Setelah video bukti kekejaman Bagas diperlihatkan, suasana di rumah tersebut semakin tegang. Farida dan Bagas tidak bisa lagi menghindari kenyataan yang begitu nyata di depan mata mereka. Mereka terdiam, tak bisa berkata apa-apa.
Suci tetap merasa takut, tetapi dengan Tantri di sisinya, ia merasa lebih kuat. Tantri, dengan tegas, berkata kepada mereka, "Saya datang ke sini, tidak untuk menghancurkan keluarga Anda, tapi untuk melindungi Suci dari kekerasan yang telah ia alami selama ini. Kami berharap Anda bisa memahami seriusnya situasi ini."
Bagas mencoba mempertahankan dirinya, "Ini semua hanya salah paham. Suci pasti memanipulasi video ini untuk merusak reputasi saya. Saya tidak pernah melakukan kekerasan terhadap istri saya."
"Saya memiliki bukti yang kuat dan saksi yang telah melihat kekerasan ini terjadi. Saya juga akan membawa kasus ini ke pihak berwenang jika perlu. Yang kita inginkan adalah keamanan dan keadilan bagi Suci," jawab Tantri dengan tenang dan penuh wibawa.
Farida yang masih shock mencoba meredakan situasi. Ia berpikir keras tentang bagaimana cara menyelamatkan anaknya dari masalah ini. Farida tidak ingin anaknya viral karena masalah KDRT. Karena jika itu terjadi pekerjaan Bagas sebagai pegawai negeri terancam.
"Mungkin kita bisa bicarakan masalah ini dengan tenang. Alangkah baiknya kita duduk bersama dan mencari solusi," ajak Farida.
Akhirnya mereka berempat duduk bersama. Mereka diskusi untuk mencari solusi.
"Mbak Tantri, apakah Anda bisa tidak ikut campur lebih jauh dalam urusan keluarga kami? Kami akan menyelesaikan masalah ini dengan Suci secara kekeluargaan. Dan tentang video, tidak perlu diperpanjang lagi. Bagas dan saya ingin Anda menghapusnya. Kami berjanji tidak akan menyakiti Suci lagi," kata Farida.
"Maaf Bu, tugas saya hanya mendampingi saja. Semua keputusan ada di tangan Suci. Saya tahu kapasitas saya sebagai apa disini," balas Tantri. "Bagaimana Suci kelanjutannya. Apa yang ingin kamu lakukan."
Suci menarik nafas dalam-dalam. Dan menjawabnya dengan mantab. "Aku sudah tidak ingin menjadi bagian dari keluarga ini lagi. Aku ingin mengakhiri penderitaanku selama ini. Karena mengorbankan diriku disini, tidak akan membuat mereka menggapku sebagai keluarga. Jadi percuma aku bertahan," Ia menahan tangisannya. Agar terlihat kuat di depan semua orang.
"Apa? Penderitaan? Memangnya apa yang kami lakukan padamu disini. Kamu ngomong seperti kami selalu menyiksamu saja. Lagi pula apa yang kamu korbankan buat keluarga. Semua kebutuhan aku yang memenuhi. Kau berhutang nyawa padaku. Karena selama ini aku yang memberimu dan anakmu makan," Bagas mengambil gilirannya berbicara dan langsung mematahkan semua argumen Suci.
"Ha? Hutang. Sejak kapan memberikan nafkah istri dihitung hutang? Bukankah itu kewajiban. Dan jika dihitung-hitung, lebih banyak orang tua yang memberi uang untuk keluarga ini daripada yang darimu berikan. Apakah kamu sudah lupa, Mas?"
"Tutup mulutmu Suci. Jangan bicara seperti itu pada anakku. Kamu memang istri tak bermoral. Kau itu seharusnya bersyukur punya Suami pegawai negeri. Jangan sok cantik kamu. Diluar sana banyak wanita cantik yang antri untuk menjadi istri anakku." Lagi-lagi Farida membela anaknya. Padahal sudah jelas jika Bagas lah yang bersalah.
Tantri mencoba menjaga ketenangan dalam situasi yang semakin memanas. "Kita semua perlu tenang. Mari kita cari jalan keluar yang baik untuk semua orang, untuk Suci dan terutama untuk Fajar karena dia masih anak-anak."
