Setelah semua orang keluar, Daffa segera duduk di samping Sagara dan mengambil laporan keuangan yang diberikan oleh Hendra tadi.
Pria itu tampak mengerutkan keningnya dan langsung menatap Sagara dengan penuh arti.“Jadi, apa ini menurut lo ada yang nggak beres, Ga?”Sagara mengangguk dengan terus melihat ke arah pintu. “Dari laporan dua tahun lalu saja gue sudah bisa mencium ada yang nggak beres. Sekarang coba lo cari laporan dalam tiga bulan terakhir.” Ucapan Sagara terhenti sebentar, kemudian pria itu berdiri dan menatap Daffa dengan ekspresi serius. “Kemudian hubungi semua supplier yang memasok semua kebutuhan hotel. Gue mau hasilnya dalam 24 jam ke depan.”Mendengar perintah Sagara yang seperti tak bisa dibantah, Daffa mengangguk cepat. Dia tahu ini bukan waktunya untuk mengajak pria itu bergurau seperfti biasa. Sagara benar-benar serius kali ini.Sagara mengibaskan ujung jasnya sebelum dia meninggalkan ruang rapat yang menyisakan DafLangit ibu kota menjelang senja menyisakan semburat senja di ruangan pribadi Sagara di D&W Company.Hari ini Sagara terlihat lebih banyak diam. Dia duduk dengan wajah serius di depan layar laptop yang menampakkan hasil laporan yang Daffa berikan.Semua laporan yang terpampang di depan matanya sekarang terlihat tidak masuk akal. Bagaimana bisa hotel mereka mengalami penurunan pendapatan yang signifikan dalam tiga bulan terakhir?“Penurunan keuntungan? Di saat hunian naik 20%?” gumam Sagara dengan wajah dingin.Dia sudah mencurigai ini kemarin, semenjak melihat laporan keuangan hotel yang diberikan oleh Hendra dan Andra. Semuanya terlihat benar-benar tidak beres, sampai akhirnya Sagara memerintahkan beberapa tim untuk turun ke hotel sekarang juga.Di saat yang bersamaan di hotel terjadi kegaduhan ketika tim audit dari perusahaan pusat datang secara tiba-tiba, tanpa pemberitahuan apa pun.Semua orang panik, tak terkecuali Hendra dan Andra. Mereka berdua tidak bisa bertindak apa pun lagi.
Kayla memasukkan semua belanjaan yang dia mau ke dalam troli. Wanita itu tampak serius ketika memilih bahan-bahan makanan. Sampai dia merasa terkejut ketika pundaknya disentuh seseorang.“Kay!”Kayla menoleh begitu mendengar seseorang memanggil namanya. Dia tampak terkejut begitu melihat siapa orang tersebut. “Maaf, aku lagi buru-buru.”“Tunggu dulu, Kay. Ada sesuatu yang mau aku bicarakan sama kamu.” Adelia memegang tangan Kayla, serta menatap wanita itu dengan tatapan penuh arti. “Ini soal Mas Andra.”“Aku nggak punya urusan lagi sama suami kamu.”“Ini juga tentang aku dan anak kami, Kay.”Kayla menatap bayi yang ada dalam gendongan Adelia. Wajah bayi itu benar-benar tampak teduh dan tenang dalam keadaan tidur. Kayla memang tak mau berurusan lagi dengan Andra, tetapi dia juga seorang wanita.Bagaimana hatinya bisa tetap keras ketika sudah melihat wajah polos itu?Akhirnya terdengar helaan napas panjang dari wanita berambut panjang itu. “Ada apa?”“Ah, syukurlah. Aku yakin banget ka
"Lakukan sendiri saja kalau memang kamu sudah tidak tahan lagi. Lagi pula, aku tidak habis pikir dengan wanita yang punya nafsu tinggi seperti dirimu, Kayla. Kenapa semakin lama kamu semakin terlihat seperti wanita murahan?"Deg!Kayla membelalak mendengar ucapan sang suami. Padahal, dia sampai buru-buru pulang untuk merayakan anniversary pernikahan mereka yang kedua. Dan dulu, pria itulah yang lebih sering meminta jatah dibanding dirinya.Kenapa sekarang seolah dirinya saja yang berminat?"Tapi, Mas--" "Udah! Jangan ngajak ribut deh. Aku mau istirahat!" Tanpa basa-basi, pria itu berlalu dari hadapan Kayla yang terdiam.Dirinya terlalu syok dikatai segitunya oleh sang suami.Akhir-akhir ini, Andra memang tampak dingin, hingga keduanya kerap berdebat. Tapi, Kayla pikir itu malam ini mereka akan berbaikan, lalu melakukan percintaan panas—mengulangi masa-masa indah seperti awal pernikahan.Ternyata semua itu hanya ada dalam khayalan Kayla saja.Bahkan setelah dia merengek pun, Andra tet
