Begitu mendengar kalau Kaisar kecelakaan, entah kenapa tangan Agni langsung gemetar. Meski ia sangat membenci pria itu, tapi sisa rasa cinta di hatinya untuk sang suami jelas masih ada. Agni cemas dan takut kalau sampai Kaisar mati. Dia langsung menjawab Anisa, berkata akan segera ke rumah sakit sekarang juga, sebelum mengakhiri panggilannya dengan sang mertua."Biar aku antar ke rumah sakit." Dewa menawarkan diri karena melihat Agni yang gemetaran.Agni yang merasa tak sanggup menyetir sendiri memilih mengiakan tawaran Dewa. Hingga mereka segera pergi ke rumah sakit tapi Dewa hanya mengantar dan tidak ikut masuk ke dalam.Begitu sampai Agni melihat Anisa yang duduk di kursi selasar panjang dengan kepala menunduk, mertuanya itu tengah menangis. Agni mendekat dan duduk di samping Anisa, menyentuh pundak wanita itu untuk menenangkan."Mungkin ini karma Kaisar, karena dia sudah banyak melakukan hal buruk," ucap Anisa tanpa menoleh sang menantu.Agni sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, di
“Aku mohon maafkan aku!”Agni hanya menatap Kaisar yang meneteskan air mata, meskipun jauh dalam lubuk hatinya dia masih bisa merasakan getaran kasih untuk pria itu, tapi mengingat perbuatan Kaisar, Agni sama sekali tidak tersentuh."Istirahat lah Kai! tidak perlu membahas hal lain. Aku keluar sebentar," ucap Agni yang tidak mau berlama-lama berada di kamar itu setelah suaminya sadar.Agni sendiri memilih memanggil perawat untuk mengecek keadaan Kaisar, sebelum akhirnya mengabari mertuanya dan pulang.---Pagi itu, Agni tidak pergi ke rumah sakit. Ia memilih menyelesaikan urusan pengalihan jabatan direktur utama K Sport dari Kaisar kepadanya. Ia ingin bisa bekerja dengan leluasa mengurus perusahaan, setelahnya Agni bertemu dengan pengacaranya untuk membahas masalah perceraiannya dengan Kaisar."Anda benar-benar sudah memikirkan ini dengan matang?" tanya pengacara Agni memastikan, dia tidak mau sampai kliennya gegabah dalam mengambil keputusan."Tentu saja, aku sudah memikirkan ini j
Airin pun masuk setelah Anisa mengizinkan. Ia melihat Kaisar yang ternyata sedang duduk bersandar pada headboard. Wanita itu mendekat dan langsung duduk di kursi sebelah ranjang, sedangkan Kaisar memilih menatap ke arah lain, seakan enggan melihat selingkuhannya itu.Mereka hanya duduk diam begitu lama. Airin sendiri merasa kalau Kaisar memang benar-benar tidak ingin bertemu dengannya lagi, hingga akhirnya Airin mencoba membuka pembicaraan, agar semuanya segera bisa selesai."Aku ke sini karena ingin berpamitan," ucap Airin membuka percakapan.Kaisar yang awalnya memalingkan wajah, lantas menatap wanita selingkuhannya itu.Airin tersenyum melihat Kaisar akhirnya mau menatap dirinya. Ia menarik napas panjang lalu kembali berkata, "Aku memutuskan untuk pergi ke Perancis, aku ingin belajar design di sana."Kaisar cukup terkejut ketika mendengar Airin ingin pergi. Namun, ia sendiri kini sudah bertekad untuk berpisah dan membuang ambisi yang sudah menguasai dirinya, Airin hanya ingin berto
