimakasih Tan."
"Simpan saja Terimakasih mu itu untuk nanti saat kita menang di pengadilan. Sekarang kita ke rumahku dulu. Ganti bajumu. Mana mungkin kamu menjemput Fajar hanya dengan mengenakan selimut."
Akhirnya setelah sekian lama Suci bersedih, baru kali ini ia bisa tersenyum kembali.
Mobil mereka melaju menjauh dari rumah yang dulu dihuni Suci bersama keluarganya. Meskipun mereka tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, mereka memiliki satu sama lain sebagai dukungan, siap untuk menghadapi masa depan yang penuh perjuangan.
Tantri membawa Suci ke rumahnya terlebih dahulu sebelum mereka menjemput Fajar di sekolah. Suci memerlukan pakaian yang layak, jadi Tantri mengantarnya ke rumahnya.
Saat sampai di rumah Tantri, Tantri kaget saat tiba-tiba ia melihat di rumahnya seperti ada orang. Pandangannya terarah pada seorang pria yang duduk santai di ruang tamu. Mata Tantri membesar, dan hatinya berdebar kencang.
"Ya Tuhan, siapa orang itu? Apa mungkin itu dia?" Tanyanya dalam hati.
"Kamu? Kenapa kamu bisa di sini?" tanya Tantri kaget, matanya memancarkan kebingungan yang mendalam ketika dia melihat seorang lelaki berbaju biru yang santai duduk di depan televisi.Dimas Herlambang, suami Tantri, tersenyum penuh arti. "Kenapa tidak bisa? Saat istriku rindu, jangankan Eropa, surga pun akan aku tinggalkan dan segera datang menemuimu. bukankah begitu seharuanya sayang?""Aku sengaja meminta cuti, jadi aku memutuskan untuk pulang lebih awal. Agar kita bisa dinner di hari anniversary ke 5 kita."Sementara Dimas menjelaskan alasan kedatangannya, Tantri yang penuh perasaan tak bisa berkata apa-apa. Bibirnya membisu. Dia merasa terharu karena tak pernah menyangka Dimas akan meluangkan waktunya di tengah kesibukan pekerjaannya yang tak kunjung lengang. Ia tidak menduga jika suaminya lebih mengutamakan dirinya daripada pekerjaannya.Mata Tantri berkaca-kaca, dan tanpa berpikir panjang, dia memeluk erat suaminya dengan manja. Namun, Dimas
Setelah hampir setengah jam Tantri membantu Suci berpakaian, mereka berdua akhirnya siap pergi ke sekolah Fajar untuk menjemputnya.Suci yang tadinya tidak mengenakan pakaian sama sekali, kini tampak cantik dan elegan dengan baju mahal yang melekat di tubuhnya. Ditambah lagi dengan sedikit riasan yang dibubuhkan oleh Tantri, membuat Suci bertransformasi menjadi wanita yang berbeda. Suci dan Tantri pun kini siap untuk berangkat. Ketika mereka berdua akan pergi, Dimas tiba-tiba menghentikannya, "Loh, mau pergi kemana kalian?""Urusan perempuan, sayang. Mau tahu aja" Jawab Tantri dengan pura-pura tegas.Mata Dimas tertuju kearah suci. Ia memperhatikan Suci dari ujung kepala ke ujung kaki. Karena sekarang Suci sudah berubah menjadi cantik jelita. Ia hampir saja tidak mengenali Suci.Suci yang merasa malu karena diperhatikan oleh Dimas hanya bisa tertunduk dan diam. "Hei, ada apa sayang? Kok segitunya liat Suci?" Tanya Tantri deng
Suci memandang pintu gerbang sekolah dengan perasaan bingung yang semakin dalam. Entah kenapa, namun instingnya memberi isyarat bahwa perempuan yang telah menjemput Fajar bukanlah seseorang yang bisa dipercayai. Ia pun berusaha meredam kecemasannya dan berbicara dengan Tantri dan Dimas."Saya rasa ada yang tidak beres, Tan. Fajar ternyata sudah dijemput oleh seorang wanita yang mengaku sebagai aku. Apakah Bagas mungkin terlibat dalam ini? Apa mungkin ini rencananya." Kata Suci dengan nada panik.Tantri dan Dimas juga merasa cemas mendengar penjelasan Suci. Mereka tahu bahwa Bagas memiliki motif tersendiri, terutama setelah Suci mengungkapkan tentang niatannya untuk membawanya Fajar pergi.Dimas berbicara dengan tegas, "Kita harus mencari tahu apa yang terjadi. Suci, apakah kamu punya nomor telepon Bagas? Cobalah hubungi dia.""Tidak bisa, aku tidak punya HP. Tadi HP ku sudah dibanting oleh mas Bagas." Jawab Suci. "Terus bagaimana ini?""S
