Kaisar tidak bisa bergerak bebas karena ada Agni di sana. Pria itu memikirkan segala cara agar Agni mau pulang terlebih dahulu. Liburannya dengan Airin masih tersisa empat hari, dan sang selingkuhan terus saja menghubungi hingga membuat Kaisar terpaksa mematikan ponselnya supaya istrinya tidak curiga.
"Sayang, kalau kamu bosan, apa tidak sebaiknya pulang dulu? Aku akan menyelesaikan pekerjaan di sini, dan setelah itu aku pasti akan segera pulang," bujuk Kaisar pagi itu.
"Aku tidak bosan, asal bisa bersama denganmu aku senang." Seolah tak memedulikan kegelisahan Kaisar, Agni memang berniat tetap di sana dan pulang bersama suaminya.
Kaisar tampak kebingungan. Otaknya buntu, dia tidak memiliki ide lain untuk membujuk Agni agar pulang lebih dulu agar dirinya bisa melanjutkan liburan bersama Airin.
Tanpa Kaisar tahu, karena kesal ternyata Airin memilih pulang. Ia tidak memberitahu Kaisar dan memilih langsung pergi dari resort, berusaha menunjukkan bahwa sebagai selingkuhan dia juga berhak marah dan menginginkan perlakuan yang lebih dari pada Agni.
***
Begitu sampai di rumah, Airin bertemu dengan suaminya—Dewa. Hubungan mereka masih kaku seperti biasa. Keduanya selalu saja bersikap dingin, hal ini disebabkan karena pernikahan mereka yang sejatinya tidak didasari rasa cinta dan semata-mata hanya untuk memanfaatkan satu sama lain belaka.
Airin langsung meletakkan koper di dekat lemari, dan berniat membersihkan diri. Langkah Airin pun seketika terhenti saat mendengar Dewa bicara.
"Aku ingin kita bercerai!"
Permintaan suaminya itu tentu saja membuat Airin terkejut, dirinya yang masih membutuhkan Dewa sebagai tameng perselingkuhannya malah ingin menceraikannya.
"Apa maksudmu?" tanya Airin yang terlihat tidak terima.
"Aku ingin kita bercerai. Cukup sudah sandiwara kita selama dua tahun ini!" Dewa memperjelas ucapannya.
"Tidak! Aku tidak mau!" tolak Airin. Tentu saja wanita itu tidak akan mau karena masih memiliki maksud dan membutuhkan Dewa.
"Kenapa? Bukankah kamu sudah bersama pria itu?" Dewa menatap tajam Airin.
Airin terkejut dengan penuturan Dewa, ia sampai gelagapan karena bingung harus membantah dengan kalimat sanggahan apa.
"Kamu pikir aku tidak tahu? Kalau kamu berselingkuh," cibir Dewa. "Selama ini aku memang memilih diam, karena pernikahan kita hanya sebuah perjanjian."
"Tidak bisa! Aku tidak mau kamu menceraikanku. Kecuali, kamu sudah tidak menginginkan melindungi pulau Lepa!" ancam Airin dengan satu sudut bibir tertarik ke atas. "Aku akan merusak pulau itu!" ancamnya.
Dewa menyeringai mendengar ancaman Airin, memang benar bahwa dia menikahi Airin demi pulau itu, dia berharap agar perusahaan papa Airin tidak mengeksploitasi dan menyebabkan kerusakan di sana. Namun, Airin tidak tahu kalau ternyata diam-diam Dewa tengah berusaha melepaskan pulau itu dari hak kepemilikan pribadi. Penjualan pulau itu bermasalah, untuk itu ingin menceraikan Airin sebab merasa wanita itu tidak memiliki kekuatan lagi untuk menguasai pulau itu.
"Terserah!" Seakan tidak peduli, Dewa meninggalkan Airin yang tertegun dengan jawabannya.
Airin begitu marah, baru saja kesal karena Kaisar mengabaikan dirinya, kini dia harus menghadapi Dewa yang tiba-tiba berniat menceraikannya.
-
-
-
-
Sementara itu, di Bali Agni sibuk mengajak jalan-jalan Kaisar, keduanya tengah berada di pasar tradisional yang berada di pulau Dewata itu.