Beberapa hari kemudian. Kaisar sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Agni memilih tidak datang ke sana, karena sejatinya wanita itu sudah tak ingin lagi berurusan dengan pria yang menorehkan luka di hatinya itu.Kaisar langsung pergi ke kamar tamu begitu sampai di rumah, melihat kalau ternyata kamar itu sudah kosong, dia merasa kecewa."Nyonya sudah mengemasi barang dan pergi dari sini sejak kemarin, Tuan." Salah satu pelayan rumah memberikan jawaban saat dia bertanya.Kaisar menarik napas dalam-dalam, mengembuskan perlahan sebelum akhirnya tersenyum getir. "Ya, tentu dia pasti akan pergi."Akhirnya Kaisar memilih pergi dari kamar tamu yang selama ini dipakai Agni, dan berjalan menuju kamarnya. Ia menatap hampa kamar itu, kini baru dia sadari bagaimana pedihnya kehilangan dan kesepian.---Tiga hari kemudian, Kaisar sengaja pergi ke K sport untuk mengambil barang-barang miliknya. Ia pun bertemu Agni di ruang kerjanya dan wanita itu menatapnya datar."Oh, akhirnya kamu datang
Dua minggu kemudian. Agni terlihat berpakaian santai, hari itu dia hendak berangkat bersama Dewa ke pulau Lepa. Mereka naik pesawat komersil untuk menuju pulau indah itu, Agni terlihat begitu bahagia menatap pemandangan di bawah dari jendela pesawat. Dewa sendiri tak henti menatap Agni, merasa kalau wanita itu lebih ceria. Nampaknya Agni sudah tak terlalu memiliki beban seperti pertama kali mereka bertemu dulu. Perjalanan ke pulau Lepa cukup panjang, setelah melakukan perjalanan udara, mereka harus melanjutkan perjalanan lewat jalur darat, kemudian menyebrang dengan kapal.Setelah hampir satu hari satu malam menempuh perjalanan, mereka pun sampai di tempat tujuan. Namun, Agni langsung berjalan cepat ke arah semak setelah turun. Ia berjongkok dan mengeluarkan isi perutnya.Dewa yang melihat Agni kurang sehat, lantas mendekat dan membantu menekan tengkuk Agni agar bisa mengeluarkan isi perutnya dengan tuntas."Kamu baik-baik saja?" tanya Dewa yang merasa cemas."Ah, kamu seharusnya ta
Sepulangnya dari pulau Lepa, Agni kembali ke apartemen yang dibelinya setelah bercerai dengan Kaisar. Ia memilih tinggal di sana karena tidak ingin merepotkan kedua orangtuanya. Sejak tiba, Agni merasa tubuhnya sangat lemas, hingga dia memilih menghabiskan waktu seharian untuk tiduran di kamar dan enggan melakukan aktivitas apa pun.Agni menatap langit-langit kamar, memejamkan matanya sambil memijat kepala, dia merasa sangat pusing dan menganggap dirinya kelelahan akibat perjalanan yang lumayan lama dari pulau Lepa. Hingga dia teringat akan sesuatu dan langsung bangun dari tempat tidur. Agni meraih ponsel dan melihat kalender di sana."Tunggu, apa aku belum datang bulan? apa mungkin?" Agni menggelengkan kepala cepat, mencoba menepis kemungkinan yang sedang melintas di dalam benaknya. Ia seketika takut dan bingung jika sampai dugaannya benar. Demi menghilangkan rasa penasaran di hatinya, Agni pergi ke apotek untuk membeli beberapa jenis alat tes kehamilan. Setelah Kaisar membuang sem
Sementara itu, untuk memastikan kehamilannya Agni pergi ke dokter kandungan, dia ingin mendengar sendiri dari mulut sang dokter jika memang dirinya benar hamil."Selamat, Anda akan segera menjadi ibu. Usia kehamilan Anda saya perkirakan masih sekitar sepuluh minggu." Dokter yang memeriksa Agni tersenyum lebar. Karena tahu bahwa pasiennya itu memang mengharapkan segera memiliki anak. Yang dokter itu tidak ketahui adalah Agni yang sudah bercerai dari Kaisar.Agni tertegun karena tahu jika dirinya benar-benar hamil. Bahkan saat dokter menjelaskan pun pikirannya terasa kosong. “Karena rekam medis di kehamilan sebelumnya, maka saya akan memberikan beberapa vitamin untuk anda. Selamat ya! suami anda pasti bagahia sekali.”Ucapan dokter itu hanya dibalas Agni dengan sebuah senyuman tipis. Ia bingung haruskah memberitahu Kaisar, atau menyimpannya sendiri karena dia takut pria itu akan mengajaknya kembali bersama dengan alasan anaknya.Agni duduk di selasar panjang yang terdapat di depan bagi