Di sisi lain, Andra hanya menghembuskan napas dengan kesal. "Aku pergi dulu kalau begitu. Ini masih pagi dan aku malas berdebat." Andra meraih tas kerjanya. Namun, sebelum pergi dia kembali menatap Kayla yang hanya diam saja. "Pikirkan baik-baik ucapanku tadi. Lagian aku juga belum mau punya anak sekarang. Merepotkan saja!" Kayla hanya bisa berdiri mematung, menatap punggung Andra yang perlahan pergi meninggalkan dia. 'Aku belum mau punya anak sekarang. Merepotkan saja!' Jadi, setelah berdebat panjang tadi, intinya Andra tetap tidak ingin punya anak darinya? Untungnya, pekerjaannya di Rumah Sakit begitu menguras tenaga dan pikiran, hingga ia bisa mengalihkan pikirannya. Tak terasa, Kayla bahkan telah bekerja selama empat jam. "Kayla!" panggil Alana yang langsung membuat Kayla menoleh. "Makan siang, yuk!" Kayla mengusap keringat di wajahnya. "Yuk. Pas banget sebentar lagi juga jam istirahat." "Gimana UGD hari ini? Aku lihat banyak pasien yang masuk." Kayla mengangguk lemah. "Be
Hanya saja, suara sirine yang memekakakn telinga membuat Kayla kembali tersadar akan tugasnya.Segera dilupakannya pria yang ditabraknya di koridor rumah sakit tadi."Kayla, bantu cepat!" ujar salah seorang dokter yang keluar bersama Kayla barusan.Wanita itu pun bergerak lihai setelah tahu jika pasien yang datang adalah wanita yang akan melahirkan.Dia segera membantu dokter pria itu, dan mencoba menenangkan pasien yang mulai kesakitan."Kay, arahkan keluarga pasien untuk mengurus administrasinya, ya. Setelah itu susul aku ke ruang persalinan.""Baik, Dok, tapi keluarganya di mana?"Wanita yang sedang mengerang kesakitan itu berusaha menjawab dengan suara terbata-bata, "Suamiku sedang di jalan, Sus. Dia akan datang sebentar lagi.""Ah, baiklah kalau begitu." Setelah membantu dokter mendorong brankar untuk masuk ke dalam lift, Kayla kembali ke bagian administrasi untuk memberitahu tentang pasien yang baru saja datang tadi."Suaminya baru akan tiba sebentar lagi. Kamu bisa 'kan bantu
Wanita itu tidak memedulikan lagi keadaan rumah sakit yang ramai, atau orang-orang yang mulai menatap ke arahnya dengan wajah kebingungan.Isi kepala Kayla saat ini penuh dengan pertanyaan, kenapa Andra melakukan ini padanya?"Kayla!" panggil Alana ketika tidak sengaja melihat Kayla menangis.Namun, Kayla tidak menjawab sama sekali. Dia ingin keluar untuk menghirup udara segar sekarang."Kay!"Lagi, Kayla mengabaikan panggilan Alana. Dia hanya menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. "Mas Andra mengkhianatiku?" lirihnya, pedih.Saat wanita itu berjalan pelan seperti mayat hidup, dan tidak melihat jalan di depannya, Alana berteriak ketika sebuah mobil melaju dari arah berlawanan."Kay, awas!"CIT! Suara gesekan antara ban mobil dan jalanan terdengar cukup kuat, hingga membuat perhatian orang-orang teralihkan.Kayla yang terkejut langsung jatuh dengan tubuhnya yang gemerart. Tidak hanya itu, jantungnya juga berpacu cepat saat melihat jarak antara dirinya dan juga mobil yang tin