Suci sama sekali tidak menyangka masalahnya akan melebar seperti ini. Ia berpikir jika setelah mengungkap masalah KDRT suaminya kepada Tantri, ia akan langsung bisa hidup bebas berdua bersama Fajar. Tapi ternyata hasilnya diluar dugaan.Karena tindakan berani itu ternyata berdampak buruk. Hingga Fajar yang tidak tahu apa-apa ikut terseret menjadi korbannya. "Seharusnya aku tidak senekat Iki. Seharusnya aku tahu jika mas Bagas akan melakukan hal ini. Kenapa aku tidak memperhitungakan hal ini. Ia pasti menyuruh Anita untuk menjemput Bagas." Eluh Suci. Ia mulai menyesali apa yang telah ia lakukan."Suci, jangan menyerah. Apa yang kamu lakukan sudah benar. Percayalah. Oh ya, kenapa kamu bisa berpikir jika Anita yang menjemput Fajar?" Tanya Tantri."Karena Fajar akrab dengan Anita. Walaupun Anita sangat membenciku. Tapi ia sangat sangat terhadap Fajar. Tadi guru BK dan pak satpam itu juga bilang jika Fajar mengakui wanita itu sebagai ibunya. Berarti Fajar kenal betul siapa wanita itu.""Be
Suci, Tantri, dan Bagas terdiam dalam kebingungan yang mendalam. Panasnya cahaya matahari yang menyengat tak terasa karena otak mereka sudah mendidih berkat masalah Fajar yang menghilang secara misterius.Dalam kesunyian yang hanya dipenuhi oleh ketegangan yang semakin merayap, mereka saling memandang, mencari jawaban atas misteri yang semakin rumit ini. Fajar yang tidak ada di sekolah, ada perempuan yang mengaku sebagai Suci yang menjemputnya, dan Bagas yang dengan tulus datang untuk menjemput Fajar, semuanya terasa seperti potongan puzzle yang sulit dipadukan.Suci mencoba untuk merenung sejenak, mencari petunjuk atau ide tentang apa yang sebenarnya terjadi. "Kita harus segera mencari tahu di mana Fajar berada. Ini sangat mengkhawatirkan," kata Suci dengan nada prihatin. Cahaya matahari menyilaukan melalui jendela mobil, menciptakan bayangan yang tak menentu di wajah mereka.Tantri setuju, "Benar, kita harus bertindak cepat. Pak Bagas, apakah anda punya ide siapa yang bisa menjemput
Tanpa membuang waktu, mereka bertiga segera kembali ke rumah Tantri. Setelah sampai, mereka bertiga berkumpul di ruang tengah. Hingga akhirnya hp Dimas diisi daya dan video CCTV berhasil diputar.Mereka mulai melihat gambar yang cukup menggemparkan. Di layar, terlihat seorang wanita yang mereka tidak kenal sedang menggandeng Fajar dengan lembut. Bahkan mereka berdua terlihat sedang bercanda di sepanjang koridor sekolah.Tantri langsung menyuarakan kebingungannya, "Siapa dia? Kenapa dia ada di sekolah dan mengambil Fajar? Dan kenapa jika terlihat sangat akrab dengan Fajar? Apa kamu mengenalnya?""Tidak mungkin. Kenapa dia ya Tuhan?" Ucap Suci. Matanya masih terpaku pada layar HP Dimas. Ia masih tidak mempercayai apa yang sedang ia lihat."Jadi kamu mengenalnya, Ci?" Tanya Tantri lagi."Tentu saja, Tan. Aku sangat mengenalnya." Suci menjawab dengan ekspresi yang penuh emosi. Ia pun menutup wajahnya dengan tangannya. Dan menangis.M
