Langit siang ini nampak begitu gelap. Seperti mengerti perasaanku yang telah mati rasa oleh sikap Mas Akbar yang kembali meninggalkan diriku dalam kesendirian. Tidak mendapatkan apa yang Ia mau membuatnya bergegas meninggalkan rumah. Ya, apa lagi kalau tidak menyalurkan hasratnya pada istri keduanya itu.Kepergian Mas Akbar membuatku merasa harus bertindak cepat. Segera aku mengambil kunci mobil dan pergi meninggalkan rumah untuk memastikan perkataan Paman Hamzah. Saat sudah sampai ke parkiran mobil Hotel, segera aku bergegas untuk menuju ruangan Paman Hamzah. Namun, sebelum itu terjadi, aku bertemu dengan Abian di lobi hotel."Apa yang kau lakukan disini?""Aku ingin menemui paman Hamzah." "Lebih baik kau urungkan niatmu itu sebelum terlambat. Karena saat aku meninggalkan ruangan paman Hamzah, ada dua orang yang sedang berbincang-bincang dengan Paman Hamzah."Keningku berkerut mendengar ucapan Abian."Sudahlah, aku buru-buru!"Saat aku melewati tubuh Abian, pria itu menahan tubuhku
"Ini kali kedua dirimu menuduhku berselingkuh, Mas. Apa karena kau menemui diriku sedang makan berdua dengan Abian, jadi kau terus saja mengatakan hal itu. Apa kau tidak berkaca pada dirimu sendiri? Kalau kau bisa menuduh diriku berselingkuh, akupun bisa melakukan hal itu."Mas Akbar berdiri dari tempat duduknya. Pria berbadan tegap itu Berjalan mendekati diriku."Maksudmu?""Jangan-jangan kau berselingkuh dibelakangku, Mas. Biasanya, orang yang suka menuduh adalah pelaku utamanya." Jawabku sambil terus tersenyum memandang wajah Mas Akbar.Pria dihadapanku ini terlihat beberapa kali menggaruk kepala yang aku yakin tidak gatal sama sekali."Bicaramu ngawur, Mawar!"Mas Akbar tak banyak bicara. Pria itu segeralah meninggalkan diriku dan kembali duduk di sofa sambil menonton televisi.Aku hanya dapat menghembuskan nafas lega, karena sepertinya Mas Akbar tidak memperpanjang masalah. Walaupun sebenarnya hatiku terasa sakit dengan tuduhan perselingkuhan yang ia katakan padaku. Bisa-bisanya
Mulan mendadak terdiam mendengar ucapan yang baru saja terlontar dari bibir tipis pria dihadapannya ini. Ia berusaha untuk melepaskan diri dari genggaman tangan Aslan, namun pria itu semakin kuat genggamannya."Jadilah wanitaku.""Apa?!""Kau bisa menjadi ratu di dua tempat berbeda. Aku jamin, kau akan merasakan deretan kenikmatan yang luar biasa jika menerima tawaranku ini."Mulan menggelengkan kepalanya berulang kali, wanita itu amat terkejut mendengar tawaran gila yang dilakukan oleh Aslan, tunangan dari temannya."Tidak, aku tidak akan melakukan hal yang kau inginkan! Kau adalah pria yang sudah bertunangan dengan temanku, aku tidak mungkin mengkhianati…"Aslan melepaskan genggaman tangannya, lalu ia menyodorkan ponsel yang masih menampilkan adegan mesum Mulan dengan Akbar. Didalam video, keduanya terlihat sedang melakukan hubungan layaknya suami istri.Saat akan mengambil ponsel, Mulan kalah cepat dengan pergerakan tangan Aslan. "Kau akan tahu akibatnya, jika menolak tawaranku in
"Apa yang kau lakukan?!" teriak Mulan tak terima dengan perlakuanku.Saat tangan Mulan hendak melayangkan tamparan pada wajahku, dengan cepat Mas Akbar menghalangi telapak tangan Mulan agar tidak dapat menjangkau wajahku."Jangan kurang ajar!" sentak Mas Akbar. Dibalik masker yang kukenakan, aku dapat dengan leluasa tersenyum melihat pemandangan indah ini.Mulan terlihat begitu terkejut dengan bentakan nyaring dari mulut Mas Akbar. Mungkin karena terbiasa diperlakukan seperti putri, Mulan jadi terlihat sangat terkejut mendapati bahwa Mas Akbar dapat dengan sadar membentaknya dihadapan orang banyak."Maaf ya mas, aku hanya takut jika dia berusaha untuk merayumu. Zaman sekarang, banyak orang yang suka menghalalkan segala cara agar memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satunya dengan menjadi pelakor, alias perebut suami orang." Sindirku sambil sesekali mengusap lembut lengan Mas Akbar sambil bersandar pada lengan kokoh suamiku, Membuat suasana hati Mulan semakin terasa tercubit sakit saja.