Setelah selesai bekerja seprofesional yang dia bisa, Kayla memilih berjalan kaki untuk pulang ke rumah. Padahal jarak dari rumah sakit menuju rumahnya terbilang cukup jauh.Dia bahkan menolak pergi ke kafe yang sebenarnya dia ingin kunjungi bersama Alana.Jujur, Kayla ingin seorang diri.Dia juga tidak mau pulang ke rumah itu atau bertemu dengan Andra.Tapi kalau dia tidak pulang, Kayla mau tidur di mana malam ini?"Dia bilang tidak mau punya bayi. Jadi, itu alasannya tidak mau punya bayi." Kayla menatap sepatunya dengan air mata tergenang.Tangis yang sedari tadi ditahannya, kembali luruh.Wanita itu berjongkok di tepi trotoar, seraya menutup wajah dengan kedua tangannya.Dia merasa sendirian.Kayla tak berani menceritakan ini pada siapapun, bahkan Alana.Mau taruh di mana wajahnya? Padahal baru pagi tadi dia membanggakan Andra—suaminya yang ternyata brengsek itu.Dan Andra ... suaminya itu dulu berulang kali mengatakan jika dia mencintainya, tetapi kenapa dia bisa berselingkuh seper
"Tidak, Tuan. Suamiku yang membeli rumah ini.""Suami?" Sudut alis Sagara terangkat ketika mendengar jika Kayla sudah mempunyai suami. "Suamimu pasti punya jabatan tinggi di tempat pekerjaannya. Kalau begitu, aku permisi dulu. Maaf karena sudah lancang bertanya tentang rumahmu."Kayla kembali menggeleng dengan senyum tipis. Senyum yang langsung membuat Sagara merasakan dejavu."Tidak, Tuan. Saya mengerti. Anda pasti takut saya melakukan pekerjaan yang aka merugikan rumah sakit, bukan?"Sagara terdiam. Padahal dia tidak berpikir seperti itu. Dia bertanya karena memang benar-benar penasaran."Kalau suamimu melihat dan salah paham, kabari saja aku. Aku tidak mau dicap sebagai pria perebut istri orang. Kamu masih menyimpan kartu namaku, kan?"Kayla mengangguk dengan senyum yang dipaksakan. Andra tidak akan marah atau berhak untuk melakukan hal itu kepadanya.Sebab pria itu sudah berbuat hal yang di luar batas.Tanpa berpamitan lagi, Sagara segera menutup kaca mobilnya dan berlalu begitu s
Kayla memasukkan semua belanjaan yang dia mau ke dalam troli. Wanita itu tampak serius ketika memilih bahan-bahan makanan. Sampai dia merasa terkejut ketika pundaknya disentuh seseorang.“Kay!”Kayla menoleh begitu mendengar seseorang memanggil namanya. Dia tampak terkejut begitu melihat siapa orang tersebut. “Maaf, aku lagi buru-buru.”“Tunggu dulu, Kay. Ada sesuatu yang mau aku bicarakan sama kamu.” Adelia memegang tangan Kayla, serta menatap wanita itu dengan tatapan penuh arti. “Ini soal Mas Andra.”“Aku nggak punya urusan lagi sama suami kamu.”“Ini juga tentang aku dan anak kami, Kay.”Kayla menatap bayi yang ada dalam gendongan Adelia. Wajah bayi itu benar-benar tampak teduh dan tenang dalam keadaan tidur. Kayla memang tak mau berurusan lagi dengan Andra, tetapi dia juga seorang wanita.Bagaimana hatinya bisa tetap keras ketika sudah melihat wajah polos itu?Akhirnya terdengar helaan napas panjang dari wanita berambut panjang itu. “Ada apa?”“Ah, syukurlah. Aku yakin banget ka
Langit ibu kota menjelang senja menyisakan semburat senja di ruangan pribadi Sagara di D&W Company.Hari ini Sagara terlihat lebih banyak diam. Dia duduk dengan wajah serius di depan layar laptop yang menampakkan hasil laporan yang Daffa berikan.Semua laporan yang terpampang di depan matanya sekarang terlihat tidak masuk akal. Bagaimana bisa hotel mereka mengalami penurunan pendapatan yang signifikan dalam tiga bulan terakhir?“Penurunan keuntungan? Di saat hunian naik 20%?” gumam Sagara dengan wajah dingin.Dia sudah mencurigai ini kemarin, semenjak melihat laporan keuangan hotel yang diberikan oleh Hendra dan Andra. Semuanya terlihat benar-benar tidak beres, sampai akhirnya Sagara memerintahkan beberapa tim untuk turun ke hotel sekarang juga.Di saat yang bersamaan di hotel terjadi kegaduhan ketika tim audit dari perusahaan pusat datang secara tiba-tiba, tanpa pemberitahuan apa pun.Semua orang panik, tak terkecuali Hendra dan Andra. Mereka berdua tidak bisa bertindak apa pun lagi.
