Airin semakin mengernyit, dia masih saja berpikir bahwa Agni seharusnya marah, menjambak, menampar, memukul atau setidaknya menunjukkan luapan emosi karena perselingkuhannya dan Kaisar, tapi Agni? Wanita itu malah seolah mendorongnya untuk mendapatkan Kaisar.“Kejadian pagi tadi hanya salah satu bukti bahwa dia tidak benar-benar mencintaimu.” Agni berbicara masih dengan nada sindiran. “Apa maksudmu?” Airin hanya bisa bertanya dengan kalimat pendek-pendek. Dia masih bingung membaca pikiran lawan bicaranya. “Jika memang mencintaimu, dia pasti lebih memilih pergi denganmu tadi.” Agni menjeda kalimatnya. “Aku tidak ingin bilang bahwa dia mencintaiku, karena aku sudah tidak percaya dengan ucapan pria brengsek itu, tapi ketahui lah, sekarang aku pemegang saham terbesar K Sport, aku yakin Kaisar bersikap seperti itu karena ingin mengambil rasa simpatiku.”Airin menelan saliva, meski sudah seperti itu hatinya tetap saja belum goyah. Dia bertekad akan tetap mencintai Kaisar apa pun yang terj
Kaisar merasa senang saat Agni mau menjawab panggilannya, pria itu sudah gede rasa, berpikir akan mudah membujuk Agni. Ia bergegas pulang setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan, berharap saat sampai dirumah, Agni sudah menunggu. Kaisar mengemudikan mobil dengan senyum di bibir, dia yakin bisa membujuk Agni sampai luluh. Pria itu tidak tahu jika Agni bersama Airin tadi, bahkan selingkuhannya itu mendengar semua rayuannya ke sang istri. Janji Kaisar meninggalkannya, membuat Airin sakit hati. Kaisar melirik ponselnya yang berada di dashboard, dia merasa aneh karena Airin tidak menghubungi sejak kejadian di lobi K Sport. Biasanya wanita itu akan memberondongnya dengan pertanyaan dan bergegas mengajaknya bertemu. Masa bodoh dengan hal itu, Kaisar bersikap cuek, merasa percaya diri, karena yakin apa pun yang dia lakukan, Airin tidak akan pernah pergi meninggalkannya. Untuk sekarang fokus Kaisar hanya tertuju pada Agni. Istrinya itu adalah harapan satu-satunya agar dia bisa menyelamatka
Kaisar berpikir dengan keras, bagaimana cara meluluhkan hati Agni agar bisa baik kepadanya seperti dulu, hingga pria itu memiliki sebuah ide untuk menjerat sang istri kembali. Malam itu dia sengaja pergi ke dapur, Kaisar tahu kebiasaan Agni mengganti makan malamnya dengan minuman diet belakangan ini. Mendapati pembantu rumah yang akan membuatkan minuman itu, Kaisar pun berbasa-basi bertanya. "Buat nyonya?""Oh ... iya,Tuan.""Hmm ... aku mau teh, bisakah kamu membuatkannya untukku duluan!" Tipu Kaisar yang sebenarnya hanya ingin mengalihkan perhatian pembantunya. Pembantu itu mengangguk dan langsung pergi ke meja pantry untuk membuatkan Kaisar teh. Ketika posisi pembantu itu memunggunginya, Kaisar langsung memasukkan sesutu ke dalam minuman diet milik Agni. Senyuman licik pun menghiasi wajah Kaisar. Apakah dia ingin meracuni sang istri? 🌸🌸🌸Sementara itu, Agni tengah sibuk di kamar tamu tempatnya tidur belakangan ini sambil membaca beberapa pesan di ponsel. Ia menoleh ke arah
