Intan menendang wanita purba dengan kekuatannya. Intan melompat berjalan di dinding serta mendang dada wanita purba masing-masing lalu mendarat dengan mulus."Arggh!"Mengetahui hal itu, Intan segera pergi dari ruangan itu dan menghampiri Ibu. Namun di tengah jalan, Intan melihat wanita purba," aku harus sembunyi?"Netranya melirik mencoba mencari tempat persembunyian.Di rasa mendesak. intan berlari kesembarang arah dan mencoba mencari tempat aman."Huah...huhh!"Setelah di rasa sepi Intan kembali keluar untuk menemui ibu, ia sadar betul ibu sangat membutuhkah pertolonganya karena tidak memeliliki kalung seperti dirinya.Intan menahan nafas dalam setiap langkahnya berusaha selalu berdzikir agar dimudahkan urusannya.Namun tidak sengaja, Intan mendengar suara Haical yang sesekali berteriak."Haical...!"gumam Intan."Aku harus mencari Haical!"Karena merasa ada sesuatu yang berbahaya dengan Haical. Intan tentu saja reflek segera mencarinya."Ibu, semoga ibu baik-baik saja,"batin Intan
Saat itu, Intan berusaha mencari Haris dan Haical. Namun berbeda dengan, Ibu, dirasa terbebas dari wanita purba serta gerderwo kenapa tidak kabur saja? fikir ibu.Oleh sebab itu, ibu mengajak Intan untuk kabur dari sana tentu saja karena ibu tidak memiliki benda yang dapat melindunginya itu. Bukan hanya itu saja, ibu juga takut jika bertemu dengan gerderwo. Siapa yang akan menolongnya nanti?Saat melewati terowongan, di sana terdengar suara."Tolong...!"Suaranya samar.Intan yang sedang berjalan berhati-hati serta buru-buru menghentikan langkahnya. "Suara itu?""Nak, ayo...! Kenapa kamu berhenti?"Ibu berkata seraya menatap wajah Intan. Dia tampak ngos-ngos dan terburu-buru. Melihat Intan ibu turut berhenti."Bu, Intan mendengar suara Haris dan Haical?"sahut Intan seraya menoleh kepada Ibu dan celingukan mencari sumber suaranya. Ibu yang sebenarnya mendengar namun sengaja menyembunyikan dari Intan."Tidak. kamu salah dengar Intan!"Ibu berbicara sedikit gugup, tapi dia kemudian men
Setelah itu, genderwo itu tampak berdiri. Mereka disuruh mencari keberadaan Intan yang sudah sangat jelas di mana saat ini.Selanjutnya ibu, dia dibawa oleh wanita purba dan harus melayani nafsu raja itu."Bawa dia ke kamarku!" teriaknya.Ibu lalu ditarik."Ampuni aku raja! Ampuni aku!"tangisnya dengan penuh penyesalan."Hahah...! Aku akan bertambah kuat karena bertambah lagi dua manusia yang akan memuaskanku! Hahahha! Setelah itu mereka akan aku jadikan tumbal! Aku akan abadi, dan aku akan menguasai wilayah ini!"Setengah genderwo itu berjalan seraya berbicara hingga Ibu sendiri yang sudah mengetahui rencananya berharap ada kesempatan untuk kabur.Setengah Genderwo itu menatap ibu dengan marah."Aku ingin kamu diam jangan terus membuatku marah! Berhenti menangis sekarang! Kamu harus memuaskanku!"Ibu yang berada di ambang pintu itu kemudian di tarik. Sementara itu, pintunya tertutup dengan sendirinya bahkan kencang."Raja ampuni aku! Aku kan sudah tua! Lebih baik sama yang muda saja!