"Aku hanya bercanda Mas, kenapa kau jadi serius begitu?"Mas Akbar kembali fokus pada jalanan. Dari raut wajahnya, nampak jelas dirinya dalam keadaan tidak baik-baik saja. Pertengkaran yang baru saja terjadi antara aku dan Mulan pasti membuat Mas Akbar semakin overprotektif terhadap Mulan .bisa jadi wanita itu tidak diperbolehkan untuk keluar dari rumah. Saat itulah, aku harus kembali mendekati Mulan dan kembali menghasutnya agar hubungan keduanya semakin merenggang dan tentunya terjadi konflik terus menerus. Akan aku ciptakan neraka dunia dalam hubungan keduanya.Saat Mobil telah berhenti tepat di depan pagar rumah, aku segera turun dari mobil."Sayang, aku ada urusan sebentar. Tidak masalah bukan, kalau aku tinggal sebentar?" Ucap Mas Akbar tampak turun dari mobil. Pria itu meminta izin padaku. Aku hanya mengangguk mengiyakan pertanyaannya, karena tanpa diberitahu aku sudah paham tujuannya adalah menemui Mulan. Dan pastinya, sebuah pertengkaran akan tercipta dan bisa jadi, dari pert
Aku memilih untuk tidak masuk ke rumah. Saat ini Rasanya rumah bukanlah tempat ternyaman yang harus aku prioritaskan. Memilih menikmati pemandangan jalanan yang terasa begitu menyejukkan hati adalah pilihan kedua."Jadi, ke pantai Nona?" tanya sopir Grab dengan sikap ramahnya"Iya, pantai Lamaru Pak!" jawabku sambil menurunkan kaca jendela Mobil agar bisa menikmati angin serta pemandangan kota yang masih terlihat begitu asri dengan pepohonan yang tumbuh di pinggiran jalan."Matikan saja AC-nya pak, saya ingin menikmati angin.""Baik, Nona. Lagi pula kota kita ini masih banyak ditumbuhi pohon-pohon. Jadi, untuk kualitas udara sejuknya Kota Balikpapan masih terbilang bagus," Komentar sang Sopir taksi.aku hanya mengangguk mengiyakan dan kembali memandang ke luar jendela.Sesampainya di Pantai, aku segera berlari menuju ke arah bibir pantai. Bermain dengan ombak yang menggelitik kakiku yang sudah basah oleh air. Suasana hatiku terasa begitu menikmati momen indah ini. Karena sejujurnya, P
"Apa maksudmu dengan mengatakan bahwa aku ini brengsek Mas? Setelah kau menikmati keindahan tubuhku kau akan pergi begitu saja, hah?!" teriak Mulan marah tak terima dengan perlakuan Akbar. Pria itu masih saja terus memandang wajah Mulan yang terlihat memerah karena emosi yang meluap-luap."Kau pantas untuk itu. Karena pada dasarnya, kau adalah istri pemuas kebutuhan seksualku saat aku tak mendapatkan itu semua dari Istriku,""Pemuasmu? Jadi aku sebatas itu Mas!" Mulan hampir saja akan menampar wajah Akbar. Namun, ia teringat bahwa tak ada satu manusia pun yang mau menanggung biaya hidupnya selain Akbar."Kau akan menampar wajahku, ayo coba saja!" tantang pria yang masih dalam keadaan setengah telanjang itu. Bagian bawahnya masih polos belum sempat ia mengenakan celananya karena tubuhnya ditarik kebelakang oleh Mulan.Mulan menurunkan tangan yang sudah mengudara siap untuk menampar pipi Akbar. Mulan hampir saja menangis, tapi ia berusaha sekuat tenaga agar tak menunjukkan sifat lemahn