Agni merangkul lengan Kaisar, sedangkan pria itu malah sibuk mengecek pesan masuk yang ada di ponselnya. Kaisar membuka pesan yang dikirimkan oleh Airin, betapa terkejutnya dia ketika membaca dan mengetahui ternyata Airin sangat marah dan memilih pulang lebih dahulu.
"Kenapa dia tidak memberitahuku?" Kaisar bergumam dalam hati.
Agni yang merasa suaminya seperti tidak menikmati jalan-jalan mereka pun heran, apalagi saat dirinya tengah bercerita dan tidak ditanggapi oleh Kaisar.
"Sayang, kamu tidak apa-apa, kan?" tanya Agni yang cemas. "Kamu sakit?"
Kaisar terkejut ketika mendengar pertanyaan Agni, hingga mencoba tersenyum meski sedikit terpaksa. "Aku memang merasa sedikit tidak enak badan," jawab Kaisar.
"Apa mau balik ke hotel saja?" tanya Agni memikirkan kondisi kesehatan Kaisar, dia tahu sebagai pucuk pimpinan perusahaan suaminya pasti memiliki beban tugas dan tanggung Jawab yang besar.
"Hem ... aku ingin istirahat dulu, besok kita pulang."
Agni terkejut mendengar Kaisar ingin mengajaknya pulang besok, padahal suaminya itu berkata akan berada di Bali selama seminggu. Namun, Agni tetap berpikir positif kalau mungkin saja Kai memang sudah tidak ada kepentingan.
-
-
-
Akhirnya, hari berikutnya Kaisar dan Agni benar-benar pulang. Mereka sampai di rumah di sore hari.
"Aku mau mandi dulu," ucap Kaisar yang langsung masuk ke dalam kamar mandi.
Agni pun mengangguk dan memilih membongkar bawaan mereka termasuk oleh-oleh yang sengaja dibelinya untuk keluarga.
Beberapa menit kemudian, Kaisar pun sudah selesai mandi dan bahkan berpakaian rapi. Ia menghampiri Agni yang masih memilah pakaian kotor dan bersih untuk dimasukkan ke keranjang cucian.
"Aku mau keluar sebentar, kamu tidak apa-apa 'kan aku tinggal?" tanya Kaisar saat berpamitan.
"Mau ke mana?" tanya Agni yang merasa heran katena Kaisar terlihat buru-buru. "Bukankah kamu masih tidak enak badan?"
"Ada urusan sebentar soal pekerjaan, aku lupa dan harus segera diselesaikan," jawab Kaisar penuh dusta.
Agni mengenyitkan keningnya, ia ingin mencegah suaminya pergi, tapi entah kenapa dia malah menganggukkan kepala. Rasa percayanya yang tinggi ke pria itu membuatnya belum berpikiran negatif tentang sikap aneh Kaisar selama ini. Suaminya pun bergegas pergi meninggalkanya setelah mendapatkan izin. Agni sendiri lantas memilih pergi ke rumah Anisa—mama mertuanya, untuk mengantar oleh-oleh, lagi pula dia juga sudah beberapa hari tidak berkunjung ke sana.
Saat berada di garasi rumahnya, Agni tampak celingukan karena mobil miliknya tidak ada, ternyata karena terburu-buru Kaisar membawa mobil miliknya hingga akhirnya Agni memakai mobil pria untuk pergi ke rumah mertuanya.
_
_
_
Sesampainya di rumah Anisa, Agni langsung disambut hangat oleh sang mama mertua. Anisa begitu menyayangi Agni, karena itu hubungan mereka sangatlah dekat.
"Kenapa sih kok repot-repot?" Anisa tampak senang ketika melihat Agni membawakan banyak oleh-oleh.
"Nggak lah, Ma. Ini saja rasanya kurang," ujar Agni.
Anisa pun menipiskan bibir, dia tahu kalau menantunya ini sangatlah royal, meski begitu Agni tidak pernah menyombongkan diri.
"Oh ya, Mama tadi masak banyak, dan ada makanan kesukaan kamu juga lho. Nanti makan malam di sini, ya!" ajak Anisa.
"Boleh, Ma. Wah ... benar-benar rejeki." Agni menggelayuti lengan Anisa manja.
"Tapi Kaisar kok nggak ikut, ke mana dia?"
"Oh, dia ada urusan sih. Makanya aku datang sendiri," jawab Agni.