9 tahun yang lalu. Saat aku masih duduk di kelas 1 SMA, disitulah pertama kali aku bertemu dengan Intan. Tepatnya pada semester ke 2. Kala itu Intan menjadi murid pindahan. Yang pindah dari kota lain.Intan adalah seorang gadis yang sangat cantik dan manis. Ia juga sangat lugu. Sepertinya dia adalah gadis yang baik. Tapi entah kenapa Intan selalu menjadi bahan bully-an di kelasku. Sebenarnya saat pertama Intan masuk kelasku, aku ingin menyapanya. Tapi aku malu. Intan sering merasa asing di sekolah ini. Karena kebanyakan siswa di kelas ini memiliki hp, untuk berpartisipasi dalam grup WhatsApp, dan terhubung satu sama lain melalui media sosial. Mereka sering berbicara tentang aplikasi chat terbaru dan membandingkan hp mereka.Namun, Intan adalah pengecualian. Dia satu-satunya siswa yang tidak memiliki hp, dan ini membuatnya merasa semakin terisolasi dari teman-teman barunya. Mereka sering mengolok-oloknya dan membuatnya merasa tidak diinginkanSuatu hari, Intan duduk di kursi belaka
"Hari ini saatnya. Aku harus melakukannya!" kata Suci dalam hati. Suci menghela nafas panjang dan memulai lagi aktivitasnya di sebuah rumah kecil yang ditempati oleh Suci dan keluarganya. Suasananya tampak begitu tenang meskipun panas menyeringai. Fajar, anak laki-lakinya yang berusia enam tahun, masih belum pulang dari sekolahnya, meninggalkan rumah mereka dalam keadaan sepi. Suci menunggu Fajar pulang dengan menyibukkan diri membersihkan dapur.Bagas, suaminya, yang biasanya bekerja di kantor selama hari kerja, tiba-tiba pulang ke rumah untuk makan siang. Dia sudah merasa lapar dan berharap makanan kesukaannya akan menunggunya di meja.Suci tidak memasak apapun. Ia hanya menyiapkan semangkuk mie goreng untuk Fajar nanti. Namun, ketika Bagas melihat meja makan, ekspresinya berubah menjadi masam dan penuh dengan kemarahan. Makanan favoritnya tidak ada di sana. Dia dengan cepat melontarkan pertanyaan dan mengeluarkan kemarahan yang mendalam."Suci, apa ini? Kenapa hanya ada mie insta
9 tahun yang lalu. Saat aku masih duduk di kelas 1 SMA, disitulah pertama kali aku bertemu dengan Intan. Tepatnya pada semester ke 2. Kala itu Intan menjadi murid pindahan. Yang pindah dari kota lain.Intan adalah seorang gadis yang sangat cantik dan manis. Ia juga sangat lugu. Sepertinya dia adalah gadis yang baik. Tapi entah kenapa Intan selalu menjadi bahan bully-an di kelasku. Sebenarnya saat pertama Intan masuk kelasku, aku ingin menyapanya. Tapi aku malu. Intan sering merasa asing di sekolah ini. Karena kebanyakan siswa di kelas ini memiliki hp, untuk berpartisipasi dalam grup WhatsApp, dan terhubung satu sama lain melalui media sosial. Mereka sering berbicara tentang aplikasi chat terbaru dan membandingkan hp mereka.Namun, Intan adalah pengecualian. Dia satu-satunya siswa yang tidak memiliki hp, dan ini membuatnya merasa semakin terisolasi dari teman-teman barunya. Mereka sering mengolok-oloknya dan membuatnya merasa tidak diinginkanSuatu hari, Intan duduk di kursi belaka
Tanpa membuang waktu, mereka bertiga segera kembali ke rumah Tantri. Setelah sampai, mereka bertiga berkumpul di ruang tengah. Hingga akhirnya hp Dimas diisi daya dan video CCTV berhasil diputar.Mereka mulai melihat gambar yang cukup menggemparkan. Di layar, terlihat seorang wanita yang mereka tidak kenal sedang menggandeng Fajar dengan lembut. Bahkan mereka berdua terlihat sedang bercanda di sepanjang koridor sekolah.Tantri langsung menyuarakan kebingungannya, "Siapa dia? Kenapa dia ada di sekolah dan mengambil Fajar? Dan kenapa jika terlihat sangat akrab dengan Fajar? Apa kamu mengenalnya?""Tidak mungkin. Kenapa dia ya Tuhan?" Ucap Suci. Matanya masih terpaku pada layar HP Dimas. Ia masih tidak mempercayai apa yang sedang ia lihat."Jadi kamu mengenalnya, Ci?" Tanya Tantri lagi."Tentu saja, Tan. Aku sangat mengenalnya." Suci menjawab dengan ekspresi yang penuh emosi. Ia pun menutup wajahnya dengan tangannya. Dan menangis.M