Saat diriku ingin melangkah mundur menghindari sesosok bayangan hitam di hadapannya, tubuhku ditarik masuk lebih dalam lagi. Dalam keadaan panik dan histeris karena merasa sangat takut, tiba-tiba saja lampu rumah menyala."Lepaskan atau aku pastikan peluru ini menembus kepalamu!" Walau aku tak melihat wajah orang yang mengatakannya, tapi aku yakin itu adalah Abian. Pria itu tidak meninggalkan diriku sendiri.Saat menatap kedepan, aku dapat melihat pria dihadapanku ini memakai penutup kepala agar wajahnya tidak dikenali.Belum sempat aku berkata-kata, aku dapat merasakan tangan pria itu melingkar di leherku dengan sebilah pisau yang siap menusuk leherku. "Jangan sampai kau melihat darah keluar dari leher wanita ini. Aku hanya ingin mengambil beberapa perhiasan untuk menebus anakku di rumah sakit.""Jadi yang kau inginkan adalah uang?" Abian mencoba untuk bernegosiasi."Ya, aku butuh uang! Jadi cepat berikan aku uang atau aku habisi wanita ini!" ancamannya membuat bulu kudukku berdiri.
Perasaanku saat ini sedang dalam keadaan kurang nyaman. Setelah Abian pamit akan melakukan sesuatu yang berkaitan dengan keluarga Akbar, entah mengapa perasaan ini tak menentu."Belum ada kabar?" tanya Mama yang saat ini duduk di sebelahku.aku menggeleng sambil terus mencoba untuk menghubungi nomer telpon Abian."Sebentar lagi juga Abian memberi kabar. Jangan terlalu mengkhawatirkan keadaan ini. Polisi juga sudah memiliki bukti yang cukup kuat untuk menangkap Sandoro." Papa memotong pembicaraan kami. Pria paruh baya itu terlihat asyik menikmati teh hangat dan pisang goreng buatan Mama."Tapi, Pa…tidak biasanya Abian bersikap seperti ini." Jawabku sambil memaksakan senyum."Coba cek ponselmu, siapa tahu saja sudah ada berita penangkapan Sandoro."Aku menuruti kemauan Papa dan melihat berita terbaru yang menyuguhkan video penangkapan Sandoro.Mama yang melihat ekspresi wajahku menyimpulkan sesuatu dan segera menyalakan layar televisi. "Benar dugaan Papa," lirih Mama sambil mengelus lem
Dunia Akbar runtuh dalam hitungan detik. Kedua matanya masih menatap tak percaya dua tubuh yang tanpa busana saat ini saling melekat dan berkeringat bersama menapaki gairah cinta yang tiada tara.Tak ada yang bersuara, semuanya tenggelam dalam pikiran masing-masing."Mas Akbar…" lirih Mulan, dengan linangan air mata yang membasahi pipinya.Akbar ambruk begitu saja, tubuhnya terasa begitu lemah. Kalau dimasa lalu, Ia menyakiti Hati Mawar dengan menyetubuhi wanita lain, kini Akbar harus menanggung beban derita yang entah bisa disembuhkan atau tidak selama sisa umurnya, karena melihat dengan jelas tubuh istrinya kini disetubuhi oleh Ayahnya sendiri."Akbar!" teriak Sania panik melihat anaknya jatuh terduduk di lantai.Sania hanya mampu memeluk tubuh Akbar sambil menangis menjerit pilu, merasakan rasa sakit yang akan Akbar tanggung seumur hidupnya."Apa ini, Bu? Kenapa nasibku Seperti ini? Aku memiliki ayah monster dan wanita yang…" tangisnya pecah. Pria tegap itu menangis dalam pelukan Sa
Dengan perasaan yang kacau, Akbar memutuskan untuk menemui orang tuanya yang saat ini berada di rumah. Ingatannya kembali pada saat pertama kalinya Ia bertemu dengan Mulan yang saat itu sedang diTawan oleh beberapa Orang yang mengaku telah membayar mahal gadis desa itu. Tidak ada kecurigaan sama sekali. Ia benar-benar merasa iba atas hal yang terjadi pada Mulan saat itu.Sampai pada akhirnya, dirinya mulai menyadari bahwa Ia jatuh cinta pada gadis desa yang sangat berbeda sekali dengan Mawar.Mulan