Setelah semua orang keluar, Daffa segera duduk di samping Sagara dan mengambil laporan keuangan yang diberikan oleh Hendra tadi.Pria itu tampak mengerutkan keningnya dan langsung menatap Sagara dengan penuh arti.“Jadi, apa ini menurut lo ada yang nggak beres, Ga?”Sagara mengangguk dengan terus melihat ke arah pintu. “Dari laporan dua tahun lalu saja gue sudah bisa mencium ada yang nggak beres. Sekarang coba lo cari laporan dalam tiga bulan terakhir.” Ucapan Sagara terhenti sebentar, kemudian pria itu berdiri dan menatap Daffa dengan ekspresi serius. “Kemudian hubungi semua supplier yang memasok semua kebutuhan hotel. Gue mau hasilnya dalam 24 jam ke depan.”Mendengar perintah Sagara yang seperti tak bisa dibantah, Daffa mengangguk cepat. Dia tahu ini bukan waktunya untuk mengajak pria itu bergurau seperfti biasa. Sagara benar-benar serius kali ini.Sagara mengibaskan ujung jasnya sebelum dia meninggalkan ruang rapat yang menyisakan Daf
Andra berjalan tergesa-gesa begitu mendapatkan telepon dari atasannya tadi. Pria itu bahkan sampai mengabaikan sapaan-sapaan yang diberikan beberapa karyawan hotel kepadanya.Bahkan keringatnya sampai mengalir deras membasahi pelipisnya.“Pak Hendra!” panggil Andra setelah membuka ruangan atasannya itu dengan napas terengah-engah.“Andra, cepetan masuk dan tutup pintunya!”Andra mengangguk dan hendak menutup pintu setelah masuk, tetapi terlambat begitu Ami datang dan memberitahu jika Sagara sudah datang.“Pak Hendra, Tuan Sagara sudah datang. Kita diminta berkumpul sama Pak Daffa.” Ami tersenyum hangat dan langsung mengerutkan kening begitu melihat wajah Andra yang tampak pucat pasi. “Kamu juga, Ndra. Pak Daffa bilang semua dewan direksi hotel diminta berkumpul.”Hendra tampak berdeham untuk membuang rasa gugup yang dia rasakan. Mungkin, Ami juga bisa melihatnya, tetapi dia memilih untuk tidak mengindahkan tatapan wanita itu yang
“Aku nggak tau kalau kamu ada kamu tadi kedatangan tamu. Seharusnya kamu bilang kalau ada Daffa.” Setelah mendengar suara pintu tertutup dan Daffa sudah pergi, Kayla memberanikan diri menegur Sagara.Dia takut Daffa akan berpikir buruk tentang dirinya. Apalagi Kayla sadar jika keluarga besar Sagara sepertinya belum sepenuhnya setuju pernikahan mereka.“Dia cuma mampir sebentar. Aku pikir kamu sudah tidur.”Kayla hendak menyangkal, tetapi saat dia melihat ruang kerja Sagara yang terbuka, Kayla memutuskan untuk tidak melanjutkan kembali pembicaraannya.“Aku haus,” tutur Kayla yang langsung berjalan menuju dapur dan mengambil air minum. "Makanya aku keluar, dan terus lihat kamu sama Daffa."Wanita itu meneguk air dari botol langsung. Dia merasa cukup panas setelah mendengar apa yang Daffa katakan sebelum pulang tadi. Keponakan? Bayi? Ingatannya kembali melayang ke kehidupan pernikahan sebelum bersama Sagara. Dulu, dia sampai tidak berani menyinggung apa pun yang berkaitan dengan bayi
