Beranda / Pernikahan / Pembalasan Istri Sang CEO / Pertemuan Tommy dan Silvy

Share

Pertemuan Tommy dan Silvy

Penulis: Vonny Elyana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Silvy, ini mama, Nak. Lihat siapa yang datang menjengukmu!" bisik Tante Pratiwi.

Silvy menatap mamanya, lalu menoleh ke belakang, tempat Tommy berdiri. Untuk beberapa saat lamanya Silvy diam, keningnya berkerut seperti sedang berusaha mengingat dan berpikir.

Tommy, Mama Silvy, dan perawat yang berada di ruangan itu menunggu reaksi Silvy saat melihat Tommy. Walaupun selalu menyebut nama Tommy, tapi mungkin reaksi Silvy akan berbeda saat bertemu langsung dengannya. Semuanya menunggu dan waspada, karena reaksi Silvy bisa saja di luar dugaan.

Air mata mengalir membasahi pipi Silvy. Ia perlahan mendekat dan tidak melepaskan pandangannya dari mantan suaminya itu. Ada luka dan kesedihan dalam sorot matanya, tetapi sebuah senyum terbit di bibirnya. Silvy masih bisa mengingat dengan jelas siapa Tommy.

"Mas Tommy." Lirih Silvy.

Silvy mengulurkan tangannya yang gemetar dan menyentuh wajah Tommy. Namun Tommy terkejut dan mundur beberapa langkah untuk menghindar.

"Kenapa kamu baru datang sek
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Rencana makan malam romantis

    Sebuah pesan dari Alex masuk ke gawai Intan. "Sayang, nanti malam kita makan malam bersama, ya? Aku sudah memesan tempat di Kafe Berlian. Kita langsung berjumpa di sana, karena aku punya kejutan istimewa untukmu."Intan tersenyum saat membaca pesan itu. Seingat Intan, tidak ada sesuatu yang istimewa hari itu, namun Alex memang selalu membuat kejutan manis. Perhatian dan tindakan Alex membuat hati Intan berbunga-bunga dan merasa istimewa. Ia membalas pesan itu dan kembali meletakkan ponselnya di meja. Setelah itu Intan kembali fokus pada laporan yang sedang ia periksa di layar laptopnya. Namun rasa gembira di hati Intan tak bisa disembunyikan begitu saja. Wajahnya yang ceria menyiratkan hal itu, bahkan Intan tidak menyadari saat Rudy masuk ke ruangannya. "Sepertinya Mbak sedang bahagia." Suara Rudy menyadarkan Intan dari lamunannya. Intan tersenyum, tidak ada yang bisa ia rahasiakan dari adiknya yang telah tumbuh dewasa itu. "Iya, Alex mengajak Mbak makan berdua nanti malam," jawa

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Calista mengalami kecelakaan

    Satu jam sebelumnyaAlex berdiri di depan cermin besar di kamarnya dan mematut dirinya sekali lagi. Sebuah senyum tersungging di bibirnya, ia membuka kotak kecil berwarna merah yang dihiasi dengan pita nan cantik. Alex melihat sebuah kalung berlian yang sudah ia pilih secara khusus untuk Intan. Ia sengaja menyiapkan kejutan manis itu untuk wanita yang istimewa baginya. Tidak ada hari istimewa untuk mereka, ide untuk memberi Intan kejutan memang terlintas begitu saja di benak Intan. "Intan pasti akan menyukainya." Alex tersenyum membayangkan ekspresi wajah Intan saat melihat kejutan darinya. Wajah ayu itu akan semakin cantik jika sedang tersenyum. Saat melihat kilau dan kecantikan kalung itu, Alex langsung teringat pada Intan. Kecantikan Intan tak berlebihan, tetapi tidak juga dapat disembunyikan. Tanpa berpikir panjang, saat itu Alex langsung menghentikan langkahnya dan membeli kalung itu. Ia yang sedianya akan menemui seorang klien di sebuah ruangan di pusat perbelanjaan, berhenti

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Penjelasan Alex

    Pelayan kafe memberi tahu Intan untuk yang ke sekian kalinya bahwa jam operasional kafe tersebut akan segera berakhir. Intan menghembuskan nafas kesal dan berdiri dari tempat duduknya. Ia menyerah dan segera meninggalkan kafe itu. Intan dijemput oleh sopirnya dan langsung pulang ke rumah. Di sepanjang perjalanan hatinya terus bertanya, apa yang sebenarnya terjadi?Tidak seperti biasanya Alex berbuat seperti itu. Alex adalah orang yang selalu menepati janji. Jika akan mengajak Intan bertemu, biasanya Alex justru akan datang lebih awal dan menunggu."Pasti ada sesuatu yang terjadi, tapi kenapa Alex gak memberi tahu aku?" gumam Intan. Ia kembali menghubungi nomor ponsel Alex, tetapi tidak ada yang menjawab, bahkan akhirnya nomor itu tidak aktif. Intan tiba di rumah dan segera masuk ke dalam. Ibu Intan yang baru saja menidurkan cucunya keluar dari kamar saat mendengar suara Intan. "Kamu sudah pulang, Nak?" tanya Ibu Intan. "Iya, Bu," jawab Intan. Ibu Intan melihat wajah putrinya yang

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Jangan tinggalkan aku!

