Aku terus saja menggedor pintu kamar untuk mendapatkan simpati dari Mama atau Papa. Jika terus berada di dalam kamar, bagaimana aku bisa berbicara dengan Papa? Lagi pula, apa salahku sampai-sampai harus dihukum Seperti ini. Aku bukanlah anak kecil yang melakukan kesalahan dan harus berdiam diri di kamar. "MA, PA! Buka pintunya!" teriakku sambil terus menggedor pintu dan berharap ada tanggapan dari kedua orang tuaku itu.Karena tak ada tanggapan, aku memutuskan untuk kembali duduk di tepi ranjang sambil memikirkan cara agar bisa keluar dari kamar.Saat akan kembali menggedor pintu kamar, ponselku berdering pertanda ada seseorang yang meneleponku.Saat memeriksa ponsel, ternyata Abian yang saat ini sedang menelponku."Hallo, assalamualaikum. Apa sebenarnya rencanamu dengan papa?" aku sudah tidak memikirkan asas kesopanan. Tidak peduli jika Abian merasa tersinggung dengan ucapanku bahwa diriku telah bersekongkol dengan Papa mengurungku di dalam kamar.'Apa maksud ucapanmu, Mawar? Aku ti
Matahari bersinar terang, pertanda langit malam telah menghilang tergantikan oleh eksotisnya keindahan sang penerang siang.Dan dengan semangat pagi ini, Aku memilih untuk menggunakan gamis berwarna peach dengan dipadukan hijab berwarna hitam. Aku menatap wajahku pada kaca rias, memperhatikan wajah cantik yang aku miliki. Jika diperhatikan, wajahku dan Mulan sangatlah berbeda. Wanita itu memiliki kulit kecoklatan, berbeda dengan diriku yang putih. Mungkin itu penyebabnya, Mas Akbar lebih memilih meninggalkan diriku dan memilih wanita lain untuk melahirkan anaknya.Sempat merasa kecil dengan kenyataan yang aku rasakan, kembali aku mengingat bahwa Mulan seringkali memakai lipstik merah menyala.Dengan perasaan ragu, aku mengambil warna lipstik merah dan mengoleskan lipstik merah itu pada bibirku.***Aku dapat merasakan tatapan aneh yang dilayangkan pada diriku. Mama dan Papa tampak begitu terkejut dengan perubahan wajahku."Apa kau tidak salah memilih warna lipstik?" tanya Mama yang ma
Mulan merasakan pukulan mendarat di hatinya. Lagi-lagi Akbar telah mengatakan sesuatu yang membuat hatinya sakit tak tertahankan. Walaupun ia menginginkan posisi Mawar, bukan berarti dirinya akan melakukan hal-hal diluar batas dengan menyebar video panasnya bersama Akbar di hadapan orang banyak."Ya, aku memang ingin sekali memiliki posisi Mawar. Menjadi satu-satunya istri seorang Akbar Sandoro. Tapi, apa yang aku dapatkan? Tidak ada. Kalaupun akulah pelakunya, coba lihat diriku sekarang. Apakah aku mendapatkan posisi Mawar?"Akbar memijat kepalanya, ia merasa sangat kesal dengan Jawaban yang diberikan Mawar. Tapi disisi lain, tidak mungkin Mawar melakukan ini semua. Mulan kembali mendekatkan dirinya pada Akbar, mencoba untuk kembali merayu suaminya itu."Jangan berani-berani mendekati atau menyentuh diriku!" ancam Akbar saat menyadari Mulan telah duduk di sampingnya.Wanita itu tersenyum miring menanggapi perkataan Akbar. Ia melirik sekilas bagian tengah kedua Paha Akbar yang terlih