Suci, Tantri, dan Bagas terdiam dalam kebingungan yang mendalam. Panasnya cahaya matahari yang menyengat tak terasa karena otak mereka sudah mendidih berkat masalah Fajar yang menghilang secara misterius.Dalam kesunyian yang hanya dipenuhi oleh ketegangan yang semakin merayap, mereka saling memandang, mencari jawaban atas misteri yang semakin rumit ini. Fajar yang tidak ada di sekolah, ada perempuan yang mengaku sebagai Suci yang menjemputnya, dan Bagas yang dengan tulus datang untuk menjemput Fajar, semuanya terasa seperti potongan puzzle yang sulit dipadukan.Suci mencoba untuk merenung sejenak, mencari petunjuk atau ide tentang apa yang sebenarnya terjadi. "Kita harus segera mencari tahu di mana Fajar berada. Ini sangat mengkhawatirkan," kata Suci dengan nada prihatin. Cahaya matahari menyilaukan melalui jendela mobil, menciptakan bayangan yang tak menentu di wajah mereka.Tantri setuju, "Benar, kita harus bertindak cepat. Pak Bagas, apakah anda punya ide siapa yang bisa menjemput
Suci sama sekali tidak menyangka masalahnya akan melebar seperti ini. Ia berpikir jika setelah mengungkap masalah KDRT suaminya kepada Tantri, ia akan langsung bisa hidup bebas berdua bersama Fajar. Tapi ternyata hasilnya diluar dugaan.Karena tindakan berani itu ternyata berdampak buruk. Hingga Fajar yang tidak tahu apa-apa ikut terseret menjadi korbannya. "Seharusnya aku tidak senekat Iki. Seharusnya aku tahu jika mas Bagas akan melakukan hal ini. Kenapa aku tidak memperhitungakan hal ini. Ia pasti menyuruh Anita untuk menjemput Bagas." Eluh Suci. Ia mulai menyesali apa yang telah ia lakukan."Suci, jangan menyerah. Apa yang kamu lakukan sudah benar. Percayalah. Oh ya, kenapa kamu bisa berpikir jika Anita yang menjemput Fajar?" Tanya Tantri."Karena Fajar akrab dengan Anita. Walaupun Anita sangat membenciku. Tapi ia sangat sangat terhadap Fajar. Tadi guru BK dan pak satpam itu juga bilang jika Fajar mengakui wanita itu sebagai ibunya. Berarti Fajar kenal betul siapa wanita itu.""Be
Suci memandang pintu gerbang sekolah dengan perasaan bingung yang semakin dalam. Entah kenapa, namun instingnya memberi isyarat bahwa perempuan yang telah menjemput Fajar bukanlah seseorang yang bisa dipercayai. Ia pun berusaha meredam kecemasannya dan berbicara dengan Tantri dan Dimas."Saya rasa ada yang tidak beres, Tan. Fajar ternyata sudah dijemput oleh seorang wanita yang mengaku sebagai aku. Apakah Bagas mungkin terlibat dalam ini? Apa mungkin ini rencananya." Kata Suci dengan nada panik.Tantri dan Dimas juga merasa cemas mendengar penjelasan Suci. Mereka tahu bahwa Bagas memiliki motif tersendiri, terutama setelah Suci mengungkapkan tentang niatannya untuk membawanya Fajar pergi.Dimas berbicara dengan tegas, "Kita harus mencari tahu apa yang terjadi. Suci, apakah kamu punya nomor telepon Bagas? Cobalah hubungi dia.""Tidak bisa, aku tidak punya HP. Tadi HP ku sudah dibanting oleh mas Bagas." Jawab Suci. "Terus bagaimana ini?""S