Tantri merasa perlu untuk memberi kesempatan pada Suci untuk berbicara lebih lanjut. "Suci, apa yang sebenarnya kamu inginkan? Bicarakan dengan jujur, kita akan dengarkan."
Suci menarik napas dalam-dalam, lalu menjawab dengan mantap, "Saya ingin mengakhiri hubungan ini dengan mas Bagas. Saya juga ingin hak asuh anak-anak dibicarakan secara adil di pengadilan. Dan saya ingin mengambil semua milik saya yang sah."
Keputusan Suci membuat Farida dan Bagas tercengang. Rupanya Suci sudah tidak percaya mereka lagi. Ia menolak perdamaian yang diajukan oleh Bagas dan Farida. Bahkan Ia sudah tidak ingin tinggal bersama mereka lagi.
Suci ingin mengakhiri hubungannya dengan Bagas. Dan mengambil semua miliknya. Suci telah merencanakan untuk mendapatkan perlindungan hukum agar dia dan anaknya bisa memulai hidup baru tanpa rasa takut.
Tentu saja Bagas marah besar mendengar keputusan Suci. Ia takut jika Suci akan menyebarkan video itu. Jadi ia mencoba untuk mengancam Suci.
"Suci, jangan berpikir kamu bisa meninggalkan saya dengan mudah. Jika kamu berani pergi, kamu harus keluar dari rumah ini tanpa membawa apapun. Dan kamu tahu, hak asuh Fajar juga akan menjadi hakku." Ujar Bagas dengan nada tinggi.
Suci merasa ketakutan oleh ancaman Bagas, tetapi Tantri dengan tegas menanggapi ancaman tersebut. "Bagas, kami akan pastikan hak-hak Suci dan anaknya dilindungi. Ancaman tidak akan mengubah keputusannya."
Suci, semakin mantap dengan keputusannya, berkata, "Saya tidak takut. Saya ingin anak saya tumbuh dalam lingkungan yang aman dan damai."
"Oh begitu. Kalau begitu keluar dari rumah ini. Dan kembalikan semua barang yang sudah kuberikan untukmu. Aku tidak ikhlas kau membawanya."
Mendengar perkataan Bagas, Tantri sangat geram. Ia heran bagaimana mungkin ada seorang suami mau mengambil barang yang sudah ia berikan ke istrinya. Tapi tantri menahan emosinya itu.
Sedangkan Suci sedang sibuk melepaskan perhiasan yang menempel di tubuhnya dan menaruhnya di atas meja.
"Ini mas ku kembalikan semua. Aku akan pergi. Tapi aku pasti kembali untuk mengambil rumah ini. Aku pergi dulu." Pamit Suci.
"Tunggu, aku bilang semua yang kuberikan. Kenapa cuma perhiasan ini saja?"
"Maksudku apa?"
"Buka semua bajumu. Bukankah baju itu aku yang membelinya dengan uangku."
"Pak Bagas, tolong jangan keterlaluan ya. Saya bisa mengganti semua biaya pakaian yang dikenakan Suci. Sebutkan nominalnya. Saya akan bayar cash." Kata Tantri yang sudah mulai tersulut emosi.
"Aku tidak minta uangmu. Aku ingin pakaian yang melekat ditubuh Suci."
"Keterlaluan."
"Sudahlah Tan, nggak apa-apa. Aku akan mengembalikannya."
"Tapi Suci. Jangan lakukan itu."
Suci hanya tersenyum ke arah Tantri. Kemudian ia segera tanggalkan pakaian yang ia kenakan. Mulai dari atasan dan bawahannya. Dan ia melemparnya ke depan Bagas.
Tapi Bagas masih belum puas. Ia ingin Suci juga melepaskan semua pakaian dalamnya. "Aku bilang semua. Jangan sisakan sehelai benangpun."
Melihat Bagas yang sudah melewati batas, Tantri ingin memberinya pelajaran. Tapi dicegah oleh Suci, "jangan Tan biarkan aku selesai ini. Setelah ini aku akan bebas dari semua penderitaan ini."
Tantri hanya terdiam. Tapi air matanya menetes. Ia tidak bisa melakukan apa-apa. Saat Suci mulai melepas pakaian dalamnya, Tantri hanya bisa menunduk. Ia tak kuasa melihat kejadian menjijikan di depannya. Tapi hatinya tak henti-henti mengutuk Bagas yang sangat keji dan tidak punya perasaan.
