Share

Tommy meminta tes DNA

Penulis: Vonny Elyana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Sudahlah, Intan, aku bersedia kembali padamu kalau Alex meninggalkan kamu. Aku tahu kalau kamu hanya memanfaatkan Alex untuk membalas dan membuatku kesal. Iya kan?" kata Tommy.

"Jangan mimpi kamu, Mas! Pergi kamu dari sini dan jangan kembali lagi! Aku gak mau berhubungan lagi denganmu!" Intan masuk ke dalam rumahnya dan ingin menutup pintu. Namun Tommy menghalangi Intan dan menahan pintu itu dengan tangannya.

"Tunggu! Jelaskan dulu mengenai anak itu! Kalau kamu gak mau menjelaskannya, aku gak akan pergi dari sini! Katakan dengan jujur, dia anakku, bukan?" kata Tommy.

Intan berusaha mendorong pintu itu agar bisa ditutup dan dikunci, sayangnya tenaga Tommy lebih besar darinya. Tommy justru berhasil membuka pintu itu dan kembali masuk.

Intan berusaha memanggil asisten rumah tangganya untuk menelepon petugas keamanan komplek perumahan itu.

"Apa yang kamu inginkan, Mas? Anak itu adalah anakku. Gak ada hubungannya denganmu!" kata Intan.

"Jangan bohong kamu! Anak itu mempunyai wajah ya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Aku mencintaimu

    "Mau apa lagi kamu, Intan? Belum puas kamu menipu aku selama ini?" Intan membaca pesan Alex sambil menggigit bibirnya. Matanya terasa panas dan andai tidak ditahan, pasti air mata sudah mengalir dengan deras. "Alex, kita harus bertemu. Kamu dimana sekarang?" Intan menunggu Alex membalas pesannya dengan penuh harap. Ia lelah harus menahan perasaannya pada Alex. Ingin rasanya ia segera berjumpa dan mengatakan semua hal yang terjadi, termasuk apa yang ada di dalam hatinya saat ini. Alex mengirimkan lokasinya saat ini pada Intan. Intan sedikit merasa lega, ia menghapus jejak air mata di wajahnya. Tanpa berpikir panjang Intan segera menuju ke alamat itu. Alex berada di sebuah kafe yang berjarak lima belas menit dari rumah Intan. Sesampainya di sana, Intan melihat Alex duduk sendirian di sudut ruangan. Intan menarik nafas dalam-dalam dan menghampiri Alex. Alex melihat Intan datang, tetapi ia tidak menanggapinya, ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Intan bisa melihat dengan jelas

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Alex melamar Intan

    "Kalau begitu kita harus mempercepat prosesnya," kata Alex setelah berpikir beberapa saat. "Proses apa, Mas?" tanya Intan. Alex hanya tersenyum dan menggenggam tangan Intan. Ia mempunyai sebuah rencana manis di dalam hatinya yang akan segera ia wujudkan. ___Intan meletakkan ponselnya di meja kerjanya. Ia sudah tiba di kantor tiga jam yang lalu dan berkutat dengan pekerjaannya. Pagi itu sedikit aneh, Alex tiba-tiba mengabarkan bahwa ia tidak bisa menjemput Intan di rumah karena ada pekerjaan mendadak di luar kota. Intan menyetir mobilnya sendiri ke kantor. Setibanya di kantor, ia mencoba menghubungi Alex, tetapi nomor ponsel Alex tidak aktif. Intan terus menunggu Alex membalas pesannya sambil mengerjakan beberapa laporan yang harus ia periksa. 'Kenapa ponselnya ga aktif? Apa dia sangat sibuk sehingga gak bisa membalas pesanku? Ini seperti bukan kegiatannya selama ini,' batin Intan. "Kenapa masih pagi sudah melamun?" tanya Rudy yang tiba-tiba sudah ada di muka pintu ruangan Intan

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Kembalilah padaku!

    Berita mengenai Alex yang melamar Intan langsung menjadi berita utama di kota itu. Bagaimana tidak, dua orang pengusaha ternama dan kaya raya di kota itu secara tidak langsung mengumumkan tentang hubungan mereka pada semua orang. Siapa yang tidak mengenal Alex, putra pengusaha ternama dan calon pewaris bisnis multinasional dan mempunyai banyak aset di Indonesia. Wajah rupawan dan tubuh yang ideal juga menjadikan Alex pria idaman para wanita. Saat semua orang melihat Alex melamar Caroline, itu bagaikan kisah romansa yang membuat semua berdecak kagum. Berbagai komentar baik positif maupun negatif bermunculan. Apalagi adegan penuh cinta itu dengan mudahnya menyebar di media sosial. Berita itu pun sampai ke tangan Tommy melalui ponselnya. Pagi itu ia meremas ponselnya kuat-kuat, rasa kesal dan cemburu melanda dirinya begitu hebat. "Alex melamar Intan? Alex memang selalu menjadi sainganku dalam segala hal. Aku gak akan tinggal diam!" Tommy berkata pada dirinya sendiri. Tommy menyambar