Paginya Agni bangun dengan kepala yang terasa sangat berat, tangannya memijat pelipis dengan kelopak mata yang masih terpejam. Hingga dia menyadari sesuatu dan seketika bangun. Agni melongok ke dalam selimut dan mendapati tubuhnya tak berpenutup sehelai benang pun."Agh! Apa yang terjadi?"Agni bangkit kemudian duduk dan mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Cukup keras dia berpikir, bahkan sampai menekan kepalanya begitu kuat agar ingat kejadian semalam. Agni mengguyar rambutnya, dia ingat semalam merasa tubuhnya tidak nyaman dan Kaisar masuk, hingga pria itu memeluk dan—"Sial!" umpat Agni yang merasa kesal dan marah.Ia turun dari ranjang dan segera berpakaian lengkap, dengan langkah lebar keluar kamar untuk melabrak Kaisar yang sudah memanfaatkannya semalam."Kamu sengaja membuatku seperti itu semalam, 'kan!" Agni masuk begitu saja ke kamar utama. Bahkan membanting pintu begitu keras ketika membuka dan langsung masuk serta menemui Kaisar yang berada di ruang ganti.Kaisar ya
Beberapa menit kemudian perhitungan suara usai. Agni mendapat suara terbanyak, menandakan kalau kini jabatan direktur utama K sport jatuh ke tangannya. Para pemegang saham pun satu persatu memberi selamat kepada Agni, sebelum mereka undur diri.Kini tinggal Agni dan Kaisar yang berada di ruangan itu. Agni merasa begitu puas bisa menjatuhkan suaminya dalam satu kali pukulan, dalam hatinya dia bersorak gembira, apalagi ketika melihat air muka masam di wajah pria itu."Ah, akhirnya." Agni sengaja menghela napas kasar dan keras, agar Kaisar menoleh dan melihat senyumnya yang mengejek.Agni berdiri, lantas menentang tasnya dan bersiap meninggalkan ruangan itu. Kaisar yang masih tidak menerima kekalahan itu, langsung ikut berdiri dan mengejar sang istri, Kaisar mencekal lengan Agni sebelum keluar dari ruangan, dia mencengkeram kedua lengan putri kesayangan Abimana itu sebelum mendorong dan merapatkan tubuh Agni ke dinding."Ho, ho, ho. Apa kamu berani bersikap kasar setelah orang-orang perg
Pengguna jalan yang melihat kejadian kecelakaan mobil pun bergegas menolong, mereka membawa Kaisar yang berada di dalam mobil ke rumah sakit. Sedangkan bodyguard Wijaya, memantau dari jauh sebelum menghubungi dan mengabarkan yang terjadi pada putra sulung Kamal itu.Wijaya masih berada di rumah sang putri, memastikan bahwa Airin tidak pergi untuk menyusul Kaisar, hingga ponsel pria itu berdering dan melihat salah satu pengawalnya menghubungi."Halo, bagaimana?" tanya Wijaya langsung di depan putrinya yang duduk di sofa."Pria itu mengalami kecelakaan, Pak. Sepertinya kondisinya parah," jawab bodyguard Wijaya dari seberang panggilan.Wijaya menyeringai, hingga berkata, "Baguslah, pria itu memang pantas mendapat balasan. Bagiku, kecelakaan itu balasan yang ringan, aku lebih berharap kalau dia mati saja."Airin jelas terkejut mendengar ucapan Wijaya, bahkan sampai berdiri dan mencoba merebut ponsel papanya."Apa yang dikatakan pengawal Papa? Apa benar Kaisar kecelakaan?" tanya Airin deng
Begitu mendengar kalau Kaisar kecelakaan, entah kenapa tangan Agni langsung gemetar. Meski ia sangat membenci pria itu, tapi sisa rasa cinta di hatinya untuk sang suami jelas masih ada. Agni cemas dan takut kalau sampai Kaisar mati. Dia langsung menjawab Anisa, berkata akan segera ke rumah sakit sekarang juga, sebelum mengakhiri panggilannya dengan sang mertua."Biar aku antar ke rumah sakit." Dewa menawarkan diri karena melihat Agni yang gemetaran.Agni yang merasa tak sanggup menyetir sendiri memilih mengiakan tawaran Dewa. Hingga mereka segera pergi ke rumah sakit tapi Dewa hanya mengantar dan tidak ikut masuk ke dalam.Begitu sampai Agni melihat Anisa yang duduk di kursi selasar panjang dengan kepala menunduk, mertuanya itu tengah menangis. Agni mendekat dan duduk di samping Anisa, menyentuh pundak wanita itu untuk menenangkan."Mungkin ini karma Kaisar, karena dia sudah banyak melakukan hal buruk," ucap Anisa tanpa menoleh sang menantu.Agni sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, di