Baru saja mereka berbincang, Kalendra—adik Kaisar nampak masuk ke dalam rumah. Pria itu melihat Agni yang duduk bersama sang mama. Awalnya Kalendra mengira Agni datang bersama kakaknya karena mobil yang terparkir di halaman depan adalah milik Kaisar. Kalendra sebenarnya menaruh hati pada Agni saat kuliah, tapi sayangnya Agni malah memilih Kaisar, membuatnya patah hati dan semakin tidak menyukai Kaisar-kakak tirinya.
Kaisar menemui Airin di apartemen, begitu sampai di sana dia langsung disambut muka masam wanita selingkuhannya itu. "Aku pikir kamu sudah lupa denganku!" sindir Airin yang kesal, bahkan langsung berpaling ketika melihat Kaisar masuk.Kaisar menatap Airin yang begitu kesal, tapi dia mencoba bersikap tenang dan merayu wanita itu agar tak terus merajuk."Bukan begitu, aku juga tidak bisa apa-apa kalau ada Agni, kamu ngertiin aku, ya!" bujuk Kaisar. Ia langsung melingkarkan kedua lengan di perut Airin, menyandarkan kepalanya manja untuk merayu."Kalau kamu tidak bisa berbuat apa-apa karena ada Agni. Ya sudah, kenapa nggak ceraikan saja dia, dengan begitu kamu bebas dan kita bisa bersama!" ujar Airin yang diliputi rasa kesal.Kaisar terkesiap dengan ucapan Airin, tapi ia mencoba tetap tenang menghadapi wanita itu."Bukan seperti itu, aku benar-benar masih membutuhkan Agni. Kamu tahu dengan jelas kalau aku butuj memanfaatkan dia, saham terbesar K Sports dimiliki oleh Bara, kakak laki-laki
Saat sampai di rumah, Kaisar begitu terkejut ketika melihat Agni yang ternyata belum tidur."Kamu belum tidur?" tanyanya untuk menutupi keterkejutannya."Belum," jawab Agni seraya mendekat ke arah Kaisar berdiri. "Bagaimana tadi pertemuannya?" Agni sengaja berdiri lebih dekat dengan Kaisar, bahkan langsung menyentuh dada suami dan mendekatkan wajah ke arah kemeja Kaisar, hendak mencium apakah ada bau parfum lain di tubuh suaminya. "Baik, berjalan lancar," jawab Kaisar yang langsung memundurkan tubuh, takut kalau Agni curiga dan mencium sesuatu dari kemejanya. "Memangnya kenapa?" tanya Kaisar yang memilih sedikit menjauh dari Agni, dia segera melepas kemeja dan menggantinya agar sang istri tak curiga."Bang Bara tadi telepon. Katanya dia melihat mobilku yang kamu bawa berada di klub," jawab Agni apa adanya."Benarkah? Aku tidak bertemu dengannya," ucap Kaisar berbasa-basi, hanya untuk menutupi kegugupan karena Agni tahu kalau dirinya pergi ke klub.Kaisar memasukkan kemejanya ke ker
Karena tidak berhasil membuat Dewa tidur dengannya, akhirnya Airin meminta bertemu Kaisar untuk memberitahu kebenaran tentang kehamilannya.Kaisar terlihat begitu bahagia ketika mendengar cerita Airin, bahkan mengusap perut selingkuhannya itu dan menciuminya. Namun, Kaisar heran karena Airin seolah tidak bahagia mengandung anaknya."Kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Kaisar yang melihat betapa muramnya Airin.Dalam Airin memandangi wajah Kaisar, awalnya dia tidak menyangka bahwa respon Kaisar akan sampai seperti itu, saat dia memberitahu perihal kehamilannya."Karena aku tahu, meskipun aku hamil kamu tidak akan pernah menceraikan Agni." Airin sedih karena pasti akan sulit baginya menjalani kehidupan setelah ini. Ucapan Airin benar-benar mengena di hati putra sulung Kamal itu, Kaisar bahkan terdiam dan tidak bisa langsung menjawab. Dia memilih menggenggam tangan selingkuhannya itu, Kaisar pun kaget karena Airin menepisnya kasar."Kamu bisa menyembunyikan fakta dengan mengatakan bahwa