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Hasil Tes DNA

    Tommy segera membawa rambut Darren dan rambutnya ke rumah sakit. Ia merasa penasaran mengenai status Darren dan ingin memiliki bukti yang kuat. Tommy tahu, bahwa Intan tidak akan mengaku bahwa Darren memang putranya, kecuali ada bukti nyata yang bisa menunjukkan hal itu. Bagaimanapun juga Tommy menyadari bahwa perbuatannya dahulu pada Intan memang sangat keterlaluan dan menyakitkan. Di saat yang sama, anak perusahaan yang dikelola oleh Tommy mengalami ujian yang cukup berat. Berita mengenai kehidupan pribadi Tommy mulai meluas dan mempengaruhi penilaian publik pada perusahaannya. Beberapa investor menarik dananya dari perusahaan dan membatalkan kerja sama. Tommy merasa tak berdaya menghadapi persoalan ini. "Maaf, Pak. Ini laporan keuangan perusahaan untuk bulan kemarin," kata sekretaris Tommy dengan ekspresi wajah tegang. Melihat wajah karyawan itu, Tommy sudah bisa menebak apa yang mungkin tercantum dalam laporan itu. Tommy menerima dokumen itu dan membacanya dengan teliti. Mata

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Aku adalah papa kandungmu, Nak

    Tommy memegang tangan Intan dan menatapnya dengan lekat. "Kamu yang menyebalkan, Intan! Kenapa kamu menyembunyikan fakta bahwa Darren adalah putraku? Apa karena kamu masih marah dan kesal padaku? Kamu mau membalas kesalahanku? Aku ini ayahnya, aku berhak tahu kalau aku mempunyai seorang putra.""Sejak kapan kamu peduli padaku dan anak kita, Mas? Yang ada di pikiranmu selama ini hanya uang, warisan, dan Silvy," teriak Intan. "Cukup! Aku gak mau berdebat denganmu, Intan. Yang kuinginkan saat ini hanya bertemu dengan anak kandungku," kata Tommy. "Jangan harap kamu bisa bertemu dengan Darren!" "Marissa, aku ini papa kandungnya. Darren harus mengetahui tentang hal itu. Dia harus mendengarnya dari mulut kita secara langsung." Tommy menerobos masuk. "Mas, berhenti! Jangan usik anakku!" Intan berusaha mengejar mantan suaminya itu. Namun Tommy tetap memaksa masuk dan berhasil membuka pintu yang tidak terkunci. "Darren... Darren...." Tommy memanggil nama putranya. Darren berlari keluar

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Ulah Sherin

    Sherin menghubungi Alex dan meminta untuk bertemu. Sherin mengatakan pada Alex bahwa dirinya ingin meminta maaf pada Alex dan Intan atas kesalahannya. Pagi itu saat menjemput Intan, dan menyampaikan maksud Sherin. "Intan, Sherin mengajak kita makan malam bersama," kata Alex. "Sherin? Untuk apa, Mas? Apa dia ingin menghina aku lagi?" Intan masih teringat saat Sherin, sepupu Alex menyatakan bahwa dirinya tidak layak dan sepadan untuk menjadi pasangan Alex. Sherin selalu menyinggung tentang status Intan yang sudah pernah menikah dan mempunyai anak. "Sayang, jangan seperti itu! Sherin kali ini datang untuk berdamai denganmu. Dia gak akan membuatmu kesal atau kecewa lagi," kata Alex. "Benarkah?" Intan merasa ragu dalam hatinya, rasanya orang seperti Sherin tidak akan minta maaf begitu saja. Intan merasa ada maksud terselubung yang hanya diketahui oleh Sherin. "Iya, aku gak akan membiarkan Sherin atau siapapun menyakiti kamu." Alex menggenggam tangan Intan. Intan bertanya lagi, "Apa