“Aku mohon maafkan aku!”Agni hanya menatap Kaisar yang meneteskan air mata, meskipun jauh dalam lubuk hatinya dia masih bisa merasakan getaran kasih untuk pria itu, tapi mengingat perbuatan Kaisar, Agni sama sekali tidak tersentuh."Istirahat lah Kai! tidak perlu membahas hal lain. Aku keluar sebentar," ucap Agni yang tidak mau berlama-lama berada di kamar itu setelah suaminya sadar.Agni sendiri memilih memanggil perawat untuk mengecek keadaan Kaisar, sebelum akhirnya mengabari mertuanya dan pulang.---Pagi itu, Agni tidak pergi ke rumah sakit. Ia memilih menyelesaikan urusan pengalihan jabatan direktur utama K Sport dari Kaisar kepadanya. Ia ingin bisa bekerja dengan leluasa mengurus perusahaan, setelahnya Agni bertemu dengan pengacaranya untuk membahas masalah perceraiannya dengan Kaisar."Anda benar-benar sudah memikirkan ini dengan matang?" tanya pengacara Agni memastikan, dia tidak mau sampai kliennya gegabah dalam mengambil keputusan."Tentu saja, aku sudah memikirkan ini j
Rumah Hantoro yang biasanya sepi kini tampak ramai. Banyak orang berlalu-lalang dan semuanya memakai pakaian yang nyaris seragam. Yang lebih mengesankan lagi halaman rumah pria itu juga sudah di sulap sedemikian rupa oleh sang empunya hingga siapa saja yang melihat sudah bisa menerka apa yang terjadi di sana. Pernikahan? Ya, itu benar. Anya dan Kaisar menikah. Akad nikah digelar tepat sebulan setelah Kaisar mengutarakan niat hendak menikahi Anya. Mereka memakai halaman sebagai tempat mengucap janji suci. Kursi, meja prasmanan serta ornamen lainnya semua bernuansa putih, memberi kesan sakral untuk acara yang akan di laksanakan sebentar lagi. Acara itu hanya dihadiri oleh keluarga dekat saja. Bahkan media tidak mengetahui soal pernikahan ini. Mengenai alasannya, itu semua karena Anya masih terikat kontrak, dia juga masih sibuk dengan beberapa proyek yang akan digarap. Jika mengadakan resepsi besar-besaran takutnya selain membuat khalayak gaduh, juga akan membuat kesehatan Anya tergang
"Memangnya kenapa?" tanya Anya. Dia turunkan jari tangan Kaisar dan menarik kemeja pria itu agar merebah kembali.Kaisar menurut meski debaran di dadanya sudah menggila. Dia emosi melihat adegan itu. Ingin rasanya dia layangkan tinju ke wajah pria yang menjadi lawan main Anya."Itu, kenapa kamu mau melakukan adegan ciuman? Apa harus berciuman? Berapa kali adegan itu diambil saat proses syuting?" lanjut Kaisar masih bernada sama. Dadanya bahkan naik turun karena emosi.Namun, bukannya menjawab Anya justru terbahak, dia terpingkal-pingkal melihat ekspresi lucu Kaisar yang sedang cemburu. Ya, Anya yakin sekarang Kaisar tengah cemburu."Tidak perlu marah-marah. Itu hanya akting. Tidak ada rasa, bukan sungguhan.""Tapi tetap saja dia sudah menciummu." Kaisar masih saja kesal. Dan saat seperti itu tiba-tiba saja ada satu ide gila yang Anya pikirkan. Gadis itu pun menutup mata sambil berkata- "Kalau begitu hilangkan jejaknya dari bibirku!"Kaisar pun kaget mendengar permintaan Anya, terlebi