" Swing ...., swing,...., swing..., swing...!" Para manusia purba benar-benar marah! Mereka menyerang Intan tidak sedikitpun memberi ruang, suara layangan anak panah bersamaan terdengar mengarah ke arah Intan."Astaga..! Mereka benar-benar gila!" batin Intan. "Aku harus bisa kabur dari sini, jika tidak aku bisa benar-benar tertangkap oleh mereka. Jika tertangkap apa yang terjadi padaku? Tidak...! Itu tidak boleh terjadi..! pikirnya Intan kembali. Intan berkata seraya mengatur nafasnya, masih belum pulih mengatur nafasnya hingga tampak sangat ngos-ngosan anak panah masih terus mengincarnya. Melayang padanya bersamaan."Swing...! Swiing....! Swiing....!""Astaga! Untuk bernafas saja aku tidak ada waktu!"Selanjutnya, Intan memutar tubuhnya bergerak dengan lincah sekali-kali menggulingkan tubuhnya di tanah bahkan melakukan rolling."Huuhhhh..!"Berkali-kali Intan membuang nafasnya dengan kasar. Menghapus keringatnya yang terus mengalir di kening. Tatapannya Intan menatap tajam, tang
Jika Intan perhatikan area itu seperti layaknya hubungan pria dan wanita. Namun itu berbeda, jejaknya bukan seperti pada umumnya."Hush ...Jangan berisik yaa...! Aku akan berusaha menolong kalian! Temen aku juga sama di siksa sama mereka,"ucap Intan.Mereka mengangguk.Wanita itu masih muda. Dia berkata lagi,"Aku selama di sini dijadikan nafsu birahi manusia setengah genderwo," ucapnya dengan susah payah seraya kedua tangannya menyilangkan tubuhnya seraya menggelengkan kepala, dia tampak jijik pada tubuhnya sendiri.Mendengar pengakuannya itu, Intan mulai faham, dan tentu saja itu masuk akal.Di dalam jeruji penjara, mereka tampak saling menyemangati kepada wanita muda itu yang sedang frustasi bahkan trauma dan sangat sedih mendalam. Melihat hal itu, lalu seorang pria berkata akan bertanggung jawab jika mereka selamat nanti. Dia rela menikahinya. Melihat hal itu, mereka saling berpelukan. Intanpun tampak tersenyum tipis."Hikz..hikz..hikz...!" Wanita muda itu tampak menangis."Aku j
Sebelum prajurit itu berkata. Prajurit itu beranjak duduk lalu diikuti oleh Intan duduk. jpenuh. Baginya itu sungguh aneh.Intan yang mendengarkan tampak menggelengkan kepala seraya berujar," Saya tidak tau siapa yang Anda tunggu? Memang siapa dia? Pasti sangat sakti,""Ohyah....Kita belum sempat berkenalan yah?Perkenalkan nama aku Abbad Husein. Panggil saja aku Abbad. Siapa nama kamu?""Namaku Intan Ardidingrat. Panggil saja aku Intan,"sahut Intan.Selanjutnya, Abbad berkata," Intan. Itu nama yang bagus. Sesuai ciri-ciri, sepertinya Andalah orang yang aku tunggu?"Abbad berkata dengan suara tegas dan lantang. Wujud kera itu menatap Intan seolah untuk meyakinakan Intan.Mendengar penjelasan Abbad kening Intan mengerut."Aku? Wajahnya tampak terkejut tidak percaya?""Apa semua yang dikatakan itu benar?"batin Intan bertanya-tanya.Kemudian Intan mengungkapkan apa yang ada difikirannya."Maksud Anda apa? Aku tidak mengerti? Kenapa Anda menunggu aku? Sepertinya Anda sedang bercanda!"Ab
Setelah kedua penjaga di depan penjara itu terkena anak panah yang, Intan dan Abbad segera menuju Haris dan Haikal.Mereka dengan langkah cepat serta lebar tak terasa sudah berada di hadapannya.Lalu dengan buru-buru Intan dan Abad mencari kunci di saku celana yang terbuat dari daun milik dua penjaga yang sudah tergeletak di tanah. Mereka juga memasang waspada. Sesekali bola matanya melihat ke arah jalan yang menuju ke penjara."Haical, Haris. Kalian baik-baik saja kan?"tanya Intan seraya membuka gembok yang ternyata berada di atas batu besar."Hush... jangan keras-keras Intan,"ucap Abbad yang membuat Haris dan Haical itu tampak terkejut.Haris dan Haical saling berpandangan."Bro. Apa kamu dengar monyet itu berbicara?""I-iya Haical," Kemudian mereka kembali menghadap ke arah Abbad masih juga dengan tatapan bingung, selain bingung raut wajah mereka juga menahan sakit.Hati Intan begitu senang bisa bertemu dwngan Haris dan Haical, namun satu sisi, hatinya berdetak takut tiba-tiba ad