Setelah malam perdebatannya dengan Kaisar. Airin masih berusaha menghubungi pria itu tapi tidak ada tanggapan, bahkan nomor Kaisar sering tidak aktif. Airin pun terlihat lesu dan frustasi, apalagi Dewa sudah membeberkan masalah perselingkuhan dirinya dengan Kaisar ke kedua orangtuanya. Di saat seperti ini, Airin sangat membutuhkan seseorang untuk berkeluh kesah."Apa dia sengaja menghindar dariku?"Kaisar dulu tidak pernah mengabaikan pesan maupun panggilan darinya. Namun, tampaknya sekarang Kaisar memang berniat meninggalkannya. "Tidak akan aku biarkan kamu mengabaikan diriku!" Matanya menunjukkan rasa kesal yang amat sangat. Airin yang dulu dibutakan cinta, kini merasa bingung karena kehamilannya, dia tidak bisa berdiam diri ketika ayah dari janin yang dikandungnya bersikap tak acuh padanya. Hari itu dia nekat pergi ke perusahaan Kaisar, dan hendak bertemu pria itu bagaimanapun caranya.Airin melangkahkan kaki masuk ke dalam gedung K Sport. Saat di lobi dia melihat Kaisar, Kamal,
Sudah beberapa hari Airin tidak memberi kabar ataupun menghubungi semenjak menggila di lobi perusahaan K Sport hari itu. Tiba-tiba saja Kaisar merasa rindu dengan wanita selingkuhannya itu, hingga akhirnya dia mencoba menghubungi Airin meski sedikit ragu."Halo." Kaisar langsung menyapa ketika panggilan itu dijawab."Ada apa?" tanya Airin dengan suara nada datar dan lemas."Bagaimana kabarmu?" tanya Kaisar."Kamu sedang berada dimana sekarang?""Buruk, aku sedang di rumah sakit, baru saja akan pulang setelah dirawat beberapa hari ini," jawab Airin apa adanya.Kaisar cukup terkejut dengan jawaban Airin, hingga kemudian dia meminta bertemu di apartemen setelah Airin keluar dari rumah sakit dan wanita itu mengiakannya***Siang itu Airin pergi ke apartemen Kaisar, tak biasanya saat sampai di sana pria itu sudah menunggunya. Wajah Airin begitu pucat dan lesu, tak tampak seperti biasanya."Ada apa? Kenapa sampai masuk rumah sakit?" tanya Kaisar mencoba memberi perhatian.Airin langsung dudu
Abimana akhirnya menepati janji memberikan salah satu sahamnya, dan pria itu memberikan saham K Sports kepada sang putri. Tak lama setelah penyerahan saham itu, Agni lantas langsung memberikannya pada Kaisar."Terima kasih, sayang." Kaisar begitu bahagia, bahkan sampai memeluk erat istrinya. Agni ikut senang melihat Kaisar yang begitu bahagia. Bagi Kaisar, saham itu sangat berarti baginya, meskipun saham yang diberikan Agni hanya 5 persen, tapi itu sudah cukup menjadikan Kaisar pemilik saham terbesar di K Sport untuk sekarang. "Oh ya, aku ada urusan bisnis ke Singapore. Ada sebuah brand fashion yang ingin berkolaborasi dengan K Sport. Tidak apa-apa 'kan kalau aku meninggalkanmu?" tanya Kaisar pada Agni. "Sebenarnya aku ingin mengajakmu, tapi dokter mengatakan kalau kandunganmu lemah dan aku tidak mau membahayakan calon bayi kita," ujar Kaisar kemudian. Tangannya tampak mengusap lembut perut Agni. "Lagi pula hanya dua hari."Agni terlihat mengerucutkan bibir, tapi setelahnya wanita i
Agni bergegas menutup laptop Kaisar, dia memilih pulang sebelum suaminya itu sampai rumah dan curiga kenapa dia keluar malam-malam.Segala pikiran buruk memenuhi kepala Agni. Memori otaknya memutar kembali segala tingkah aneh suaminya yang seharusnya dia curigai. Mulai dari seringnya Kaisar lembur hingga kemeja yang langsung dimasukkan pria itu ke keranjang cucian setelah pulang malam. Dia masih mencoba berpikiran positif. Pria sehangat dan begitu perhatian seperti suaminya tidak mungkin berselingkuh.Sesampainya di rumah, Agni kelabakan mendengar suara mobil Kaisar persis setelah dia memasukkan mobilnya ke dalam garasi. Ia bergegas masuk kembali ke kamar dan berganti baju, setelahnya langsung berbaring di atas ranjang, menarik selimut, dan berpura-pura tidur agar Kaisar tak curiga.Masih bersikap hangat, Kaisar mendekat dan membetulkan letak selimut yang membalut tubuh Agni. Memberikan kecupan di kening istrinya itu sebelum masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.__Pagi it