"Kenapa tidak ada pegunjung lain?" tanya Kaisar. Kepalanya menoleh ke kanan kiri. Ia heran karena studio bioskop kelas premier yang dimasukinya bersama Anya sangat sepi. Padahal di luar sana banyak orang, mana mungkin tidak ada satu orang pun yang ikut menonton di kelas itu."Sepi karena aku menyewa satu studio ini hanya untuk kita," balas Anya. Ia sunggingkan tawa jenaka dan berhasil membuat Kaisar menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal.Namun, pria itu tetap mengikuti langkah Anya. Kekasihnya itu sudah mengalungkan tangan di lengan dan menariknya masuk lebih jauh. Keduanya pun memilih duduk di barisan tengah."Kenapa harus disewa?" tanya Kaisar sesaat setelah pantatnya menempel ke kursi."Karena aku ingin berduaan denganmu menikmati film ini. Aku tidak ingin ada yang mengganggu kita," seloroh Anya lagi. Matanya bahkan mengedip genit dan kembali membuat Kaisar geleng-geleng kepala dan tertawa.Kaisar pun tak banyak bicara lagi, terlebih mengingat sifat Anya yang memang
"Anya, maukah kamu menikah denganku?"Pemintaan Kaisar itu bagai nyanyian merdu nan syahdu yang merasuk ke dalam telinga Anya. Kalimat itu tak ayal membuatnya menitikkan air mata karena tak sanggup menahan haru."Om?" Anya menutup mulut dengan dua tangan, sedang matanya bergerak liar ke sana kemari menatap takjub pada Kaisar. Sungguh dia tak menyangka Kaisar melamarnya di bawah terbitnya sang mentari."Maukah kamu menikah denganku? Menghabiskan sisa hidupmu dengan mantan laki-laki brengsek dan punya banyak kekurangan seperti aku?"Tak mampu lagi menahan perasaan di hatinya, Anya pun membiarkan air matanya meluruh. Dan sebagai jawaban atas pertanyaan Kaisar, gadis itu mengangguk mantap dan menghambur ke dalam pelukan pria itu. Lisannya benar-benar terkunci, dia bahagia sampai tak bisa berkata-kata.Disela isak tangis yang mengharu biru, Anya pun mengulurkan tangan kirinya. Ia membuat Kaisar tersenyum lebar lantas menyematkan cincin itu ke jari manis lalu menciumnya. "Aku berjanji akan
Pertanyaan Kaisar soal wanita mantan selingkuhannya itu pun mau tak mau harus Anya jawab."Alasannya karena aku sadar kalau aku salah. Aku terlalu cemburu waktu itu. Aku takut kalau kamu akan terpengaruh dengan adanya Rey. Tapi sekarang tidak lagi, aku yakin anak-anakmu tidak akan mengganggu keharmonisan hubungan kita. Selama beberapa bulan ini aku terus menerus berpikir dan menyayangkan, kenapa sampai harus putus denganmu hanya karena alasan ini. Dan setelah aku pikirkan lagi, aku menyesal melepaskanmu. Aku terlalu menyukaimu," jelas Anya yang diakhiri dengan senyuman manis."Benarkah?"Anya mengangguk sambil membetulkan jaket milik Kaisar yang kini membalut tubuhnya. “Mauri dan Rey adalah buah dari masa lalu yang merupakan bagian dari hidupmu yang tidak akan pernah bisa dipungkiri sampai kapan pun, Jadi aku harus berdamai dengan itu.""Apa kamu akan menyayangi mereka? apa kamu tidak akan pilih kasih? Sedangkan kamu bilang tidak menyukai Rey karena dia anak seorang pelakor."Anya men
Setelah aksi peluk-pelukannya dan Kaisar tadi. Anya pun akhirnya tetap datang ke acara makan malam itu. Dia hadir di pesta dengan pikiran yang tidak fokus. Sepanjang acara, Anya lebih sering menatap ponsel di tangan. Sesekali senyumnya mengembang, matanya juga berbinar saat menatap layar benda pipih itu.[Bersabarlah, sebentar lagi aku akan pergi dari pesta]Pesan itu Anya kirim ke Kaisar dan tidak lama kemudian ponselnya bergetar.[Tenang saja, aku akan menunggu. Nikmatilah acaranya.]Anya langsung merengut. Kembali dia mengirim pesan untuk membalas pria itu.[Bagaimana bisa aku fokus ke acara sedang hati dan pikiranku ke kamu? Harusnya kamu ikut masuk]Kejujuran Anya hanya dibalas Kaisar dengan emoji tawa dan lambang cinta. Ajaibnya itu membuat Anya tersenyum lagi. Gadis itu memilih menyesap soda yang ada di tangan dan mengedarkan pandangan mencari keberadaan Martha.Namun, bisik-bisik aneh terdengar sampai ke telinga Anya. Ia jelas sudah tahu topik apa yang dibahas. Mereka membicar