"Suci, hentikan!" Teriak Anita dari atas tangga. Ia menjatuhkan kopernya ke lantai karena terkejut. Tapi Anita terlambat. Suci sudah melepas semuanya.
Anita kemudian mengambil selimut dari dalam kopernya. Dan ia berlari menuju Suci. Kemudian dengan cekatan ia membungkus tubuh Suci dengan selimut.
"Suci, pergilah dari neraka ini. Pakailah ini. Selimut ini aku membelinya dengan uang hasil kerjaku. Jadi jangan takut memakainya. Aku tahu aku tak pantas untuk meminta maaf atas semua yang sudah aku lakukan padamu. Tapi aku mohon, jangan mengutukku. Aku tak sanggup menghadapi karma ini." Kata Anita diiringi dengan Isak tangis.
"Terimakasih Anita. Tapi ada apa denganmu? Kenapa kamu seperti ini?" Tanya Suci dengan penuh perhatian.
Suci yang hanya mengenakan selimut, melepaskan pelukan Anita. Dengan suara lembut ia menghibur Anita, "Jangan menangis, Anita. Semoga kamu tak pernah merasakan apa yang aku rasakan. Maafkan aku jika selama disini aku pernah melakukan kesalahan kepadamu. Aku akan pergi sekarang. Jaga dirimu baik-baik, sahabatku."Anita, meskipun terisak, mencoba tersenyum pada Suci, "Suci, aku tahu ini bukan salahmu. Kamu pantas mendapatkan kebahagiaan. Pergilah, raihlah kebahagiaanmu di dunia yang baru di sana."Walaupun Suci sangat menderita, melihat Anita yang sedih seperti itu, hatinya kasihan. Ia tahu selama ini Anita selalu jahat padanya, tetapi bagaimanapun juga, Anita pernah menjadi sahabatnya saat SMA dulu. Entah kesalahan apa yang dilakukan Suci padanya hingga Anita ikut-ikutan keluarganya membenci Suci.Tangis Anita semakin menjadi-jadi seakan tak rela Suci pergi. Tapi ia mendukung Suci untuk meninggalkan rumah yang seperti neraka ini. Agar Suci bisa menemukan kebahagiaannya sendiri di luar
"Kamu? Kenapa kamu bisa di sini?" tanya Tantri kaget, matanya memancarkan kebingungan yang mendalam ketika dia melihat seorang lelaki berbaju biru yang santai duduk di depan televisi.Dimas Herlambang, suami Tantri, tersenyum penuh arti. "Kenapa tidak bisa? Saat istriku rindu, jangankan Eropa, surga pun akan aku tinggalkan dan segera datang menemuimu. bukankah begitu seharuanya sayang?""Aku sengaja meminta cuti, jadi aku memutuskan untuk pulang lebih awal. Agar kita bisa dinner di hari anniversary ke 5 kita."Sementara Dimas menjelaskan alasan kedatangannya, Tantri yang penuh perasaan tak bisa berkata apa-apa. Bibirnya membisu. Dia merasa terharu karena tak pernah menyangka Dimas akan meluangkan waktunya di tengah kesibukan pekerjaannya yang tak kunjung lengang. Ia tidak menduga jika suaminya lebih mengutamakan dirinya daripada pekerjaannya.Mata Tantri berkaca-kaca, dan tanpa berpikir panjang, dia memeluk erat suaminya dengan manja. Namun, Dimas
Setelah hampir setengah jam Tantri membantu Suci berpakaian, mereka berdua akhirnya siap pergi ke sekolah Fajar untuk menjemputnya.Suci yang tadinya tidak mengenakan pakaian sama sekali, kini tampak cantik dan elegan dengan baju mahal yang melekat di tubuhnya. Ditambah lagi dengan sedikit riasan yang dibubuhkan oleh Tantri, membuat Suci bertransformasi menjadi wanita yang berbeda. Suci dan Tantri pun kini siap untuk berangkat. Ketika mereka berdua akan pergi, Dimas tiba-tiba menghentikannya, "Loh, mau pergi kemana kalian?""Urusan perempuan, sayang. Mau tahu aja" Jawab Tantri dengan pura-pura tegas.Mata Dimas tertuju kearah suci. Ia memperhatikan Suci dari ujung kepala ke ujung kaki. Karena sekarang Suci sudah berubah menjadi cantik jelita. Ia hampir saja tidak mengenali Suci.Suci yang merasa malu karena diperhatikan oleh Dimas hanya bisa tertunduk dan diam. "Hei, ada apa sayang? Kok segitunya liat Suci?" Tanya Tantri deng