    Alex menghela nafas panjang, ia meremas rambutnya sendiri. "Kenapa Intan semarah itu? Aku sudah mengatakan semuanya dengan jujur dan menjelaskan situasinya, tapi dia tetap menyalahkan aku," gumam Alex. Dini hari itu Alex masih harus berada di rumah sakit karena tidak ada yang menjaga Calista. Ia masuk kembali ke kamar Calista dan melihat wajah cantik gadis berkulit putih itu. Calista masih memejamkan matanya, sedari tadi ia terus menangis dan meminta Alex selalu berada di sisinya. Alex berjalan menuju sofa yang tersedia di ruangan itu dan merebahkan tubuhnya yang terasa lelah. Tak lama kemudian ia sudah tertidur dengan lelap. Pagi mulai menjelang, Alex terbangun karena mendengar suara orang membuka pintu kamar itu. Perawat masuk dan membawakan makanan untuk Calista. Perawat itu meletakkan nampan di atas nakas dan kembali menutup pintu kamar itu. Alex bangun dan melihat Calista mulai membuka matanya. Ia mendekati gadis itu, berharap Calista sudah lebih tenang dan bisa diajak bicar

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Salah Sangka

    "Cukup, Alex! Jangan membentak aku! Kamu sudah berbohong dan mementingkan orang lain daripada aku. Apa aku gak berhak untuk marah? Apa aku harus memaklumi saat kamu berdua saja dengan wanita lain?" kata Intan. "Intan, ini kondisi darurat. Percayalah padaku kalau aku ada di sini dan menolong Calista hanya karena dia adalah teman lamaku. Apa kamu gak bisa mempercayai aku? Hubungan kita sudah sampai sejauh ini, tapi kamu masih meragukan kesungguhanku?" tanya Alex. "Iya, aku gak bisa mempercayai pria mana pun. Bukan gak mungkin perasaan nyaman sebagai sahabat akan berkembang menjadi lebih dari itu, kan?""Tapi aku bukan Tommy, Intan. Aku tahu batasan dan sangat menghargai kamu. Aku gak akan mengorbankan semua yang sudah kita lewati bersama, juga semua impian yang ingin kita raih."'Baik, buktikan saja kata-katamu itu! Aku butuh tindakan nyata. Buktikan kalau kamu memang bisa berkomitmen dalam hubungan kita ini." Intan menutup telepon itu. Calista tersenyum kecil mendengar perdebatan an

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Memanfaatkan Keadaan

    "Calista, apa maksudmu bicara seperti tadi pada orang tuamu? Kenapa kamu membohongi mereka?" bisik Alex ketika orang tua Calista pergi ke kantin. "Maafkan aku, Alex. Aku gak mau mengecewakan papa dan mama. Melihatku aman dan bahagia adalah keinginan terbesar di hati mereka. Asal kamu tahu, dahulu mereka sudah menaruh harapan besar pada hubungan kita. Sayangnya saat itu hubungan kita gak bisa berlanjut, bahkan komunikasi kita terputus," kata Calista. "Tapi ini bukan cara yang benar, kita gak bisa berbohong dan terus berpura-pura di depan mereka. Sebaiknya kita mengatakan apa yang terjadi sebenarnya pada mereka," ujar Alex. "Lex, tolonglah aku kali ini saja! Sepanjang umur hidupku, aku belum pernah membuat orang tuaku bahagia. Papaku punya riwayat penyakit yang cukup parah. Saat kemarin aku mengalami kecelakaan dan kehilangan nyawa, aku merenung dan menyesal. Selama ini ternyata aku sudah egois dan gak pernah memikirkan kebahagiaan orang tuaku. Aku baru sadar, kalau setiap waktu kita