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Perjumpaan dengan Calista

    Alex kembali asyik berbincang dengan Sherin. Yang membuat Intan tercengang dalam hatinya adalah karena Sherin kembali bersikap baik dan ramah ketika Alex ada bersama dengan mereka.Beberapa kali Sherin bahkan mengajak Intan berbincang dengan akrab. Sikap Sherin membuat Intan merasa muak. Ternyata sepupu Alex itu bermuka dua dan pandai mencari muka. Intan memilih diam, tidak ingin meladeni permainan Sherin. Alex melirik Intan beberapa kali dan berusaha mencairkan suasana yang tidak nyaman itu. Alex bisa membaca melalui ekspresi wajah Intan kalau ia memang menjaga jarak dengan Sherin. "Apa kamu yakin gak akan kembali ke Indonesia dalam waktu dekat?" tanya Alex pada Sherin. "Iya, Mas. Aku harus fokus belajar dan mengerjakan semua yang terbaik untuk perusahaan papa," jawab Sherin. "Bagus, siapa tahu kamu bisa mendapat jodoh di sana, iya kan Sayang?" Alex menatap Intan yang duduk di sampingnya. Ia ingin wanita yang ia cintai itu merasa nyaman dan terlibat dalam keakraban malam itu. In

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Darren sakit

    "Sherin, Calista, kalian memang keterlaluan! Sherin, apa ini rencanamu? Kamu sengaja mengundang Calista kemari untuk merusak hubunganku dengan Intan?" seru Alex. "Itu gak benar, Mas," jawab Sherin. "Iya, aku dan Sherin sudah lama gak saling berhubungan. Kita memang bertemu secara kebetulan di sini," kata Calista. Intan memalingkan wajahnya, ia merasa kesal dengan ulah Sherin. Kini wajah Sherin terlihat sedih, seolah dia yang menjadi korban karena Intan menyalahkan dirinya. Itu membuat Intan semakin kesal dan tidak tahan lagi berada di tempat itu. "Saya permisi. Terimakasih sudah mengundang saya." Intan berdiri menatap Sherin dan Calista. Ia tidak mau menundukkan kepala dan terlihat kalah di depan mereka. Intan meninggalkan meja itu, diikuti oleh Alex yang mengekori langkahnya. "Tunggu, Sayang!" Alex memegang lengan Intan, lalu keduanya pun masuk ke mobilIntan mendengus kesal, ia menyesal karena menyetujui ajakan Alex untuk pergi menemui Sherin malam itu. Sebenarnya sejak awal m

Bab terbaru

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Pulang

    Intan membuka tirai kamarnya pagi itu. Seperti biasa, akhir pekan itu Intan, Alex, dan Darren memilih pulang ke rumah ibu. Dua pekan sekali, Intan dan Alex berkunjung bergantian ke rumah Ibu Intan dan Mama Alex. Intan dan Alex berusaha menepati janji bahwa setelah menikah, ia tidak akan membiarkan ibu sendirian. Rudy amat jarang pulang, hanya sesekali dalam beberapa bulan. Intan harus memberi penghiburan pada ibunya, agar tidak larut dalam kesedihan. Intan mengelus perutnya yang mulai membuncit. Di dalam rahimnya, sudah tumbuh calon buah cintanya dengan Alex. Empat bulan sudah usia janin kecil itu. Darren sangat bahagia, karena sebentar lagi ia akan mendapatkan seorang adik. Alex tak kalah bahagia saat mendengar berita kehamilan Intan. Ia bersorak seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan hadiah yang ia inginkan.Semenjak Intan hamil, Alex jadi lebih protektif dan perhatian padanya. Alex tidak mengijinkan Intan terlalu lelah bekerja. Di rumah, Alex memperlakukan Intan bagaikan

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Penyesalan Rudy

    Di tengah kebahagiaan yang sedang dirasakan oleh Intan, Alex, dan Darren, ternyata ada yang sedang mengalami persoalan yang serius dalam rumah tangganya. Setelah dua tahun menjalani biduk rumah tangga, sifat asli Agnes akhirnya terbongkar. Selain mengekang Rudy dan menjauhkannya dari keluarganya, Agnes juga menunjukkan sikap ketus dan tidak lagi menghormati suaminya. Rudy selalu berusaha bersabar dan menerima Agnes. Ia menganggap itu hanyalah sifat egois dan tidak dewasa dari Agnes sebagai putri dari keluarga kaya. Tak lelah ia berharap, agar suatu hari Agnes bisa berubah dan bersikap dewasa. Akan tetapi harapan itu tak kunjung berbuah menjadi kenyataan. Suatu hari, Agnes bahkan melontarkan perkataan yang tak terduga pada sang suami. "Sayang, dari mana kamu? Kenapa malam begini baru pulang?" tanya Rudy saat membukakan pintu untuk istrinya. "Aku baru jalan-jalan bersama sahabatku, Mas," jawab Agnes sambil berjalan ke kamar. "Sayang, aku gak melarang kamu untuk pergi dan berkumpul