Suci memandang pintu gerbang sekolah dengan perasaan bingung yang semakin dalam. Entah kenapa, namun instingnya memberi isyarat bahwa perempuan yang telah menjemput Fajar bukanlah seseorang yang bisa dipercayai. Ia pun berusaha meredam kecemasannya dan berbicara dengan Tantri dan Dimas."Saya rasa ada yang tidak beres, Tan. Fajar ternyata sudah dijemput oleh seorang wanita yang mengaku sebagai aku. Apakah Bagas mungkin terlibat dalam ini? Apa mungkin ini rencananya." Kata Suci dengan nada panik.Tantri dan Dimas juga merasa cemas mendengar penjelasan Suci. Mereka tahu bahwa Bagas memiliki motif tersendiri, terutama setelah Suci mengungkapkan tentang niatannya untuk membawanya Fajar pergi.Dimas berbicara dengan tegas, "Kita harus mencari tahu apa yang terjadi. Suci, apakah kamu punya nomor telepon Bagas? Cobalah hubungi dia.""Tidak bisa, aku tidak punya HP. Tadi HP ku sudah dibanting oleh mas Bagas." Jawab Suci. "Terus bagaimana ini?""S
Suci sama sekali tidak menyangka masalahnya akan melebar seperti ini. Ia berpikir jika setelah mengungkap masalah KDRT suaminya kepada Tantri, ia akan langsung bisa hidup bebas berdua bersama Fajar. Tapi ternyata hasilnya diluar dugaan.Karena tindakan berani itu ternyata berdampak buruk. Hingga Fajar yang tidak tahu apa-apa ikut terseret menjadi korbannya. "Seharusnya aku tidak senekat Iki. Seharusnya aku tahu jika mas Bagas akan melakukan hal ini. Kenapa aku tidak memperhitungakan hal ini. Ia pasti menyuruh Anita untuk menjemput Bagas." Eluh Suci. Ia mulai menyesali apa yang telah ia lakukan."Suci, jangan menyerah. Apa yang kamu lakukan sudah benar. Percayalah. Oh ya, kenapa kamu bisa berpikir jika Anita yang menjemput Fajar?" Tanya Tantri."Karena Fajar akrab dengan Anita. Walaupun Anita sangat membenciku. Tapi ia sangat sangat terhadap Fajar. Tadi guru BK dan pak satpam itu juga bilang jika Fajar mengakui wanita itu sebagai ibunya. Berarti Fajar kenal betul siapa wanita itu.""Be
Suci, Tantri, dan Bagas terdiam dalam kebingungan yang mendalam. Panasnya cahaya matahari yang menyengat tak terasa karena otak mereka sudah mendidih berkat masalah Fajar yang menghilang secara misterius.Dalam kesunyian yang hanya dipenuhi oleh ketegangan yang semakin merayap, mereka saling memandang, mencari jawaban atas misteri yang semakin rumit ini. Fajar yang tidak ada di sekolah, ada perempuan yang mengaku sebagai Suci yang menjemputnya, dan Bagas yang dengan tulus datang untuk menjemput Fajar, semuanya terasa seperti potongan puzzle yang sulit dipadukan.Suci mencoba untuk merenung sejenak, mencari petunjuk atau ide tentang apa yang sebenarnya terjadi. "Kita harus segera mencari tahu di mana Fajar berada. Ini sangat mengkhawatirkan," kata Suci dengan nada prihatin. Cahaya matahari menyilaukan melalui jendela mobil, menciptakan bayangan yang tak menentu di wajah mereka.Tantri setuju, "Benar, kita harus bertindak cepat. Pak Bagas, apakah anda punya ide siapa yang bisa menjemput