Terlihat Abbad berlari sesekali melompat dengan lihai."Bagaimana Abbad?""Intan. Di sana ada penjaga. Lalu apa rencana kita selanjutnya? Kita akan semakin aman jika segera keluar dari gua ini. Jika kita masih berada di sini, kita akan kesulitan bergerak,"Abbad berbicara menciba mencari solusi."Memang ada berapa penjaga di sana Abbad?""Di sana ada dua penjaga,""Dua? Kalau sedikit aku fikir bisa menanganinya Abbad. Mari kita lanjutkan ke hutan,"tutur Intan dengan yakin seraya melangkahkan kakinya. Dia berjalan tampak terlihat anggun dan menarik. Oleh sebab itu, bola mata Abbad terus saja menatap tubuh Intan yang sedang berjalan di depannya.Melihat hal itu, Haris dan Haical acuh. Mereka membiarkan Abbad yang masih diam saja di sana entah apa yang sedang difikirkan.Hanya saja hati Haical dan Haris yang tidak suka, mencemoh melihat kelakuan Abbad yang mendadak seperti patung."Ngapain itu siluman monyet jelek di sana bengong? Apa dia kagum sama boskyuu? Ahh, dasar siluman monyet je
"Jika melewati sini tentu kita harus melewati segala rintangan, bukan?""Iya, itu benar,""Mungkin saja kita tidak bisa menghilang karena kita memang diharuskan untuk melewati segala rintangan ini,""Aku rasa juga begitu,"Di depan sana terdapat sebuah jalan. Namun cabangnya sangat banyak."Addab kita lewat mana ini?""Aku sendiri saja tidak tau harus lewat mana," tutur Addab yang tentu saja membuat mereka panik."Addab, katanya kamu tau jalan menuju ke masjid jin muslim?""Intan. Itu benar. Tapi sepertinya rintangan kali ini kita harus mampu memilih jalan. Jika salah aku tidak tau apa yang terjadi. Yang aku dengar begitu, mereka setiap rintangan berbeda,"Mereka semua menyengirkan alisnya. Ada wajah cemas, bingung, takut salah melangkah, dan aneka wajah lainnya.Mereka tampak berdiskusi."Seharusnya kita harus berjalan lurus, namun dalam jalan bercabang itu tidak ada jalan yang lurus. Ini benar-benar membingungkan,""Lah, kalau kayak gini kita ambil jalan yang mana?"Mereka semua mem
"Bukankah pesan Kyai Hasanuddin untuk ke masjid para jin?"Walaupun sang guru memerintahkan untuk menyerang, namun entah kenapa hati Intan masih ada perasaan ragu. Dirinya pun hampir saja lupa bahwa dia harus ke masjid para jin. Bukan tidak bermaksud menentang atau tidak menuruti kemauan guru, tapi ini adalah amanat beliau."Intan, kamu kenapa? Apa ada masalah?"Intan saat ini bersama dengan yang lainnya sedang berkumpul termasuk guru. Mereka sedang membicarakan langkah apa selanjutnya yang harus dilakukan.Haris sendiri yang melihat Intan diam seperti sedang memikirkan sesuatu segera menananyakannya. Pasalnya dia rasa saat ini guru sedang membicarakan hal penting. Dia takut jika bosnya ternyata tidak mendengarkannya.Haris mendekat ke arah Intan."Bos?""Heem. Haris, ada apa?""Apa bos sedang memikirkan sesuatu? Apa bos setuju dengan rencana guru,""Iya Haris. Itu yang sedang saya fikirkan. Kamu ingat kan kita harus kemasjid para jin oesan Kyai Hasanuddin. Sebaiknya kita pergi ke san