“Jangan bertindak bo-doh!” pria itu menatap lekat wajah Agni sebelum wanita itu memberontak dan meminta dilepaskan. “Bertindak bodoh apa?” tanya Agni sambil merapikan kardigannya yang terlihat kusut.“An-da tadi,” ucap Pria itu terbata.“Hah … “ Agni memalingkan mukanya dan mengembuskan napasnya kasar. “ Apa kamu pikir aku akan bunuh diri dengan terjun dari atas jembatan?” ia tiba-tiba saja murka, hilang sudah sosok Agni yang lemah lembut. Selama kuliah dia memang terkenal sebagai sosok yang pemberani dan ceplas-ceplos. Namun, setelah menikah Agni merubah sikapnya untuk menjaga nama baik suaminya.“Aku sedang memikirkan, jika aku mendorong orang ke sana apa dia akan tenggelam dan langsung mati,” ucap Agni berapi-api.Pria itu pun terkejut, dia sampai berjalan mundur ke belakang karena Agni melangkah ke arahnya dengan garang. “Maaf aku keceplosan, tapi jangan beri tahu siapa-siapa kalau aku berniat membunuh orang.” Agni menggigit bibir bawahnya dan memalingkan muka, dia tiba-tiba sa
Rumah Hantoro yang biasanya sepi kini tampak ramai. Banyak orang berlalu-lalang dan semuanya memakai pakaian yang nyaris seragam. Yang lebih mengesankan lagi halaman rumah pria itu juga sudah di sulap sedemikian rupa oleh sang empunya hingga siapa saja yang melihat sudah bisa menerka apa yang terjadi di sana. Pernikahan? Ya, itu benar. Anya dan Kaisar menikah. Akad nikah digelar tepat sebulan setelah Kaisar mengutarakan niat hendak menikahi Anya. Mereka memakai halaman sebagai tempat mengucap janji suci. Kursi, meja prasmanan serta ornamen lainnya semua bernuansa putih, memberi kesan sakral untuk acara yang akan di laksanakan sebentar lagi. Acara itu hanya dihadiri oleh keluarga dekat saja. Bahkan media tidak mengetahui soal pernikahan ini. Mengenai alasannya, itu semua karena Anya masih terikat kontrak, dia juga masih sibuk dengan beberapa proyek yang akan digarap. Jika mengadakan resepsi besar-besaran takutnya selain membuat khalayak gaduh, juga akan membuat kesehatan Anya tergang
"Memangnya kenapa?" tanya Anya. Dia turunkan jari tangan Kaisar dan menarik kemeja pria itu agar merebah kembali.Kaisar menurut meski debaran di dadanya sudah menggila. Dia emosi melihat adegan itu. Ingin rasanya dia layangkan tinju ke wajah pria yang menjadi lawan main Anya."Itu, kenapa kamu mau melakukan adegan ciuman? Apa harus berciuman? Berapa kali adegan itu diambil saat proses syuting?" lanjut Kaisar masih bernada sama. Dadanya bahkan naik turun karena emosi.Namun, bukannya menjawab Anya justru terbahak, dia terpingkal-pingkal melihat ekspresi lucu Kaisar yang sedang cemburu. Ya, Anya yakin sekarang Kaisar tengah cemburu."Tidak perlu marah-marah. Itu hanya akting. Tidak ada rasa, bukan sungguhan.""Tapi tetap saja dia sudah menciummu." Kaisar masih saja kesal. Dan saat seperti itu tiba-tiba saja ada satu ide gila yang Anya pikirkan. Gadis itu pun menutup mata sambil berkata- "Kalau begitu hilangkan jejaknya dari bibirku!"Kaisar pun kaget mendengar permintaan Anya, terlebi