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Tak sengaja berjumpa

    Alex menggandeng mamanya keluar dari kamar itu. Ia harus menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi sebelum kekacauan ini semakin melebar. Alex tidak mau sang mama juga salah paham dan menganggap hubungannya dengan Sandra adalah sesuatu yang serius. "Ma, kita harus bicara. Ada sesuatu yang penting," bisik Alex. "Ada apa, Nak?" tanya Mama Alex. Mereka berjalan menuju kursi yang berada cukup jauh dari ruangan itu. Alex mengajak mamanya duduk di situ dan berbicara berdua. "Kenapa Mama bisa datang kemari?" tanya Alex. "Sherin memberi tahu mama bahwa Calista mengalami kecelakaan dan dirawat di sini. Berita tentang kecelakaan Calista juga sudah mulai beredar. Kenapa kamu gak memberi tahu mama, Nak?""Ma, Alex dan Calista gak ada hubungan apa-apa. Alex hanya menolong Calista karena dia menelepon Alex setelah mengalami kecelakaan itu. Tolong Mama jangan salah paham tentang hubungan kami!" kata Alex. "Jangan terburu-buru, Nak! Mama baru saja merasa senang dan bersyukur karena akhirnya kamu

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Ujian Cinta

    "Intan, aku bisa menjelaskan semuanya. Ini cuma salah paham dan gak seperti yang kamu pikirkan," kata Alex. "Aku gak butuh penjelasan dari kamu, Alex. Semua yang terjadi tadi sudah cukup menjelaskan semuanya. Ternyata selama ini kalian sudah membohongi aku. Aku sudah percaya padamu, Alex, tapi ternyata kamu sama seperti pria lain." jawab Intan. Alex menatap Darren dan berlutut di depannya. "Darren sakit?" tanya Alex. Darren menggelengkan kepalanya, lalu menunjukkan gigi depannya yang goyang. "Gigi Darren goyang, Om. Kata mama giginya harus dicabut, supaya tumbuh gigi baru," jawab Darren. "Wah, itu artinya Darren sudah besar." Alex mengusap rambut bocah itu. "Tapi Darren takut, Om. Pasti sakit dan banyak darahnya nanti." Darren menundukkan kepalanya. "Sakitnya cuma sebentar koq. Darren kan hebat, pasti bisa tahan rasa sakitnya."Darren menatap Alex u serius. "Apa benar gak sakit, Om?""Iya. Darren gak boleh menangis, ya!' kata Alex. Intan melihat dan mendengar percakapan Darren

Bab terbaru

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Pulang

    Intan membuka tirai kamarnya pagi itu. Seperti biasa, akhir pekan itu Intan, Alex, dan Darren memilih pulang ke rumah ibu. Dua pekan sekali, Intan dan Alex berkunjung bergantian ke rumah Ibu Intan dan Mama Alex. Intan dan Alex berusaha menepati janji bahwa setelah menikah, ia tidak akan membiarkan ibu sendirian. Rudy amat jarang pulang, hanya sesekali dalam beberapa bulan. Intan harus memberi penghiburan pada ibunya, agar tidak larut dalam kesedihan. Intan mengelus perutnya yang mulai membuncit. Di dalam rahimnya, sudah tumbuh calon buah cintanya dengan Alex. Empat bulan sudah usia janin kecil itu. Darren sangat bahagia, karena sebentar lagi ia akan mendapatkan seorang adik. Alex tak kalah bahagia saat mendengar berita kehamilan Intan. Ia bersorak seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan hadiah yang ia inginkan.Semenjak Intan hamil, Alex jadi lebih protektif dan perhatian padanya. Alex tidak mengijinkan Intan terlalu lelah bekerja. Di rumah, Alex memperlakukan Intan bagaikan

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Penyesalan Rudy

    Di tengah kebahagiaan yang sedang dirasakan oleh Intan, Alex, dan Darren, ternyata ada yang sedang mengalami persoalan yang serius dalam rumah tangganya. Setelah dua tahun menjalani biduk rumah tangga, sifat asli Agnes akhirnya terbongkar. Selain mengekang Rudy dan menjauhkannya dari keluarganya, Agnes juga menunjukkan sikap ketus dan tidak lagi menghormati suaminya. Rudy selalu berusaha bersabar dan menerima Agnes. Ia menganggap itu hanyalah sifat egois dan tidak dewasa dari Agnes sebagai putri dari keluarga kaya. Tak lelah ia berharap, agar suatu hari Agnes bisa berubah dan bersikap dewasa. Akan tetapi harapan itu tak kunjung berbuah menjadi kenyataan. Suatu hari, Agnes bahkan melontarkan perkataan yang tak terduga pada sang suami. "Sayang, dari mana kamu? Kenapa malam begini baru pulang?" tanya Rudy saat membukakan pintu untuk istrinya. "Aku baru jalan-jalan bersama sahabatku, Mas," jawab Agnes sambil berjalan ke kamar. "Sayang, aku gak melarang kamu untuk pergi dan berkumpul