Dengan kejadian ini, tentu saja Intan dan yang lainnya menjadi kapok.Arod dan Haris lukanya belum bener pulih. Dia masih lemah tak berdaya."Untuk bisa mengobati luka ini membutuhkan kembang nagaswara. Dan membutuhkan pemulihan beberapa hari,"tuturnya.Guru dan Addab masih tampak kesal. Peraturan yang dibuat demi kebaikan diri masing-masing namun tidak dihiraukan.Oleh sebab itu, mereka semua juga harus menanggung akibat ini."Maafkan aku Addab. Aku tau aku salah,""Karena ulah kalian, rencana kita menyerang mereka harus tertunda. Bagaimana jika keberadaan kita ketahuan oleh mereka? Apalagi jika kita belum memiliki ilmu untuk melindungi diri kita masing-masing? Bukan hanya itu Intan. Gurubdan orang-orang tidak bersalah bisa terkena dampaknya juga. Ini resikonya sangat besar bukan hanya untuk kesenangan pribadi saja!"Addab terus saja mengeluarkan uneg-uneg yang berada di dalam hatinya. Wajahnya semakin muram jika mengingatnya.Intanpun jua terus saja menyesalinya. Apalagi Arod dan Ha
"Terimalah pembalasanku...!"Intan saat itu benar-benar memanfaatkan waktu. Dia kabur. Dia berlari. Dia membutuhkan pertolongan. Oleh karena itu Intan dengan segera pulang untuk meminta bantuan.Jalanan yang gelap hanya diterangi rembulan. Intan berlari. Kini dia melupakan rasa lelahnya. Yang dia rasa saat ini begitu kuat ialah rasa takutnya.Sesekali hampir terjatuh. Dia dengan berpegangan pepohonan dengan nafas ngos ngosan terus mempertahankan tubuhnya."Semoga saja Haris bisa bertahan. Dan semoga Arod bisa melawan Franz!"Intan berjalan dan terus saja berjalan sesekali berlari dan berhenti berjalan karena rasa lelah yang terasa amat yang entah bisakah dia sampai di kediaman guru Addab.Mengingat perintah Addab Intan merasa tidak enak. Namun, saat ini kondisinya benar-benar genting."Maafkan aku harus merepotkan kalian!"batin Intan."Haris. Arod kalian harus bertahan!"Di tengah jalan menuju kediaman sang guru Intan bertemu dengan Addab dan Haical.Intan saat berlari seraya sesekali
Melihat hal itu Haris tetap kekeh."Aku tidak takut kepada siapapun!"tutur Haris."Haris!" batin Intan. Bola matanya tampak melebar,"Aku tidak mau terjadi sesuatu dengan Haris.Saat Haris dan Franz mulai saling adu jotos, Intan berteriak."Stop! Stop!"Intan berkata seraya melangkah maju dan melerai keduanya. Namun apa yang terjadi?Mereka tidak bisa di lerai.Haris kemudia berteriak,"Intan, sebaiknya kamu pergi saja. Biarkan aku yang mengatasi lelaki ini!"Bagaimana Intan tidak takut. Franz yang berada di depannya ternyata separuh manusia. "Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?"Franz yang sudah ingin menguasai Intan tidak segan-segan terus memberi pukulan kepada Haris.Bug bug bug!Haris kalah serang! Dia saat ini malah tampak terjatuh."Haris...!"Kemudian Franz saling menepukan kedua tangannya di depan Intan."Sayang! Ada apa dengan kamu? Kenapa kamu takut kepadaku?"Franz berjalan melangkah hingga Intan terus melangkah mundur."Franz! Jangan berani-beraninya kamu mendekati aku!""H