"Aku tidak butuh bantuanmu! Jangan dekati aku lagi!" Agni melepas kasar tangan Kaisar yang memegangi lengannya, berusaha berdiri dengan benar dan pergi dari sana. Agni tak ingin berlama-lama bersama Kaisar, atau pria itu akan curiga dengan kondisinya.Kaisar menarik napas panjang dan menghela perlahan. Pria itu tidak menyalahkan Agni jika bersikap kasar padanya, lagipula semua memang salahnya, kini dia harus menerima perlakuan yang memang pantas dia dapatkan.Kaisar pergi ke rumah Anisa, pria itu ingin sedikit berkeluh kesah tentang masalah hidupnya, karena menganggap hanya sang mama yang akan mengerti kegelisahan dan juga rasa penyesalannya."Aku tahu kalau aku salah, Ma. Aku menyesali semuanya, bukan karena kehilangan jabatan, tapi karena kehilangan wanita yang baru aku sadari bahwa aku sangat membutuhkannya." Kaisar berbicara dengan Annisa dengan nada rendah saat mereka duduk berdua di ruang keluarga.Anisa hanya bisa menepuk punggung tangan sang putra, sejatinya dia pun tidak bis
Rumah Hantoro yang biasanya sepi kini tampak ramai. Banyak orang berlalu-lalang dan semuanya memakai pakaian yang nyaris seragam. Yang lebih mengesankan lagi halaman rumah pria itu juga sudah di sulap sedemikian rupa oleh sang empunya hingga siapa saja yang melihat sudah bisa menerka apa yang terjadi di sana. Pernikahan? Ya, itu benar. Anya dan Kaisar menikah. Akad nikah digelar tepat sebulan setelah Kaisar mengutarakan niat hendak menikahi Anya. Mereka memakai halaman sebagai tempat mengucap janji suci. Kursi, meja prasmanan serta ornamen lainnya semua bernuansa putih, memberi kesan sakral untuk acara yang akan di laksanakan sebentar lagi. Acara itu hanya dihadiri oleh keluarga dekat saja. Bahkan media tidak mengetahui soal pernikahan ini. Mengenai alasannya, itu semua karena Anya masih terikat kontrak, dia juga masih sibuk dengan beberapa proyek yang akan digarap. Jika mengadakan resepsi besar-besaran takutnya selain membuat khalayak gaduh, juga akan membuat kesehatan Anya tergang
"Memangnya kenapa?" tanya Anya. Dia turunkan jari tangan Kaisar dan menarik kemeja pria itu agar merebah kembali.Kaisar menurut meski debaran di dadanya sudah menggila. Dia emosi melihat adegan itu. Ingin rasanya dia layangkan tinju ke wajah pria yang menjadi lawan main Anya."Itu, kenapa kamu mau melakukan adegan ciuman? Apa harus berciuman? Berapa kali adegan itu diambil saat proses syuting?" lanjut Kaisar masih bernada sama. Dadanya bahkan naik turun karena emosi.Namun, bukannya menjawab Anya justru terbahak, dia terpingkal-pingkal melihat ekspresi lucu Kaisar yang sedang cemburu. Ya, Anya yakin sekarang Kaisar tengah cemburu."Tidak perlu marah-marah. Itu hanya akting. Tidak ada rasa, bukan sungguhan.""Tapi tetap saja dia sudah menciummu." Kaisar masih saja kesal. Dan saat seperti itu tiba-tiba saja ada satu ide gila yang Anya pikirkan. Gadis itu pun menutup mata sambil berkata- "Kalau begitu hilangkan jejaknya dari bibirku!"Kaisar pun kaget mendengar permintaan Anya, terlebi