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Hari Bahagia

    Kondisi kesehatan Ibu Intan kian membaik. Walaupun Rudy datang dan menorehkan luka di hatinya, tetapi hari pernikahan Intan dan Alex yang semakin dekat membuat Ibu Intan mempunyai semangat untuk sembuh. Siang itu dokter mengijinkan Ibu Intan pulang ke rumah. Intan, Alex, dan Darren secara khusus menjemput Ibu Intan dari rumah sakit. "Apa Ibu sudah siap untuk pulang?" tanya Intan. "Iya, Nak. Ibu sudah sangat ingin pulang ke rumah kita. Ibu gak betah tinggal di sini dalam waktu yang lama," jawab Ibu Intan. Perawat sudah melepas infus di tangan Ibu Intan. Intan juga sudah merapikan pakaian dan barang-barang yang akan mereka bawa pulang. Intan sangat senang melihat wajah ibunya kembali segar. "Iya, Ibu harus selalu sehat, agar gak sakit lagi. Nanti kita cari waktu untuk pergi liburan bersama, ya," kata Intan. "Iya, Nak. Ibu gak perlu liburan atau pergi jauh. Ibu hanya mau melihat kamu bahagia. Sebentar lagi anak ibu akan memasuki gerbang pernikahan dan punya keluarga baru. Ibu mau m

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Pertengkaran

    Seorang wanita cantik berpakaian rapi dan duduk di sebuah lobi hotel berbintang. Ia memakai gaun merah dan kacamata hitam. Sesekali ia melirik jam tangan mahalnya dan menghembuskan nafas kesal. Agnes sedang menunggu Rudy dan siap meninggalkan hotel itu. Di hadapannya sebuah koper besar dan beberapa barang lain sudah tersedia. 'Sudah dua puluh menit dan kamu belum kembali juga, Mas. Ternyata kamu memang lebih mementingkan keluargamu. Tunggu saja, aku akan membuatmu menyesal!' batinnya. Detik demi detik terasa sangat lama berjalan. Agnes semakin kesal karena sang suami tidak juga menampakkan barang hidungnya. Kesabaran Agnes sudah hampir habis. Ia berdiri dan meraih barang-barangnya, lalu berjalan untuk keluar dari hotel itu. Tepat pada saat itu, Rudy sampai di halaman hotel dan segera turun dari mobil. Ia menghampiri Agnes dengan tergesa-gesa dan berdiri di hadapannya. "Kamu mau kemana, Sayang?" tanya Rudy. "Kamu hampir terlambat, Mas. Aku sudah muak dan jenuh menunggumu di sini,

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Rudy datang

    Intan tidak dapat lagi menahan air matanya. Ia memeluk ibunya dengan erat dan bisa merasakan dalamnya luka di balik tubuh nan rapuh itu. "Aku mohon, jangan bersedih, Bu! Aku gak bisa melihat Ibu menangis. Kami ada di sini dan gak akan meninggalkan Ibu. Alex juga menyayangi Ibu seperti mama kandungnya sendiri, jadi Ibu gak perlu merasa cemas. Ibu sangat berarti bagiku," kata Intan. Ibu Intan memejamkan matanya dan mengusap air matanya. Mereka berpelukan beberapa saat lamanya hingga seseorang membuka pintu ruangan itu. Intan melepaskan pelukannya dari ibunya. Ia semula berpikir ada dokter atau perawat yang datang untuk memeriksa ibu, tetapi ternyata dugaannya salah. Intan melihat Rudy masuk ke ruangan itu dengan tergesa-gesa dan nafasnya masih terengah-engah. "Rudy...." Intan berdiri dan menatap adik kandungnya itu. Rudy segera mendekati tempat tidur ibunya dan menggenggam tangannya. Raut wajahnya terlihat cemas dan panik. Rudy sepertinya langsung pergi saat membaca pesan Intan, ia