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Hari Bahagia

    Kondisi kesehatan Ibu Intan kian membaik. Walaupun Rudy datang dan menorehkan luka di hatinya, tetapi hari pernikahan Intan dan Alex yang semakin dekat membuat Ibu Intan mempunyai semangat untuk sembuh. Siang itu dokter mengijinkan Ibu Intan pulang ke rumah. Intan, Alex, dan Darren secara khusus menjemput Ibu Intan dari rumah sakit. "Apa Ibu sudah siap untuk pulang?" tanya Intan. "Iya, Nak. Ibu sudah sangat ingin pulang ke rumah kita. Ibu gak betah tinggal di sini dalam waktu yang lama," jawab Ibu Intan. Perawat sudah melepas infus di tangan Ibu Intan. Intan juga sudah merapikan pakaian dan barang-barang yang akan mereka bawa pulang. Intan sangat senang melihat wajah ibunya kembali segar. "Iya, Ibu harus selalu sehat, agar gak sakit lagi. Nanti kita cari waktu untuk pergi liburan bersama, ya," kata Intan. "Iya, Nak. Ibu gak perlu liburan atau pergi jauh. Ibu hanya mau melihat kamu bahagia. Sebentar lagi anak ibu akan memasuki gerbang pernikahan dan punya keluarga baru. Ibu mau m

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Pertengkaran

    Seorang wanita cantik berpakaian rapi dan duduk di sebuah lobi hotel berbintang. Ia memakai gaun merah dan kacamata hitam. Sesekali ia melirik jam tangan mahalnya dan menghembuskan nafas kesal. Agnes sedang menunggu Rudy dan siap meninggalkan hotel itu. Di hadapannya sebuah koper besar dan beberapa barang lain sudah tersedia. 'Sudah dua puluh menit dan kamu belum kembali juga, Mas. Ternyata kamu memang lebih mementingkan keluargamu. Tunggu saja, aku akan membuatmu menyesal!' batinnya. Detik demi detik terasa sangat lama berjalan. Agnes semakin kesal karena sang suami tidak juga menampakkan barang hidungnya. Kesabaran Agnes sudah hampir habis. Ia berdiri dan meraih barang-barangnya, lalu berjalan untuk keluar dari hotel itu. Tepat pada saat itu, Rudy sampai di halaman hotel dan segera turun dari mobil. Ia menghampiri Agnes dengan tergesa-gesa dan berdiri di hadapannya. "Kamu mau kemana, Sayang?" tanya Rudy. "Kamu hampir terlambat, Mas. Aku sudah muak dan jenuh menunggumu di sini,

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Rudy datang

    Intan tidak dapat lagi menahan air matanya. Ia memeluk ibunya dengan erat dan bisa merasakan dalamnya luka di balik tubuh nan rapuh itu. "Aku mohon, jangan bersedih, Bu! Aku gak bisa melihat Ibu menangis. Kami ada di sini dan gak akan meninggalkan Ibu. Alex juga menyayangi Ibu seperti mama kandungnya sendiri, jadi Ibu gak perlu merasa cemas. Ibu sangat berarti bagiku," kata Intan. Ibu Intan memejamkan matanya dan mengusap air matanya. Mereka berpelukan beberapa saat lamanya hingga seseorang membuka pintu ruangan itu. Intan melepaskan pelukannya dari ibunya. Ia semula berpikir ada dokter atau perawat yang datang untuk memeriksa ibu, tetapi ternyata dugaannya salah. Intan melihat Rudy masuk ke ruangan itu dengan tergesa-gesa dan nafasnya masih terengah-engah. "Rudy...." Intan berdiri dan menatap adik kandungnya itu. Rudy segera mendekati tempat tidur ibunya dan menggenggam tangannya. Raut wajahnya terlihat cemas dan panik. Rudy sepertinya langsung pergi saat membaca pesan Intan, ia