"Kenapa tidak ada pegunjung lain?" tanya Kaisar. Kepalanya menoleh ke kanan kiri. Ia heran karena studio bioskop kelas premier yang dimasukinya bersama Anya sangat sepi. Padahal di luar sana banyak orang, mana mungkin tidak ada satu orang pun yang ikut menonton di kelas itu."Sepi karena aku menyewa satu studio ini hanya untuk kita," balas Anya. Ia sunggingkan tawa jenaka dan berhasil membuat Kaisar menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal.Namun, pria itu tetap mengikuti langkah Anya. Kekasihnya itu sudah mengalungkan tangan di lengan dan menariknya masuk lebih jauh. Keduanya pun memilih duduk di barisan tengah."Kenapa harus disewa?" tanya Kaisar sesaat setelah pantatnya menempel ke kursi."Karena aku ingin berduaan denganmu menikmati film ini. Aku tidak ingin ada yang mengganggu kita," seloroh Anya lagi. Matanya bahkan mengedip genit dan kembali membuat Kaisar geleng-geleng kepala dan tertawa.Kaisar pun tak banyak bicara lagi, terlebih mengingat sifat Anya yang memang
"Anya, maukah kamu menikah denganku?"Pemintaan Kaisar itu bagai nyanyian merdu nan syahdu yang merasuk ke dalam telinga Anya. Kalimat itu tak ayal membuatnya menitikkan air mata karena tak sanggup menahan haru."Om?" Anya menutup mulut dengan dua tangan, sedang matanya bergerak liar ke sana kemari menatap takjub pada Kaisar. Sungguh dia tak menyangka Kaisar melamarnya di bawah terbitnya sang mentari."Maukah kamu menikah denganku? Menghabiskan sisa hidupmu dengan mantan laki-laki brengsek dan punya banyak kekurangan seperti aku?"Tak mampu lagi menahan perasaan di hatinya, Anya pun membiarkan air matanya meluruh. Dan sebagai jawaban atas pertanyaan Kaisar, gadis itu mengangguk mantap dan menghambur ke dalam pelukan pria itu. Lisannya benar-benar terkunci, dia bahagia sampai tak bisa berkata-kata.Disela isak tangis yang mengharu biru, Anya pun mengulurkan tangan kirinya. Ia membuat Kaisar tersenyum lebar lantas menyematkan cincin itu ke jari manis lalu menciumnya. "Aku berjanji akan
Pertanyaan Kaisar soal wanita mantan selingkuhannya itu pun mau tak mau harus Anya jawab."Alasannya karena aku sadar kalau aku salah. Aku terlalu cemburu waktu itu. Aku takut kalau kamu akan terpengaruh dengan adanya Rey. Tapi sekarang tidak lagi, aku yakin anak-anakmu tidak akan mengganggu keharmonisan hubungan kita. Selama beberapa bulan ini aku terus menerus berpikir dan menyayangkan, kenapa sampai harus putus denganmu hanya karena alasan ini. Dan setelah aku pikirkan lagi, aku menyesal melepaskanmu. Aku terlalu menyukaimu," jelas Anya yang diakhiri dengan senyuman manis."Benarkah?"Anya mengangguk sambil membetulkan jaket milik Kaisar yang kini membalut tubuhnya. “Mauri dan Rey adalah buah dari masa lalu yang merupakan bagian dari hidupmu yang tidak akan pernah bisa dipungkiri sampai kapan pun, Jadi aku harus berdamai dengan itu.""Apa kamu akan menyayangi mereka? apa kamu tidak akan pilih kasih? Sedangkan kamu bilang tidak menyukai Rey karena dia anak seorang pelakor."Anya men
Setelah aksi peluk-pelukannya dan Kaisar tadi. Anya pun akhirnya tetap datang ke acara makan malam itu. Dia hadir di pesta dengan pikiran yang tidak fokus. Sepanjang acara, Anya lebih sering menatap ponsel di tangan. Sesekali senyumnya mengembang, matanya juga berbinar saat menatap layar benda pipih itu.[Bersabarlah, sebentar lagi aku akan pergi dari pesta]Pesan itu Anya kirim ke Kaisar dan tidak lama kemudian ponselnya bergetar.[Tenang saja, aku akan menunggu. Nikmatilah acaranya.]Anya langsung merengut. Kembali dia mengirim pesan untuk membalas pria itu.[Bagaimana bisa aku fokus ke acara sedang hati dan pikiranku ke kamu? Harusnya kamu ikut masuk]Kejujuran Anya hanya dibalas Kaisar dengan emoji tawa dan lambang cinta. Ajaibnya itu membuat Anya tersenyum lagi. Gadis itu memilih menyesap soda yang ada di tangan dan mengedarkan pandangan mencari keberadaan Martha.Namun, bisik-bisik aneh terdengar sampai ke telinga Anya. Ia jelas sudah tahu topik apa yang dibahas. Mereka membicar