"Kenapa tidak ada pegunjung lain?" tanya Kaisar. Kepalanya menoleh ke kanan kiri. Ia heran karena studio bioskop kelas premier yang dimasukinya bersama Anya sangat sepi. Padahal di luar sana banyak orang, mana mungkin tidak ada satu orang pun yang ikut menonton di kelas itu."Sepi karena aku menyewa satu studio ini hanya untuk kita," balas Anya. Ia sunggingkan tawa jenaka dan berhasil membuat Kaisar menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal.Namun, pria itu tetap mengikuti langkah Anya. Kekasihnya itu sudah mengalungkan tangan di lengan dan menariknya masuk lebih jauh. Keduanya pun memilih duduk di barisan tengah."Kenapa harus disewa?" tanya Kaisar sesaat setelah pantatnya menempel ke kursi."Karena aku ingin berduaan denganmu menikmati film ini. Aku tidak ingin ada yang mengganggu kita," seloroh Anya lagi. Matanya bahkan mengedip genit dan kembali membuat Kaisar geleng-geleng kepala dan tertawa.Kaisar pun tak banyak bicara lagi, terlebih mengingat sifat Anya yang memang
"Anya, maukah kamu menikah denganku?"Pemintaan Kaisar itu bagai nyanyian merdu nan syahdu yang merasuk ke dalam telinga Anya. Kalimat itu tak ayal membuatnya menitikkan air mata karena tak sanggup menahan haru."Om?" Anya menutup mulut dengan dua tangan, sedang matanya bergerak liar ke sana kemari menatap takjub pada Kaisar. Sungguh dia tak menyangka Kaisar melamarnya di bawah terbitnya sang mentari."Maukah kamu menikah denganku? Menghabiskan sisa hidupmu dengan mantan laki-laki brengsek dan punya banyak kekurangan seperti aku?"Tak mampu lagi menahan perasaan di hatinya, Anya pun membiarkan air matanya meluruh. Dan sebagai jawaban atas pertanyaan Kaisar, gadis itu mengangguk mantap dan menghambur ke dalam pelukan pria itu. Lisannya benar-benar terkunci, dia bahagia sampai tak bisa berkata-kata.Disela isak tangis yang mengharu biru, Anya pun mengulurkan tangan kirinya. Ia membuat Kaisar tersenyum lebar lantas menyematkan cincin itu ke jari manis lalu menciumnya. "Aku berjanji akan
Pertanyaan Kaisar soal wanita mantan selingkuhannya itu pun mau tak mau harus Anya jawab."Alasannya karena aku sadar kalau aku salah. Aku terlalu cemburu waktu itu. Aku takut kalau kamu akan terpengaruh dengan adanya Rey. Tapi sekarang tidak lagi, aku yakin anak-anakmu tidak akan mengganggu keharmonisan hubungan kita. Selama beberapa bulan ini aku terus menerus berpikir dan menyayangkan, kenapa sampai harus putus denganmu hanya karena alasan ini. Dan setelah aku pikirkan lagi, aku menyesal melepaskanmu. Aku terlalu menyukaimu," jelas Anya yang diakhiri dengan senyuman manis."Benarkah?"Anya mengangguk sambil membetulkan jaket milik Kaisar yang kini membalut tubuhnya. “Mauri dan Rey adalah buah dari masa lalu yang merupakan bagian dari hidupmu yang tidak akan pernah bisa dipungkiri sampai kapan pun, Jadi aku harus berdamai dengan itu.""Apa kamu akan menyayangi mereka? apa kamu tidak akan pilih kasih? Sedangkan kamu bilang tidak menyukai Rey karena dia anak seorang pelakor."Anya men
Setelah aksi peluk-pelukannya dan Kaisar tadi. Anya pun akhirnya tetap datang ke acara makan malam itu. Dia hadir di pesta dengan pikiran yang tidak fokus. Sepanjang acara, Anya lebih sering menatap ponsel di tangan. Sesekali senyumnya mengembang, matanya juga berbinar saat menatap layar benda pipih itu.[Bersabarlah, sebentar lagi aku akan pergi dari pesta]Pesan itu Anya kirim ke Kaisar dan tidak lama kemudian ponselnya bergetar.[Tenang saja, aku akan menunggu. Nikmatilah acaranya.]Anya langsung merengut. Kembali dia mengirim pesan untuk membalas pria itu.[Bagaimana bisa aku fokus ke acara sedang hati dan pikiranku ke kamu? Harusnya kamu ikut masuk]Kejujuran Anya hanya dibalas Kaisar dengan emoji tawa dan lambang cinta. Ajaibnya itu membuat Anya tersenyum lagi. Gadis itu memilih menyesap soda yang ada di tangan dan mengedarkan pandangan mencari keberadaan Martha.Namun, bisik-bisik aneh terdengar sampai ke telinga Anya. Ia jelas sudah tahu topik apa yang dibahas. Mereka membicar
