"Apa yang terjadi padamu, Rose?" Mulan terlihat begitu terkejut saat melihat kedatangan diriku malam-malam begini bertamu ke rumahnya.Mulan segera menarik tubuhku agar masuk ke dalam rumah. Segera setelah aku berada di dalam rumahnya, Mulan menutup dan mengunci pintu."Ayo duduk di ruang tamu dulu. Aku akan ambilkan minuman."Beberapa saat kemudian, Mulan kembali dengan membawa minuman. Wanita yang saat ini sedang memakai baju tidur itu terlihat begitu panik melihat keadaanku."Ayo, minum dulu…" ucapnya sambil menyodorkan minuman padaku. segera aku meminum air pemberian Mulan, meneguknya hingga tandas."Astaga, wajahmu…apa yang sebenarnya terjadi Rose?"aku menyeka air mataku dengan kasar."Aku dipergoki oleh Istri Sah suamiku. Ia menghajarku habis-habisan di rumah persembunyian yang biasa kami tempati…" jawabku sambil terus menyeka air mataku. "Terus…a, apa yang…Rose, jangan menakuti diriku. Lihatlah pipimu itu yang memerah dan sudut bibirmu berdarah…Ya Tuhan!""Untungnya aku bisa
"Jangan gila, Siti!" aku menggeser posisi duduk sedikit menjauh dari Siti.Wanita itu hanya tersenyum simpul dan memainkan potongan kuku di hadapanku."Siti, biarkan Mawar menyantap makanan terlebih dahulu. Jangan berakting Seperti psikopat!" tegur Abian. Kali ini, aku mendukung pernyataan pria itu."Baiklah, makan saja dulu. Aku akan menunggumu sampai selesai makannya."Aku hanya bisa pasrah dengan keadaan ini. Sepertinya Siti benar-benar akan melukai diriku dengan benda yang tampak kecil, namun begitu menakutkan jika sampai tercubit terkena pada kulit.Setelah selesai menikmati makanan, aku harus kembali memikirkan bagaimana cara agar lepas dari pemikiran dan rencana Siti."Aku jamin, rasa sakitnya tidak akan terasa…aku hanya akan menyakiti sedikit sudut bibirmu agar terlihat seperti habis dipukul. Kalau hanya menggunakan obat merah, itu hanya akan bertahan sebentar saja. Setelah kau usapkan, cairan merahnya akan hilang dan tidak terlihat ada lukanya." Sederet kalimat yang Siti ucap
Mulan menghempaskan tubuhnya di atas Sofa yang berseberangan dengan diriku. Wajahnya masih terlihat begitu cemas dan hal itu membuat diriku semakin merasa senang melihat pemandangan di hadapanku ini."Rose, bisakah kau pulang sekarang? Aku minta maaf,tapi sepertinya setiap ucapanmu begitu merusak suasana hatiku." "Ah, benarkah? Maaf Mulan, aku tak bermaksud seperti itu. Hanya saja…""Tolong, pulanglah Sekarang juga." ***Aku dan Siti sedang berada di sebuah restoran yang tidak jauh dari bandara. Lebih tepatnya di sekitaran lokasi tempat dibangunnya proyek kerja antara aku dan Abian."Serius dia kelimpungan saat kamu bilang bakalan dibuang sama Akbar?' tanya Siti memulai obrolan bersamaku.Sebelum menjawab pertanyaan Siti, aku meminum minuman yang telah aku pesan. Sedikit terasa begitu manis, namun aku berusaha untuk menyukai ini. Karena mulai saat ini, aku berusaha untuk menyukai beberapa hal yang disukai oleh Mulan dan salah satunya adalah minuman yang terasa begitu manis ini
"Apa maksud Paman?" tanganku sedikit gemetar saat memegang ponsel. Terkejut mendengar jawaban yang terlontar dari mulut Paman Hamzah. Masih teringat jelas bahwa kedua mertuaku datang dan memberikan sebuah nasehat dan dukungannya terhadap diriku. Jadi, tak mungkin jika ada sesuatu yang tidak beres dengan keduanya."Banyak yang belum kau ketahui Mawar, jadi berhati-hatilah."Klik!Telepon terputus.Aku memegangi dadaku yang terasa begitu sesak. Pikiranku mengatakan bahwa orang tua Mas Akbar berada dipihakku. Tapi, setelah mendengarkan ucapan Paman Hamzah, sepertinya opiniku selama ini tidak sepenuhnya benar.Saat akan kembali melepas hijab, terdengar suara Mobil memasuki pekarangan rumah. Karena penasaran, segera aku berjalan menuju ke balkon kamar dan melihat siapa yang bertamu ke rumah.Jujur saja aku tak mengenali mobil yang datang berkunjung. Saat sang pengendara Mobil turun, aku baru menyadari bahwa Mas Akbarlah yang telah mengendarai mobil tersebut.Aku hanya bisa pasrah dengan ke