Perjalanan menuju ke Restoran terasa begitu lama. Berada dalam keadaan bersama dengan Abian terlalu lama membuat suasana menjadi kurang nyaman. Saat Mobil telah hampir sampai pada tempat yang kami tuju, ponselku kembali berdering pertanda bahwa ada seseorang yang mencoba menghubungi nomor telponku.Saat melihat layar ponsel, ternyata orang tersebut tak lain adalah Mas Akbar. Tanpa berpikir panjang, aku menjawab telpon."Hallo, assalamualaikum…" walaupun berat, salam tetap aku ucapkan.'Waalaikumsalam, sayang. Akhirnya aku bisa mendengar suaramu lagi. Mawar, percayalah padaku. Orang yang di dalam video itu bukanlah diriku.'"Jadi, kau menyangkalnya?"Hening sejenak.'Iya, itu bukan aku. Ada orang yang sengaja menyabotase pesta kita. Percayalah padaku.'Aku tersenyum masam mendengar jawaban Mas Akbar. Dalam situasi seperti ini, masih saja dirinya menyangkal kebenarannya."Sudahlah Mas, kita akan bertemu di pengadilan. Aku sudah mengajukan permohonan gugatan perceraian. Aku harap kau dap
'Apa yang saat ini anda rencanakan?''Apakah anda akan bercerai?''Bagaimana jika dalam video tersebut bukanlah Akbar?''Apakah anda memiliki hubungan dengan Abian?''Kapan anda akan mengajukan gugatan perceraian?''Apakah anda siap menjadi seorang janda?''Siapakah wanita dalam video itu?''Apakah benar anda tidak dapat memberikan anak, dan itulah penyebabnya Akbar berselingkuh?'Aku sama sekali tak memperdulikan rentetan pertanyaan tersebut. Abian membawa tubuhku menerobos para wartawan yang berada di luar. Kami masuk ke dalam restoran yang saat ini telah resmi dibuka.Walaupun sudah resmi dibuka, tetapi Abian memutuskan untuk memberikan sampel makanan gratis untuk para pengunjung pertama yang dibatasi sampai lima puluh orang saja."Perkenalkan, ini adalah Bu Mawar. Pemilik restoran ini."Aku menatap wajah pria yang saat ini berdiri di sebelahku."Abian, aku…""Perkenalkan dirimu."Aku tergagap, dan itu membuat diriku sedikit malu di hadapan para karyawan restoran yang telah direkru
Akbar mendesah lega saat menyadari Mulan masih bisa membuka kedua matanya."Cukup Bu, Mulan adalah masalahku.""Jadi?""Ibu jangan ikut campur dan…""Jangan ikut campur! Kau ini pria yang sangat bodoh, Akbar! Bisa-bisanya kau tertipu muslihat wanita iblis ini."Akbar menarik rambutnya, frustasi dengan keadaan ini. "Apa kau sudah melupakan masalahmu dengan Mawar?""Bu, kau tahu kebenarannya. Dulu, sewaktu kalian menjodohkan aku dengan Mawar. Tak sedikitpun rasa cinta itu muncul. Aku hanya menganggap Mawar sebagai seorang wanita berkelas dan sempurna yang layak dijadikan istri. Aku juga butuh Wanita Seperti Mulan. Dia sangat membutuhkan diriku, tidak seperti Mawar yang selalu bisa mengerjakan semuanya tanpa bantuanku. Aku…""Berhenti mengatakan hal yang akan membuatmu menyesal. Walaupun Mama bisa menerima Nathan sebagai keluarga Sandoro, tetap saja. Wanita itu pengecualian."Sania melenggang pergi tanpa menoleh sedikitpun pada Mulan yang terlihat merintih kesakitan.Segera setelah Sani