Tanpa membuang waktu, mereka bertiga segera kembali ke rumah Tantri. Setelah sampai, mereka bertiga berkumpul di ruang tengah. Hingga akhirnya hp Dimas diisi daya dan video CCTV berhasil diputar.Mereka mulai melihat gambar yang cukup menggemparkan. Di layar, terlihat seorang wanita yang mereka tidak kenal sedang menggandeng Fajar dengan lembut. Bahkan mereka berdua terlihat sedang bercanda di sepanjang koridor sekolah.Tantri langsung menyuarakan kebingungannya, "Siapa dia? Kenapa dia ada di sekolah dan mengambil Fajar? Dan kenapa jika terlihat sangat akrab dengan Fajar? Apa kamu mengenalnya?""Tidak mungkin. Kenapa dia ya Tuhan?" Ucap Suci. Matanya masih terpaku pada layar HP Dimas. Ia masih tidak mempercayai apa yang sedang ia lihat."Jadi kamu mengenalnya, Ci?" Tanya Tantri lagi."Tentu saja, Tan. Aku sangat mengenalnya." Suci menjawab dengan ekspresi yang penuh emosi. Ia pun menutup wajahnya dengan tangannya. Dan menangis.M
9 tahun yang lalu. Saat aku masih duduk di kelas 1 SMA, disitulah pertama kali aku bertemu dengan Intan. Tepatnya pada semester ke 2. Kala itu Intan menjadi murid pindahan. Yang pindah dari kota lain.Intan adalah seorang gadis yang sangat cantik dan manis. Ia juga sangat lugu. Sepertinya dia adalah gadis yang baik. Tapi entah kenapa Intan selalu menjadi bahan bully-an di kelasku. Sebenarnya saat pertama Intan masuk kelasku, aku ingin menyapanya. Tapi aku malu. Intan sering merasa asing di sekolah ini. Karena kebanyakan siswa di kelas ini memiliki hp, untuk berpartisipasi dalam grup WhatsApp, dan terhubung satu sama lain melalui media sosial. Mereka sering berbicara tentang aplikasi chat terbaru dan membandingkan hp mereka.Namun, Intan adalah pengecualian. Dia satu-satunya siswa yang tidak memiliki hp, dan ini membuatnya merasa semakin terisolasi dari teman-teman barunya. Mereka sering mengolok-oloknya dan membuatnya merasa tidak diinginkanSuatu hari, Intan duduk di kursi belaka
9 tahun yang lalu. Saat aku masih duduk di kelas 1 SMA, disitulah pertama kali aku bertemu dengan Intan. Tepatnya pada semester ke 2. Kala itu Intan menjadi murid pindahan. Yang pindah dari kota lain.Intan adalah seorang gadis yang sangat cantik dan manis. Ia juga sangat lugu. Sepertinya dia adalah gadis yang baik. Tapi entah kenapa Intan selalu menjadi bahan bully-an di kelasku. Sebenarnya saat pertama Intan masuk kelasku, aku ingin menyapanya. Tapi aku malu. Intan sering merasa asing di sekolah ini. Karena kebanyakan siswa di kelas ini memiliki hp, untuk berpartisipasi dalam grup WhatsApp, dan terhubung satu sama lain melalui media sosial. Mereka sering berbicara tentang aplikasi chat terbaru dan membandingkan hp mereka.Namun, Intan adalah pengecualian. Dia satu-satunya siswa yang tidak memiliki hp, dan ini membuatnya merasa semakin terisolasi dari teman-teman barunya. Mereka sering mengolok-oloknya dan membuatnya merasa tidak diinginkanSuatu hari, Intan duduk di kursi belaka
Tanpa membuang waktu, mereka bertiga segera kembali ke rumah Tantri. Setelah sampai, mereka bertiga berkumpul di ruang tengah. Hingga akhirnya hp Dimas diisi daya dan video CCTV berhasil diputar.Mereka mulai melihat gambar yang cukup menggemparkan. Di layar, terlihat seorang wanita yang mereka tidak kenal sedang menggandeng Fajar dengan lembut. Bahkan mereka berdua terlihat sedang bercanda di sepanjang koridor sekolah.Tantri langsung menyuarakan kebingungannya, "Siapa dia? Kenapa dia ada di sekolah dan mengambil Fajar? Dan kenapa jika terlihat sangat akrab dengan Fajar? Apa kamu mengenalnya?""Tidak mungkin. Kenapa dia ya Tuhan?" Ucap Suci. Matanya masih terpaku pada layar HP Dimas. Ia masih tidak mempercayai apa yang sedang ia lihat."Jadi kamu mengenalnya, Ci?" Tanya Tantri lagi."Tentu saja, Tan. Aku sangat mengenalnya." Suci menjawab dengan ekspresi yang penuh emosi. Ia pun menutup wajahnya dengan tangannya. Dan menangis.M