Sementara itu di waktu bersamaan Kemal dan Anisa benar-benar datang ke rumah Hantoro membawa beberapa hantaran. Keduanya datang bermodal nekat demi masa depan sang putra. Mereka sadar kalau Kaisar memiliki masa lalu kelam dan hal ini bisa dijadikan alasan Hantoro untuk menghina. Akan tetapi, demi Kaisar mereka akan berusaha lebih dulu. Berhasil atau tidak, diterima atau tidak, yang terpenting mereka sudah memiliki niat baik.Kedatangan mereka yang tiba-tiba seperti itu tentu saja membuat Hantari kaget. Dia spontan berjengket dan berusaha bersembunyi di belakang pilar. Matanya menyipit mencoba memastikan kalau yang dia lihat memang benar."Astaga, dia benar Anisa. Tapi kenapa ke sini?" gumam Hantari, wajahnya kebingungan dan dia semakin kaget saat melihat penampilannya sendiri. Ia masih memakai daster dan mukanya juga masih belepotan masker. Tak ingin membuang-buang waktu, Hantari pun ngacir ke dalam. Wanita itu membiarkan dua orang yang datang ke rumahnya disambut pembantu."Mbok, kal
"Ka-kamu, apa kamu marah?" tanya Kaisar tergagap."Tentu saja!" sahut Anya nyaring.Namun, beberapa detik kemudian isak tangis Anya terdengar dan membuat Kaisar merasa bersalah. Dia tidak menyangka Anya akan semarah itu sampai menangis. Padahal niatnya hanya ingin menunjukkan kesungguhan cintanya. Kaisar Ingin memperlihatkan ke Anya bahwa dirinya serius menyukainya dan hampir gila menahan rindu selama tiga bulan ini."Maaf," lirih Kaisar. Dia yang tengah berada di belakang kemudi mengusap wajahnya gusar. Hampir saja stir mobilnya berbelok sendiri."Untuk apa minta maaf?" sembur Anya lagi. Gadis itu menghapus air mata membuat sebagian make up luntur."Maaf karena hanya ini yang bisa aku lakukan untuk memperlihatkan kesungguhan. Aku serius, Nya. Jika kamu memberi aku kesempatan maka aku akan melakukan segala upaya agar bisa meyakinkanmu. Akan aku tunjukkan kalau aku bersungguh-sungguh. Akan aku buktikan kalau aku bisa menjadi pria yang baik, pria yang bisa melindungimu dan bisa membaha
Sementara itu, Kaisar diam-diam masih memantau keadaan Anya. Pria itu menggunakan orang dalam agensi tempat Anya bernaung untuk mencari informasi. Kaisar memang sudah berusaha menepis perasaan yang ada di hati, tapi nyatanya tidak mudah. Ia pun memutuskan untuk mencoba sekali lagi.Kaisar yang tahu Anya kembali hari itu diam-diam mengikuti mobil Martha dan langsung mencegat wanita itu di jalan yang sepi. Martha yang mengendarai mobil sambil berbincang via telepon pun kaget, dia menginjak pedal rem dan melotot saat melihat Kaisar turun."Kamu gila? Bagaimana kalau remku blong, kita pasti sudah tabrakan," sembur Martha geram sesaat setelah menurunkan kaca jendela mobil."Tapi nyatanya tidak ‘kan? Aku pikir kamu tidak gila sampai nekat membawa mobil yang remnya blong," balas Kaisar.Martha yang masih emosi pun bersedekap, matanya memincing menatap sengit Kaisar. Dia kesal, bukannya meminta maaf pria itu malah seolah menantang.“Ada apa? apa yang kamu inginkan sampai hampir membuat kita k