“Kayla, aku ... maksudku kenapa kita harus membahas tentang perpisahan sekarang?" Sagara membuang wajahnya begitu mendengar apa yang Kayla bicarakan. Perpisahan? Bahkan sedetik pun Sagara tidak pernah memikirkan tentang hal itu. "Bukankah itu sudah pasti?""Tapi, Kayla--"Kayla menggeleng yang langsung membuat ucapan Sagara terhenti. Wanita itu menepuk bahu Sagara berulang kali, kemudian bangkit dan pergi meninggalkan pria itu begitu saja. Dia tidak mau mendengar apa pun dari Sagara sekarang. Bukan tanpa alasan, Kayla hanya tidak ingin Sagara melihat sisi lemah dari dalam hidupnya. Melihat sang istri yang meninggalkannya begitu saja, membuat Sagara berdiri dan menyusul wanita itu. Pria itu tampak kebingungan, dan ingin memanggil, sebelum suara pintu tertutup membuat gerakan tangannya terhenti.Bruk!Tangan Sagara melayang di udara. Dia ingin mengetuk dan bertanya tentang apa yang terjadi sebenarnya, atau yang Kayla rasakan sekarang, tetapi dia kembali ingat. Sikap dingin wanita
Brak!Suara jas yang dilempar di atas kursi itu terdengar jelas. Andra menarik dasi yang dia kenakan dengan terus mendengus, marah.Sementara itu, Adelia hanya diam melihat suaminya pulang dalam keadaan marah. Dia tidak berniat untuk bertanya mengenai apa pun, sebelum Andra menceritakan masalahnya sendiri.“Sialan! Brengsek!” maki Andra dengan melemparkan dasinya. Egonya tidak terima melihat bagaimana hidup Kayla sekarang.Wanita itu menikah dengan orang yang punya status sosial jauh di atasnya?Tidak!Bukan ini yang dia mau. Sejak pertama kenal dengan Kayla, dia tidak pernah melihat wanita itu memiliki posisi yang kebih tinggi darinya. sekarang apa?“Brengsek!”“Kamu kenapa, sih, Ndra?” tanya Adelia tak tahan mendengar suaminya terus mengumpat. “Kamu nggak lihat ada anak kita di sini. Nggak bagus mengumpat di depan anak kecil begitu.”“Diam kamu!” bentak Andra dengan mata melotot. Pernikahan mereka memang sedang panas, sejak dia bertemu dengan Kayla terakhir kali. “Kamu kalau nggak b
“Kamu gila, ya?” bentak Kayla begitu orang yang membungkam mulutnya itu melepaskannya, dan darahnya semakin mendidih setelah tahu siapa pelakunya. “Kamu yang gila, Kay.” Wajah Andra tampak memerah karena amarah. Napas pria itu juga terllihat naik turun. Sejak tadi, dia ingin bicara secara langsung dengan Kayla, dan siapa sangka keberuntungan berpihak kepadanya. Saat dia melihat Kayla berjalan di depannya tadi, Andra tidak berpikir panjang lagi. “Jadi, ini alasan kamu mau bercerai dengan aku. Kamu menargetkan laki-laki itu dari awal?”Mata Kayla membelalak mendengar apa yang Andra katakan. Apa pria itu lupa ingatan? “Kamu yang ngajak aku cerai. Lagi pula kamu juga sudah menikah sama wanita itu. Jadi, kenapa aku nggak boleh menikah sama Sagara?” tanya Kayla, menantang.Semakin lama, dia semakin tidak mengerti dengan jalan pikiran Andra. Mengapa setelah tahu ada pria lain bersamanya, pria itu semakin kesetanan?“Tapi, bukan harus dia juga—
Melihat bahwa Kayla lah yang benar-benar naik, dan menyambut uluran tangan Sagara dengan senyum lebar, Andra langsung merasa gelisah. Pria itu mengusap keringatnya dengan tangan gemetar. Tidak hanya dirinya yang terkejut dengan kemunculan Kayla sebagai istri dari pemimpin baru mereka, beberapa teman kerjanya yang juga tahu bagaimana hubungan wanita itu dengan Andra dulu, tampak cukup terkejut. Beberapa suara pelan mulai terdengar, membuat Andra semakin tidak nyaman. Pria itu berdiri, berniat untuk meninggalkan tempat ini, tetapi Hendra mencengkeram tangannya. “Itu Kayla, kan?” Semua teman-teman Andra memang belum ada yang tahu tentang perceraiannya dengan Kayla. Pria itu memang tidak pernah menceritakan apa pun karena tidak ingin reputasinya menjadi buruk. “Andra, itu Kayla istri kamu, kan?” tanya Hendra sekali lagi dengan kening berkerut. “Ka-kami sudah berc