Suci, Tantri, dan Bagas terdiam dalam kebingungan yang mendalam. Panasnya cahaya matahari yang menyengat tak terasa karena otak mereka sudah mendidih berkat masalah Fajar yang menghilang secara misterius.Dalam kesunyian yang hanya dipenuhi oleh ketegangan yang semakin merayap, mereka saling memandang, mencari jawaban atas misteri yang semakin rumit ini. Fajar yang tidak ada di sekolah, ada perempuan yang mengaku sebagai Suci yang menjemputnya, dan Bagas yang dengan tulus datang untuk menjemput Fajar, semuanya terasa seperti potongan puzzle yang sulit dipadukan.Suci mencoba untuk merenung sejenak, mencari petunjuk atau ide tentang apa yang sebenarnya terjadi. "Kita harus segera mencari tahu di mana Fajar berada. Ini sangat mengkhawatirkan," kata Suci dengan nada prihatin. Cahaya matahari menyilaukan melalui jendela mobil, menciptakan bayangan yang tak menentu di wajah mereka.Tantri setuju, "Benar, kita harus bertindak cepat. Pak Bagas, apakah anda punya ide siapa yang bisa menjemput
Suci sama sekali tidak menyangka masalahnya akan melebar seperti ini. Ia berpikir jika setelah mengungkap masalah KDRT suaminya kepada Tantri, ia akan langsung bisa hidup bebas berdua bersama Fajar. Tapi ternyata hasilnya diluar dugaan.Karena tindakan berani itu ternyata berdampak buruk. Hingga Fajar yang tidak tahu apa-apa ikut terseret menjadi korbannya. "Seharusnya aku tidak senekat Iki. Seharusnya aku tahu jika mas Bagas akan melakukan hal ini. Kenapa aku tidak memperhitungakan hal ini. Ia pasti menyuruh Anita untuk menjemput Bagas." Eluh Suci. Ia mulai menyesali apa yang telah ia lakukan."Suci, jangan menyerah. Apa yang kamu lakukan sudah benar. Percayalah. Oh ya, kenapa kamu bisa berpikir jika Anita yang menjemput Fajar?" Tanya Tantri."Karena Fajar akrab dengan Anita. Walaupun Anita sangat membenciku. Tapi ia sangat sangat terhadap Fajar. Tadi guru BK dan pak satpam itu juga bilang jika Fajar mengakui wanita itu sebagai ibunya. Berarti Fajar kenal betul siapa wanita itu.""Be
Suci memandang pintu gerbang sekolah dengan perasaan bingung yang semakin dalam. Entah kenapa, namun instingnya memberi isyarat bahwa perempuan yang telah menjemput Fajar bukanlah seseorang yang bisa dipercayai. Ia pun berusaha meredam kecemasannya dan berbicara dengan Tantri dan Dimas."Saya rasa ada yang tidak beres, Tan. Fajar ternyata sudah dijemput oleh seorang wanita yang mengaku sebagai aku. Apakah Bagas mungkin terlibat dalam ini? Apa mungkin ini rencananya." Kata Suci dengan nada panik.Tantri dan Dimas juga merasa cemas mendengar penjelasan Suci. Mereka tahu bahwa Bagas memiliki motif tersendiri, terutama setelah Suci mengungkapkan tentang niatannya untuk membawanya Fajar pergi.Dimas berbicara dengan tegas, "Kita harus mencari tahu apa yang terjadi. Suci, apakah kamu punya nomor telepon Bagas? Cobalah hubungi dia.""Tidak bisa, aku tidak punya HP. Tadi HP ku sudah dibanting oleh mas Bagas." Jawab Suci. "Terus bagaimana ini?""S