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Kecewa

    "Ibu sudah sadar?" Intan mendekatkan wajahnya pada ibunya. "Dimana ini?" tanya Ibu Intan. "Di rumah sakit, Bu. Tadi Ibu jatuh pingsan, jadi kami membawa Ibu kemari. Apa yang Ibu rasakan sekarang? Apa Ibu masih merasa pusing dan lemas?" kata Intan. "Ibu gak apa-apa, Nak. Ibu gak perlu dirawat di rumah sakit ini.""Tapi dokter menyarankan Ibu untuk dirawat beberapa hari di sini. Kita harus menuruti perkataan dokter, supaya Ibu lekas sembuh."Ibu Intan tidak menjawab. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain, seolah mencari keberadaan seseorang. Alex yang baru masuk ke ruangan ikut mendekat. "Bagaimana keadaan ibu?" tanya Alex. "Katanya ibu baik-baik saja, Mas. Aku senang mendengarnya. Semoga ibu bisa segera pulang," jawab Intan. "Mana Rudy?" tanya ibu sambil menatap Intan. Intan menghela nafas panjang dan menatap Alex. Sebenarnya ia masih kesal dengan sikap Rudy dan masih enggan berbicara dengannya. "Ibu mencari Rudy, Sayang. Apa kamu sudah menghubungi dia?" tanya Alex. Intan m

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Ibu Intan jatuh sakit

    Rudy terpaksa bangkit dari tempat duduknya dan mengikuti langkah istrinya. Agnes melewati pintu utama rumah itu tanpa berpamitan atau menoleh lagi. Entah apa yang membuat Agnes kesal atau marah. Intan dan ibunya tidak merasa melontarkan perkataan yang mungkin bisa menyinggungnya. Agnes langsung masuk dan duduk di mobil, tidak menghiraukan bujukan Rudy untuk lebih lama berada di rumah itu. Rudy hanya bisa menghela nafas panjang, lalu masuk kembali ke dalam rumah dan mengambil koper mereka yang tertinggal. "Maaf, Bu, Mb Intan, aku pergi dulu," katanya. Tanpa mendengar jawaban atau tanggapan dari Intan atau ibu, Rudy bergegas meninggalkan rumah itu. Ibu Intan hanya bisa menatap nanar kepergian Rudy. Senyum yang baru saja terbit di bibirnya mendadak sirna kembali. Intan sungguh tidak tega melihat ibunya kembali terluka. "Ibu gak apa-apa?" tanya Intan. Hana menggelengkan kepalanya, tetapi Intan bisa melihat air mata ibunya yang hampir jatuh. Hana bangkit berdiri dan berjalan mendekat

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Keangkuhan Rudy dan Agnes

    "Kalau rindu, coba saja hubungi dia!" usul Alex. "Ah, aku gak mau menghubungi dia duluan, Mas. Aku masih ingat bagaimana sikapnya saat pertama kali kita bertemu. Dia sudah memperlakukan ibu dengan buruk. Aku sudah berjanji gak akan menghubungi dia sebelum dia meminta maaf pada ibu," jawab Intan. "Aku rasa kalian hanya saling gengsi. Aku tahu bahwa sebenarnya Rudy bukan orang yang kasar. Dia sangat menyayangi keluarganya. Mungkin saja kemarin dia sedang menyesuaikan diri dengan keluarga Agnes dan banyak urusan lain. Semoga saat ini pikirannya sudah terbuka dan menyadari kesalahannya." Alex melirik Intan yang tertunduk dengan wajah muram. "Benarkah begitu?" Intan mengambil ponsel dari dalam tasnya. Ia mengusap layarnya dan menimbang-nimbang sejenak. "Bagaimana kalau Rudy kembali menolak itikad baikku?""Lebih baik dicoba daripada menunggu dan penasaran, bukan?" kata Alex. Intan menghela nafas panjang. Terlintas di benaknya wajah sendu ibunya yang setiap malam memikirkan Rudy. Terkad

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Rencana pernikahan

    Setelah melewati berbagai ujian, Intan dan Alex kembali fokus pada rencana pernikahan mereka. Tidak seperti dahulu, kini Mama Alex mendukung rencana putranya itu dengan sepenuh hati. Seiring berjalannya waktu, Mama Alex memang melihat bahwa Intan adalah wanita yang baik dan mampu mendampingi Alex dalam segala hal yang terjadi. Ponsel Alex berdering di hari Sabtu pagi itu. Foto kekasih hatinya terpampang di layar benda pipih itu. Alex yang masih berbaring di tempat tidurnya pun segera menjawab panggilan itu. "Halo, Sayang," sapa Alex. "Halo, Mas. Apa kamu masih tidur? Jam berapa ini?" Terdengar suara Intan di seberang telepon. "Baru jam delapan," kata Alex sambil mengusap matanya yang masih mengantuk. "Ini sudah siang, Mas. Sejak kapan kamu jadi pemalas begini?" "Ini kan akhir pekan, Sayang. Sesekali boleh kan aku bangun lebih siang?" Alex meregangkan tubuhnya. "Oke, tapi gak boleh sering-sering, ya! Oh ya, jam sepuluh nanti aku harus ke salon untuk memilih gaun pengantin dan r

DMCA.com Protection Status