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Kecewa

    "Ibu sudah sadar?" Intan mendekatkan wajahnya pada ibunya. "Dimana ini?" tanya Ibu Intan. "Di rumah sakit, Bu. Tadi Ibu jatuh pingsan, jadi kami membawa Ibu kemari. Apa yang Ibu rasakan sekarang? Apa Ibu masih merasa pusing dan lemas?" kata Intan. "Ibu gak apa-apa, Nak. Ibu gak perlu dirawat di rumah sakit ini.""Tapi dokter menyarankan Ibu untuk dirawat beberapa hari di sini. Kita harus menuruti perkataan dokter, supaya Ibu lekas sembuh."Ibu Intan tidak menjawab. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain, seolah mencari keberadaan seseorang. Alex yang baru masuk ke ruangan ikut mendekat. "Bagaimana keadaan ibu?" tanya Alex. "Katanya ibu baik-baik saja, Mas. Aku senang mendengarnya. Semoga ibu bisa segera pulang," jawab Intan. "Mana Rudy?" tanya ibu sambil menatap Intan. Intan menghela nafas panjang dan menatap Alex. Sebenarnya ia masih kesal dengan sikap Rudy dan masih enggan berbicara dengannya. "Ibu mencari Rudy, Sayang. Apa kamu sudah menghubungi dia?" tanya Alex. Intan m

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Ibu Intan jatuh sakit

    Rudy terpaksa bangkit dari tempat duduknya dan mengikuti langkah istrinya. Agnes melewati pintu utama rumah itu tanpa berpamitan atau menoleh lagi. Entah apa yang membuat Agnes kesal atau marah. Intan dan ibunya tidak merasa melontarkan perkataan yang mungkin bisa menyinggungnya. Agnes langsung masuk dan duduk di mobil, tidak menghiraukan bujukan Rudy untuk lebih lama berada di rumah itu. Rudy hanya bisa menghela nafas panjang, lalu masuk kembali ke dalam rumah dan mengambil koper mereka yang tertinggal. "Maaf, Bu, Mb Intan, aku pergi dulu," katanya. Tanpa mendengar jawaban atau tanggapan dari Intan atau ibu, Rudy bergegas meninggalkan rumah itu. Ibu Intan hanya bisa menatap nanar kepergian Rudy. Senyum yang baru saja terbit di bibirnya mendadak sirna kembali. Intan sungguh tidak tega melihat ibunya kembali terluka. "Ibu gak apa-apa?" tanya Intan. Hana menggelengkan kepalanya, tetapi Intan bisa melihat air mata ibunya yang hampir jatuh. Hana bangkit berdiri dan berjalan mendekat

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Keangkuhan Rudy dan Agnes

    "Kalau rindu, coba saja hubungi dia!" usul Alex. "Ah, aku gak mau menghubungi dia duluan, Mas. Aku masih ingat bagaimana sikapnya saat pertama kali kita bertemu. Dia sudah memperlakukan ibu dengan buruk. Aku sudah berjanji gak akan menghubungi dia sebelum dia meminta maaf pada ibu," jawab Intan. "Aku rasa kalian hanya saling gengsi. Aku tahu bahwa sebenarnya Rudy bukan orang yang kasar. Dia sangat menyayangi keluarganya. Mungkin saja kemarin dia sedang menyesuaikan diri dengan keluarga Agnes dan banyak urusan lain. Semoga saat ini pikirannya sudah terbuka dan menyadari kesalahannya." Alex melirik Intan yang tertunduk dengan wajah muram. "Benarkah begitu?" Intan mengambil ponsel dari dalam tasnya. Ia mengusap layarnya dan menimbang-nimbang sejenak. "Bagaimana kalau Rudy kembali menolak itikad baikku?""Lebih baik dicoba daripada menunggu dan penasaran, bukan?" kata Alex. Intan menghela nafas panjang. Terlintas di benaknya wajah sendu ibunya yang setiap malam memikirkan Rudy. Terkad

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Rencana pernikahan

    Setelah melewati berbagai ujian, Intan dan Alex kembali fokus pada rencana pernikahan mereka. Tidak seperti dahulu, kini Mama Alex mendukung rencana putranya itu dengan sepenuh hati. Seiring berjalannya waktu, Mama Alex memang melihat bahwa Intan adalah wanita yang baik dan mampu mendampingi Alex dalam segala hal yang terjadi. Ponsel Alex berdering di hari Sabtu pagi itu. Foto kekasih hatinya terpampang di layar benda pipih itu. Alex yang masih berbaring di tempat tidurnya pun segera menjawab panggilan itu. "Halo, Sayang," sapa Alex. "Halo, Mas. Apa kamu masih tidur? Jam berapa ini?" Terdengar suara Intan di seberang telepon. "Baru jam delapan," kata Alex sambil mengusap matanya yang masih mengantuk. "Ini sudah siang, Mas. Sejak kapan kamu jadi pemalas begini?" "Ini kan akhir pekan, Sayang. Sesekali boleh kan aku bangun lebih siang?" Alex meregangkan tubuhnya. "Oke, tapi gak boleh sering-sering, ya! Oh ya, jam sepuluh nanti aku harus ke salon untuk memilih gaun pengantin dan r

DMCA.com Protection Status