"Puaskan aku, Sayang…" Mas Akbar sudah mulai mencumbu bibirku dan mulai menyentuh area sensitif tubuhku. Walaupun sebenarnya aku sama sekali tidak menikmati sentuhannya, tapi aku berusaha untuk bersikap biasa dan berpura-pura ikut menikmatinya.Saat Mas Akbar mulai membuka resleting celana yang ia pakai, aku berusaha untuk memundurkan tubuhku agar menjauh dari jangkauan Mas Akbar."Kenapa Sayang?" suaranya terdengar begitu serak, pasti gelombang nafsu telah menggerogoti setiap persendiannya.Aku memandang sekilas bagian tubuh bawah Mas Akbar yang hanya memakai celana dalam saja."Maafkan aku Mas. Tapi, saat ini aku sedang datang bulan." ***Akbar mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh. Sesuatu harus segera ia tuntaskan, karena di bagian bawah tubuhnya terasa begitu sesak dan panas. Baru saja ingin mencicipi tubuh Mawar, dirinya harus menelan pil pahit karena wanita itu sedang datang bulan. Terpaksa, Ia harus membuang lahar panasnya pada istri keduanya. Walaupun Ia baru saja ha
Langit siang ini nampak begitu gelap. Seperti mengerti perasaanku yang telah mati rasa oleh sikap Mas Akbar yang kembali meninggalkan diriku dalam kesendirian. Tidak mendapatkan apa yang Ia mau membuatnya bergegas meninggalkan rumah. Ya, apa lagi kalau tidak menyalurkan hasratnya pada istri keduanya itu.Kepergian Mas Akbar membuatku merasa harus bertindak cepat. Segera aku mengambil kunci mobil dan pergi meninggalkan rumah untuk memastikan perkataan Paman Hamzah. Saat sudah sampai ke parkiran mobil Hotel, segera aku bergegas untuk menuju ruangan Paman Hamzah. Namun, sebelum itu terjadi, aku bertemu dengan Abian di lobi hotel."Apa yang kau lakukan disini?""Aku ingin menemui paman Hamzah." "Lebih baik kau urungkan niatmu itu sebelum terlambat. Karena saat aku meninggalkan ruangan paman Hamzah, ada dua orang yang sedang berbincang-bincang dengan Paman Hamzah."Keningku berkerut mendengar ucapan Abian."Sudahlah, aku buru-buru!"Saat aku melewati tubuh Abian, pria itu menahan tubuhku
"Ini kali kedua dirimu menuduhku berselingkuh, Mas. Apa karena kau menemui diriku sedang makan berdua dengan Abian, jadi kau terus saja mengatakan hal itu. Apa kau tidak berkaca pada dirimu sendiri? Kalau kau bisa menuduh diriku berselingkuh, akupun bisa melakukan hal itu."Mas Akbar berdiri dari tempat duduknya. Pria berbadan tegap itu Berjalan mendekati diriku."Maksudmu?""Jangan-jangan kau berselingkuh dibelakangku, Mas. Biasanya, orang yang suka menuduh adalah pelaku utamanya." Jawabku sambil terus tersenyum memandang wajah Mas Akbar.Pria dihadapanku ini terlihat beberapa kali menggaruk kepala yang aku yakin tidak gatal sama sekali."Bicaramu ngawur, Mawar!"Mas Akbar tak banyak bicara. Pria itu segeralah meninggalkan diriku dan kembali duduk di sofa sambil menonton televisi.Aku hanya dapat menghembuskan nafas lega, karena sepertinya Mas Akbar tidak memperpanjang masalah. Walaupun sebenarnya hatiku terasa sakit dengan tuduhan perselingkuhan yang ia katakan padaku. Bisa-bisanya
Mulan mendadak terdiam mendengar ucapan yang baru saja terlontar dari bibir tipis pria dihadapannya ini. Ia berusaha untuk melepaskan diri dari genggaman tangan Aslan, namun pria itu semakin kuat genggamannya."Jadilah wanitaku.""Apa?!""Kau bisa menjadi ratu di dua tempat berbeda. Aku jamin, kau akan merasakan deretan kenikmatan yang luar biasa jika menerima tawaranku ini."Mulan menggelengkan kepalanya berulang kali, wanita itu amat terkejut mendengar tawaran gila yang dilakukan oleh Aslan, tunangan dari temannya."Tidak, aku tidak akan melakukan hal yang kau inginkan! Kau adalah pria yang sudah bertunangan dengan temanku, aku tidak mungkin mengkhianati…"Aslan melepaskan genggaman tangannya, lalu ia menyodorkan ponsel yang masih menampilkan adegan mesum Mulan dengan Akbar. Didalam video, keduanya terlihat sedang melakukan hubungan layaknya suami istri.Saat akan mengambil ponsel, Mulan kalah cepat dengan pergerakan tangan Aslan. "Kau akan tahu akibatnya, jika menolak tawaranku in