Setelah hampir setengah jam Tantri membantu Suci berpakaian, mereka berdua akhirnya siap pergi ke sekolah Fajar untuk menjemputnya.Suci yang tadinya tidak mengenakan pakaian sama sekali, kini tampak cantik dan elegan dengan baju mahal yang melekat di tubuhnya. Ditambah lagi dengan sedikit riasan yang dibubuhkan oleh Tantri, membuat Suci bertransformasi menjadi wanita yang berbeda. Suci dan Tantri pun kini siap untuk berangkat. Ketika mereka berdua akan pergi, Dimas tiba-tiba menghentikannya, "Loh, mau pergi kemana kalian?""Urusan perempuan, sayang. Mau tahu aja" Jawab Tantri dengan pura-pura tegas.Mata Dimas tertuju kearah suci. Ia memperhatikan Suci dari ujung kepala ke ujung kaki. Karena sekarang Suci sudah berubah menjadi cantik jelita. Ia hampir saja tidak mengenali Suci.Suci yang merasa malu karena diperhatikan oleh Dimas hanya bisa tertunduk dan diam. "Hei, ada apa sayang? Kok segitunya liat Suci?" Tanya Tantri deng
"Kamu? Kenapa kamu bisa di sini?" tanya Tantri kaget, matanya memancarkan kebingungan yang mendalam ketika dia melihat seorang lelaki berbaju biru yang santai duduk di depan televisi.Dimas Herlambang, suami Tantri, tersenyum penuh arti. "Kenapa tidak bisa? Saat istriku rindu, jangankan Eropa, surga pun akan aku tinggalkan dan segera datang menemuimu. bukankah begitu seharuanya sayang?""Aku sengaja meminta cuti, jadi aku memutuskan untuk pulang lebih awal. Agar kita bisa dinner di hari anniversary ke 5 kita."Sementara Dimas menjelaskan alasan kedatangannya, Tantri yang penuh perasaan tak bisa berkata apa-apa. Bibirnya membisu. Dia merasa terharu karena tak pernah menyangka Dimas akan meluangkan waktunya di tengah kesibukan pekerjaannya yang tak kunjung lengang. Ia tidak menduga jika suaminya lebih mengutamakan dirinya daripada pekerjaannya.Mata Tantri berkaca-kaca, dan tanpa berpikir panjang, dia memeluk erat suaminya dengan manja. Namun, Dimas
Suci yang hanya mengenakan selimut, melepaskan pelukan Anita. Dengan suara lembut ia menghibur Anita, "Jangan menangis, Anita. Semoga kamu tak pernah merasakan apa yang aku rasakan. Maafkan aku jika selama disini aku pernah melakukan kesalahan kepadamu. Aku akan pergi sekarang. Jaga dirimu baik-baik, sahabatku."Anita, meskipun terisak, mencoba tersenyum pada Suci, "Suci, aku tahu ini bukan salahmu. Kamu pantas mendapatkan kebahagiaan. Pergilah, raihlah kebahagiaanmu di dunia yang baru di sana."Walaupun Suci sangat menderita, melihat Anita yang sedih seperti itu, hatinya kasihan. Ia tahu selama ini Anita selalu jahat padanya, tetapi bagaimanapun juga, Anita pernah menjadi sahabatnya saat SMA dulu. Entah kesalahan apa yang dilakukan Suci padanya hingga Anita ikut-ikutan keluarganya membenci Suci.Tangis Anita semakin menjadi-jadi seakan tak rela Suci pergi. Tapi ia mendukung Suci untuk meninggalkan rumah yang seperti neraka ini. Agar Suci bisa menemukan kebahagiaannya sendiri di luar
Setelah video bukti kekejaman Bagas diperlihatkan, suasana di rumah tersebut semakin tegang. Farida dan Bagas tidak bisa lagi menghindari kenyataan yang begitu nyata di depan mata mereka. Mereka terdiam, tak bisa berkata apa-apa.Suci tetap merasa takut, tetapi dengan Tantri di sisinya, ia merasa lebih kuat. Tantri, dengan tegas, berkata kepada mereka, "Saya datang ke sini, tidak untuk menghancurkan keluarga Anda, tapi untuk melindungi Suci dari kekerasan yang telah ia alami selama ini. Kami berharap Anda bisa memahami seriusnya situasi ini."Bagas mencoba mempertahankan dirinya, "Ini semua hanya salah paham. Suci pasti memanipulasi video ini untuk merusak reputasi saya. Saya tidak pernah melakukan kekerasan terhadap istri saya.""Saya memiliki bukti yang kuat dan saksi yang telah melihat kekerasan ini terjadi. Saya juga akan membawa kasus ini ke pihak berwenang jika perlu. Yang kita inginkan adalah keamanan dan keadilan bagi Suci," jawab Tantri dengan tenang dan penuh wibawa.Farida