"Tunggu. Apa kau tidak lihat sajen ini? Sayanglah kalau tidak dihabiskan!"Di sana ada beberapa tempat sajen. Barusan mereka makan bersama disatu tempat. Namun Arod melihat sajen-sajen yang masih utuh ditempat lain merasa sangat disayangkan.Intan seraya mengelus perutnya ingin pergi dari sana dan meninggalkan Arod. namun saat memutar tubuhnya hingga 180 derajat ada seorang pria di sana."Fffranz...!"Intan berkata dengan susah payah bahkan terbata-bata. Matanya tampak membulat. Dalam hati Intan berkata,"Bagaimana mungkin Franz ada di sini? Apakah aku mimpi?"Intan berkata seperti itu seraya menyubit tangannya."Auuu...Ini bukan mimpi?"Arod di sana masih juga sibuk makan. Sementara itu Haris yang melihat Franz juga tidak jauh terkejut seperti Intan."Bagaimana mungkin pria ini ada di sini? Bos! Astaga. Bosku tidak memiliki pelindung. Kalung dia hilang,"Namun di sisi lain Franz sendiri yang melihat wanita yang dicarinya menghilang ternyata berada di sini kemudian berkata," Intan? Ken
Lagi-lagi di dalam perjalanan Intan mendengar kereta kuda. Dia kemudian menjadi teringat dengan Franz. "Intan, kenapa kamu menghentikan langkahmu?"Bukan hanya itu, Intan juga kemudian menarik tubuh Arod dari tepi jalan dan mengumpat."Hustt. Arod, aku mohon kamu diam dulu sebentar saja,"Arod mengerutkan alisnya. Mereka mengumpat di balik semak-semak tepi jalan.Sebuah kereta kuda yang indah tampak lewat. Di sana Intan mengumpat bersama dengan Arod."Siapa dia? Apa kamu mengenalnya? Astaga, kamu? Padahal aku di sini ingin jalan-jalan melihat indahnya malam, indahnya kereta kuda, mungkin saja ada wanita cantik di sana, tapi kenapa kamu bertingkah aneh seperti ini?"Arod terus saja berbicara yang pada akhirnya membuat Intan menceritakan apa yang terjadi.Mereka berjalan dan melupakan apa yang dikatakan oleh Addab. "Intan, apa kamu ingin tahu dimana para manusia yang menumbalkan akan menyerahkan sajennya?""Untuk apa aku ingin mengetahui hal itu? Arod, asal kamu tau yah, itu semua ga
"Maaf guru. Kami tidak bermaksud lancang!" Addab berkata seraya menundukan punggungnya sebagai penghormatan kepadanya, diikuti pula dengan yang lainnya.Guru tampak berjalan seraya kedua tangannya tampak disimpan dibelakangnya, lalu beliau memutari mereka melihat beberapa ekor burung merpati yang sudah terkena bidikan sehingga tak berdaya di lantai."Addab. Sebaiknya kalian segera mengolah dan memakan burungnya,"tutur sang guru yang membuat mereka semua tampak lega."Jadi maksudnya guru tidak marah karena kami tidak meminta izin pada guru?"Senyuman tampak memancar di wajah Addab dan yang lainnya yang semula tampak tegang.Sang guru menganggukan kepala,"Burung-burung itu bukan milik saya. Jadi tidak seharusnya kalian meminta izin padaku!"tutur guru."Segera bersihkan!"tuturnya guru kembali.Dalam diam guru tersenyum tanpa sepengetahuan mereka. "Semoga kalian mampu memberantas dunia gelap,"ucapnya di dalam hati guru penuh harap.Sebenarnya burung-burung merpati itu adalah undangan gur
"Kenapa tidak boleh? Makanlah, barusan guru bilang seperti itu!"Intan kemudian menengahi,"Kemaren kami dalam peejalanan diberitahu jika kami tidak dapat memakan sembarangan. Jika tidak, sesuatu hal bisa terjadi kepada kami,"Addab kemudian berkata,"Kalau begitu, kalian makan saja buahnya dan air putih. Makanan yang lainnya itu memang milik kami,"tutur Addab."Baiklah,"Di sela-sela sibuk makan, Intan masih juga teringat akan Franz, oleh karena itu dia menanyakan kepada Addab."Addab, aku melihat mantan suamiku lagi. Dia ternyata masih berada dan berkeliaran di kota gaib,""Suami kamu yang suka bermain dan bekerja sama dengan makhluk gaib?" "Iya, benar,"tutur Intan."Lalu apa yang kamu takutkan?""Aku ingin sekali menghabisinya! Apa mungkin itu bisa membuat keluargaku yang menjadi tumbal selamat?""Itu tidak bisa!""Suami kamu juga mendapat perlindungan dari makhluk abstral karena itu kita tetap saja harus melawan genderwo dan raja iblis!""Okeh, baiklah kalau begitu,"tutur Intan.Di