Sementara itu di waktu bersamaan Kemal dan Anisa benar-benar datang ke rumah Hantoro membawa beberapa hantaran. Keduanya datang bermodal nekat demi masa depan sang putra. Mereka sadar kalau Kaisar memiliki masa lalu kelam dan hal ini bisa dijadikan alasan Hantoro untuk menghina. Akan tetapi, demi Kaisar mereka akan berusaha lebih dulu. Berhasil atau tidak, diterima atau tidak, yang terpenting mereka sudah memiliki niat baik.Kedatangan mereka yang tiba-tiba seperti itu tentu saja membuat Hantari kaget. Dia spontan berjengket dan berusaha bersembunyi di belakang pilar. Matanya menyipit mencoba memastikan kalau yang dia lihat memang benar."Astaga, dia benar Anisa. Tapi kenapa ke sini?" gumam Hantari, wajahnya kebingungan dan dia semakin kaget saat melihat penampilannya sendiri. Ia masih memakai daster dan mukanya juga masih belepotan masker. Tak ingin membuang-buang waktu, Hantari pun ngacir ke dalam. Wanita itu membiarkan dua orang yang datang ke rumahnya disambut pembantu."Mbok, kal
"Ka-kamu, apa kamu marah?" tanya Kaisar tergagap."Tentu saja!" sahut Anya nyaring.Namun, beberapa detik kemudian isak tangis Anya terdengar dan membuat Kaisar merasa bersalah. Dia tidak menyangka Anya akan semarah itu sampai menangis. Padahal niatnya hanya ingin menunjukkan kesungguhan cintanya. Kaisar Ingin memperlihatkan ke Anya bahwa dirinya serius menyukainya dan hampir gila menahan rindu selama tiga bulan ini."Maaf," lirih Kaisar. Dia yang tengah berada di belakang kemudi mengusap wajahnya gusar. Hampir saja stir mobilnya berbelok sendiri."Untuk apa minta maaf?" sembur Anya lagi. Gadis itu menghapus air mata membuat sebagian make up luntur."Maaf karena hanya ini yang bisa aku lakukan untuk memperlihatkan kesungguhan. Aku serius, Nya. Jika kamu memberi aku kesempatan maka aku akan melakukan segala upaya agar bisa meyakinkanmu. Akan aku tunjukkan kalau aku bersungguh-sungguh. Akan aku buktikan kalau aku bisa menjadi pria yang baik, pria yang bisa melindungimu dan bisa membaha
Sementara itu, Kaisar diam-diam masih memantau keadaan Anya. Pria itu menggunakan orang dalam agensi tempat Anya bernaung untuk mencari informasi. Kaisar memang sudah berusaha menepis perasaan yang ada di hati, tapi nyatanya tidak mudah. Ia pun memutuskan untuk mencoba sekali lagi.Kaisar yang tahu Anya kembali hari itu diam-diam mengikuti mobil Martha dan langsung mencegat wanita itu di jalan yang sepi. Martha yang mengendarai mobil sambil berbincang via telepon pun kaget, dia menginjak pedal rem dan melotot saat melihat Kaisar turun."Kamu gila? Bagaimana kalau remku blong, kita pasti sudah tabrakan," sembur Martha geram sesaat setelah menurunkan kaca jendela mobil."Tapi nyatanya tidak ‘kan? Aku pikir kamu tidak gila sampai nekat membawa mobil yang remnya blong," balas Kaisar.Martha yang masih emosi pun bersedekap, matanya memincing menatap sengit Kaisar. Dia kesal, bukannya meminta maaf pria itu malah seolah menantang.“Ada apa? apa yang kamu inginkan sampai hampir membuat kita k