sangatlah lembut dan selalu membutuhkan pertolongannya. Sebagai seorang Pria, Ia merasa sangat dibutuhkan dan dihargai."Sial!" teriaknya frustasi. Mobil yang dikendarainya melaju sangat cepat agar cepat sampai ke rumah orang tuanya.Sesampainya di rumah, Akbar segera memarkir mobilnya dan berlari ke dalam rumah, mencari sosok pria yang sangat ingin ia temui."Akbar?" Sania tersenyum menatap anak semata wayangnya itu. Wajah Akbar tampak begitu merah, Seperti menahan sesuatu."Dimana Ayah, Bu
"Aku belum selesai bicara!" cegah Akbar, merasa pernyataan Abian terdengar begitu mengusik hatinya."Apa lagi yang ingin kau dengar?" Abian berbalik dan menatap wajah Akbar. Dua pria tampan itu terlihat memiliki ekspresi sama-sama dingin dan hal itu membuat suasana semakin tegang saja."Ayahmu ada di balik semua ini. Cobalah untuk berpikir, apa yang membuat kehidupan rumah tanggamu dengan Mawar berantakan. Kalau kau selalu beralasan kau berselingkuh karena perilaku seksual yang menyimpang, lalu atas dasar apa seorang wanita seperti Mulan mau tinggal dengan orang yang tak normal seperti dirimu!"Akbar sama sekali tidak menyangka, ucapan Abian begitu menusuk hati dan pikirannya. Pria itu ingin sekali menghajar habis-habisan Abian, namun Ia berusaha untuk tetap tenang dan mendengarkan alasan, mengapa Abian begitu ngotot untuk menyalahkan ayahnya."Kita sama-sama seorang Pengusaha dan memiliki banyak uang untuk mengetahui hal-hal yang ingin kita ketahui. Kalau kau tidak begitu peduli denga
"Apa yang membuatmu datang kemari?"tanyaku penasaran pada sosok yang saat ini berdiri di hadapanku.Akbar tidak menjawab, kepalanya celingukan mencari keberadaan seseorang."Apa yang sebenarnya kau inginkan, Akbar? Lebih baik kau pulang saja."Saat hendak melewati tubuh Akbar, pria itu mencekal lenganku, membuatku terpaksa menghentikan langkah kaki dan kembali memandang wajahnya."Aku ingin kita memulai sebuah lembaran baru. Mulan Seperti hilang ditelan bumi. Wanita itu meninggalkan diriku begitu saja." Ucapnya sambil tersenyum menatap wajahku.Aku segera menepis tangan Akbar, dadaku bergemuruh menahan diri agar tidak mengucapkan kata-kata kasar. Aku tidak ingin pengunjung Restoran terganggu dengan kemarahanku.Tak ingin berlama-lama, aku bergegas meninggalkan Akbar. Berjalan keluar Restoran."Mawar, tunggu!"tak kusangka, Akbar masih saja mengejarku sampai ke tempat parkir."Apa sih yang kau inginkan!" sentakku dengan perasaan kesal setengah mati melihat polah tingkah Akbar yang kekan
Bab 172Luka dalam hati selamanya akan menjadi sesuatu yang tidak pasti, jika tidak terobati dengan baik. Semuanya akan terasa indah jika bisa menyikapi hal itu dengan baik.Seperti halnya dengan diriku, tiga buka pasca perceraianku dengan Akbar, hati ini seperti tanaman yang baru saja tumbuh dan akan memulai sebuah perjalanan yang panjang.Akbar?Terakhir kali aku mendengar kabarnya. Pria itu masih mencari keberadaan Mulan, istri keduanya yang sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya. Setiap kali otakku kembali membayangkan masa lalu itu, bukan hanya rasa sakit, melainkan rasa kasihan.Kami bertiga memiliki alasan untuk menjadi korban. Ya, korban ketidakadilan atas keegoisan seorang Sandoro. Abian telah memiliki semua bukti yang mengarah pada mantan mertuaku itu.Pria paruh baya itu adalah alasan pertama, kenapa rumah tanggaku dan Akbar hancur berantakan. Walaupun, pada dasarnya kembali lagi pada diri sendiri akan sebuah kekuatan Cinta, yang Akbar tidak memiliki itu semua.Pria i