Setelah hampir setengah jam Tantri membantu Suci berpakaian, mereka berdua akhirnya siap pergi ke sekolah Fajar untuk menjemputnya.Suci yang tadinya tidak mengenakan pakaian sama sekali, kini tampak cantik dan elegan dengan baju mahal yang melekat di tubuhnya. Ditambah lagi dengan sedikit riasan yang dibubuhkan oleh Tantri, membuat Suci bertransformasi menjadi wanita yang berbeda. Suci dan Tantri pun kini siap untuk berangkat. Ketika mereka berdua akan pergi, Dimas tiba-tiba menghentikannya, "Loh, mau pergi kemana kalian?""Urusan perempuan, sayang. Mau tahu aja" Jawab Tantri dengan pura-pura tegas.Mata Dimas tertuju kearah suci. Ia memperhatikan Suci dari ujung kepala ke ujung kaki. Karena sekarang Suci sudah berubah menjadi cantik jelita. Ia hampir saja tidak mengenali Suci.Suci yang merasa malu karena diperhatikan oleh Dimas hanya bisa tertunduk dan diam. "Hei, ada apa sayang? Kok segitunya liat Suci?" Tanya Tantri deng
"Kamu? Kenapa kamu bisa di sini?" tanya Tantri kaget, matanya memancarkan kebingungan yang mendalam ketika dia melihat seorang lelaki berbaju biru yang santai duduk di depan televisi.Dimas Herlambang, suami Tantri, tersenyum penuh arti. "Kenapa tidak bisa? Saat istriku rindu, jangankan Eropa, surga pun akan aku tinggalkan dan segera datang menemuimu. bukankah begitu seharuanya sayang?""Aku sengaja meminta cuti, jadi aku memutuskan untuk pulang lebih awal. Agar kita bisa dinner di hari anniversary ke 5 kita."Sementara Dimas menjelaskan alasan kedatangannya, Tantri yang penuh perasaan tak bisa berkata apa-apa. Bibirnya membisu. Dia merasa terharu karena tak pernah menyangka Dimas akan meluangkan waktunya di tengah kesibukan pekerjaannya yang tak kunjung lengang. Ia tidak menduga jika suaminya lebih mengutamakan dirinya daripada pekerjaannya.Mata Tantri berkaca-kaca, dan tanpa berpikir panjang, dia memeluk erat suaminya dengan manja. Namun, Dimas
Suci yang hanya mengenakan selimut, melepaskan pelukan Anita. Dengan suara lembut ia menghibur Anita, "Jangan menangis, Anita. Semoga kamu tak pernah merasakan apa yang aku rasakan. Maafkan aku jika selama disini aku pernah melakukan kesalahan kepadamu. Aku akan pergi sekarang. Jaga dirimu baik-baik, sahabatku."Anita, meskipun terisak, mencoba tersenyum pada Suci, "Suci, aku tahu ini bukan salahmu. Kamu pantas mendapatkan kebahagiaan. Pergilah, raihlah kebahagiaanmu di dunia yang baru di sana."Walaupun Suci sangat menderita, melihat Anita yang sedih seperti itu, hatinya kasihan. Ia tahu selama ini Anita selalu jahat padanya, tetapi bagaimanapun juga, Anita pernah menjadi sahabatnya saat SMA dulu. Entah kesalahan apa yang dilakukan Suci padanya hingga Anita ikut-ikutan keluarganya membenci Suci.Tangis Anita semakin menjadi-jadi seakan tak rela Suci pergi. Tapi ia mendukung Suci untuk meninggalkan rumah yang seperti neraka ini. Agar Suci bisa menemukan kebahagiaannya sendiri di luar
Setelah video bukti kekejaman Bagas diperlihatkan, suasana di rumah tersebut semakin tegang. Farida dan Bagas tidak bisa lagi menghindari kenyataan yang begitu nyata di depan mata mereka. Mereka terdiam, tak bisa berkata apa-apa.Suci tetap merasa takut, tetapi dengan Tantri di sisinya, ia merasa lebih kuat. Tantri, dengan tegas, berkata kepada mereka, "Saya datang ke sini, tidak untuk menghancurkan keluarga Anda, tapi untuk melindungi Suci dari kekerasan yang telah ia alami selama ini. Kami berharap Anda bisa memahami seriusnya situasi ini."Bagas mencoba mempertahankan dirinya, "Ini semua hanya salah paham. Suci pasti memanipulasi video ini untuk merusak reputasi saya. Saya tidak pernah melakukan kekerasan terhadap istri saya.""Saya memiliki bukti yang kuat dan saksi yang telah melihat kekerasan ini terjadi. Saya juga akan membawa kasus ini ke pihak berwenang jika perlu. Yang kita inginkan adalah keamanan dan keadilan bagi Suci," jawab Tantri dengan tenang dan penuh wibawa.Farida