Sementara itu di waktu bersamaan Kemal dan Anisa benar-benar datang ke rumah Hantoro membawa beberapa hantaran. Keduanya datang bermodal nekat demi masa depan sang putra. Mereka sadar kalau Kaisar memiliki masa lalu kelam dan hal ini bisa dijadikan alasan Hantoro untuk menghina. Akan tetapi, demi Kaisar mereka akan berusaha lebih dulu. Berhasil atau tidak, diterima atau tidak, yang terpenting mereka sudah memiliki niat baik.Kedatangan mereka yang tiba-tiba seperti itu tentu saja membuat Hantari kaget. Dia spontan berjengket dan berusaha bersembunyi di belakang pilar. Matanya menyipit mencoba memastikan kalau yang dia lihat memang benar."Astaga, dia benar Anisa. Tapi kenapa ke sini?" gumam Hantari, wajahnya kebingungan dan dia semakin kaget saat melihat penampilannya sendiri. Ia masih memakai daster dan mukanya juga masih belepotan masker. Tak ingin membuang-buang waktu, Hantari pun ngacir ke dalam. Wanita itu membiarkan dua orang yang datang ke rumahnya disambut pembantu."Mbok, kal
"Ka-kamu, apa kamu marah?" tanya Kaisar tergagap."Tentu saja!" sahut Anya nyaring.Namun, beberapa detik kemudian isak tangis Anya terdengar dan membuat Kaisar merasa bersalah. Dia tidak menyangka Anya akan semarah itu sampai menangis. Padahal niatnya hanya ingin menunjukkan kesungguhan cintanya. Kaisar Ingin memperlihatkan ke Anya bahwa dirinya serius menyukainya dan hampir gila menahan rindu selama tiga bulan ini."Maaf," lirih Kaisar. Dia yang tengah berada di belakang kemudi mengusap wajahnya gusar. Hampir saja stir mobilnya berbelok sendiri."Untuk apa minta maaf?" sembur Anya lagi. Gadis itu menghapus air mata membuat sebagian make up luntur."Maaf karena hanya ini yang bisa aku lakukan untuk memperlihatkan kesungguhan. Aku serius, Nya. Jika kamu memberi aku kesempatan maka aku akan melakukan segala upaya agar bisa meyakinkanmu. Akan aku tunjukkan kalau aku bersungguh-sungguh. Akan aku buktikan kalau aku bisa menjadi pria yang baik, pria yang bisa melindungimu dan bisa membaha
Sementara itu, Kaisar diam-diam masih memantau keadaan Anya. Pria itu menggunakan orang dalam agensi tempat Anya bernaung untuk mencari informasi. Kaisar memang sudah berusaha menepis perasaan yang ada di hati, tapi nyatanya tidak mudah. Ia pun memutuskan untuk mencoba sekali lagi.Kaisar yang tahu Anya kembali hari itu diam-diam mengikuti mobil Martha dan langsung mencegat wanita itu di jalan yang sepi. Martha yang mengendarai mobil sambil berbincang via telepon pun kaget, dia menginjak pedal rem dan melotot saat melihat Kaisar turun."Kamu gila? Bagaimana kalau remku blong, kita pasti sudah tabrakan," sembur Martha geram sesaat setelah menurunkan kaca jendela mobil."Tapi nyatanya tidak ‘kan? Aku pikir kamu tidak gila sampai nekat membawa mobil yang remnya blong," balas Kaisar.Martha yang masih emosi pun bersedekap, matanya memincing menatap sengit Kaisar. Dia kesal, bukannya meminta maaf pria itu malah seolah menantang.“Ada apa? apa yang kamu inginkan sampai hampir membuat kita k