Aku menatap wajah pria yang kini tengah menatap wajahku dengan sorot mata penuh harap. Wajah tampannya yang terlihat dingin seperti hilang ditelan bumi saat berhadapan dengan diriku. Cintanya bagaikan sebuah air yang terus mengalir membasahi seluruh isi hatiku."Mawar?" kembali Abian menyadarkan diri ini untuk mendapatkan jawaban yang diinginkannya."Apakah harus secepat ini?" aku mencoba untuk mengulur waktu yang ada. Bukan bermaksud untuk menyakiti hati Abian, hanya saja aku merasa masalahku dengan Akbar belum selesai sepenuhnya. Lagipula, Masa iddahku belum sepenuhnya selesai.Abian terlihat tersenyum. Lebih tepatnya memaksakan senyumannya.Merasa tidak nyaman, aku memalingkan wajah ke arah lain. Berlama-lama bertatap muka langsung dengan Abian membuat kesehatan jantungku berdegup kencang sekali."Baiklah, ayo aku antar pulang." Abian mengalihkan pembicaraan dan lebih memilih untuk membuat diriku merasa nyaman berada di dekatnya.***Mulan meremas ujung roknya, menyalurkan rasa tid
"Lagi pula, istrimu itu Mulan bukan Mawar! Pikiranmu Mulan, tapi mulutmu menyebut nama Mawar. Akbar, cobalah untuk mengerti dan pahami hal-hal yang akhir-akhir ini terjadi."Akbar menghempaskan tubuhnya pada Sofa empuk dan menyandarkan tubuhnya. Pikirannya benar-benar kacau. Mendapatkan kabar bahwa Ia telah resmi bercerai dalam kondisi kehilangan Mulan, membuat otaknya terasa begitu berat untuk berpikir."Kenapa tidak bertanya pada ayahmu?" Sania menatap wajah Akbar dan berusaha untuk meyakinkan anak semata wayangnya itu untuk dapat melihat sebuah kenyataan bahwa Ayahnya selama ini telah mempermainkan kehidupannya secara tidak langsung."Apa hubungannya dengan Ayah?" Akbar menegakkan tubuhnya dan menatap wajah Ibunya itu.Sania memutar bola matanya, malas untuk berdebat tentang persoalan yang sebenarnya sepele tapi begitu memuakkan untuk dibahas."Ibu, tolong katakan yang sebenarnya terjadi. Aku benar-benar tak paham atas semua yang terjadi.""Apa ingatanmu sudah tidak bekerja dengan b
Perlahan Abian melepaskan pelukannya dan memutar tubuhku agar berhadapan dengannya. Pria itu nampak begitu serius menatap wajahku dengan sorot mata yang tak dapat aku artikan."Aku akan menikah Mawar, apa kau mendengarnya?" sederet kalimat itu kembali mencuat keluar dari mulut Abian, menyisakan sedikit rasa perih di hatiku. Aku belum dapat mengetahui isi hatiku sebenarnya, namun akhir-akhir ini memang wajah Abian selalu berada dalam pikiranku."Mawar," sekali lagi. Pria itu terlihat begitu putus asa dengan kediamanku. "Abian, aku tahu selama beberapa tahun terakhir kau mencintaiku. Tapi, ini salah. Kau akan menikahi gadis itu. Jadi, tak lantas jika kau mengatakan bahwa kau mencintaiku." Jawabku tanpa berani memandang wajah Abian. Kepalaku tertunduk sambil sesekali mengusap keringat di keningku.Tangan Abian meraih tanganku, menggenggamnya begitu erat."Kaulah segalanya Mawar, orang yang akan aku nikahi adalah dirimu."Kepalaku mendongak menatap wajah Abian. "Apa maksudmu?""Orang yan