"Apa maksud Ibu mengatakan hal seperti itu? Jangan mengatakan hal-hal yang membuatku marah, Bu. Sampai detik ini, aku masih menghormati dirimu sebagaimana aku menghormati Mama. Jadi, tolong jangan membuatku tidak menyukai…""Dengarkan Ibu, Mawar.""Ibu yang seharusnya mendengarkan diriku." Aku melangkahkan kakiku menuju ke arah Ibu duduk."Apa ibui ingat, hari dimana Ibu dan Ayah datang dan mengatakan bahwa kalian telah mengetahui bahwa Mas Akbar berselingkuh. Ayah dan Ibu, saat itu kalian mendukungku. Tapi, entah mengapa. Kenapa kalian jadi berbalik menyerangku dan menyembunyikan fakta tersebut." Aku memilih duduk di sofa yang langsung berhadapan dengan Ibu, sehingga kami dapat saling pandang satu sama lain."Ibu sama sekali tidak menyerangmu. Seandainya kau bisa lebih bersabar lagi, Ibu memiliki sebuah rencana matang untuk menyingkirkan itu. Tapi, sayangnya sudah terlambat. Video itu memperkeruh keadaan."Aku menatap ke arah bayi yang saat ini terlihat tidur dengan nyenyak di pangku
Kekecewaan adalah hal yang menguras energi. Walaupun sebenarnya aku sudah tidak ingin lagi berurusan dengan keluarga Akbar, kali ini aku tak dapat menghindar. Terlebih Ibu Mertuaku mendapatkan angin segar dari Abian.Wanita itu masih setia duduk di sofa dan entah apa yang ada dalam pikirannya. Setelah penolakanku, wajahnya terlihat begitu sedih. Tapi aku menepis itu semua karena diriku, melainkan dirinya memikirkan bagaimana nasib keluarga dan bisnisnya yang telah tercoreng oleh video panas Akbar."Apa kau kecewa dengan Ibu, Mawar?"mataku meneliti raut wajah wanita di hadapanku ini. Pertanyaan yang Ia katakan membuatku merasa kesal dan ingin langsung mengusirnya dari sini. Tapi, itu hanyalah angan belaka. Tidak mungkin aku bersikap kurang ajar seperti itu."Ibu mengerti maksud pertanyaan yang ibu lontarkan. Tidak ada wanita yang mau diselingkuhi oleh suaminya sendiri."Sania tersenyum, namun sarat akan kesedihan."Berarti aku adalah wanita terhormat yang mau dijadikan istri oleh pria
Perasaanku saat ini sedang dalam keadaan kurang nyaman. Setelah Abian pamit akan melakukan sesuatu yang berkaitan dengan keluarga Akbar, entah mengapa perasaan ini tak menentu."Belum ada kabar?" tanya Mama yang saat ini duduk di sebelahku.aku menggeleng sambil terus mencoba untuk menghubungi nomer telpon Abian."Sebentar lagi juga Abian memberi kabar. Jangan terlalu mengkhawatirkan keadaan ini. Polisi juga sudah memiliki bukti yang cukup kuat untuk menangkap Sandoro." Papa memotong pembicaraan kami. Pria paruh baya itu terlihat asyik menikmati teh hangat dan pisang goreng buatan Mama."Tapi, Pa…tidak biasanya Abian bersikap seperti ini." Jawabku sambil memaksakan senyum."Coba cek ponselmu, siapa tahu saja sudah ada berita penangkapan Sandoro."Aku menuruti kemauan Papa dan melihat berita terbaru yang menyuguhkan video penangkapan Sandoro.Mama yang melihat ekspresi wajahku menyimpulkan sesuatu dan segera menyalakan layar televisi. "Benar dugaan Papa," lirih Mama sambil mengelus lem
Dunia Akbar runtuh dalam hitungan detik. Kedua matanya masih menatap tak percaya dua tubuh yang tanpa busana saat ini saling melekat dan berkeringat bersama menapaki gairah cinta yang tiada tara.Tak ada yang bersuara, semuanya tenggelam dalam pikiran masing-masing."Mas Akbar…" lirih Mulan, dengan linangan air mata yang membasahi pipinya.Akbar ambruk begitu saja, tubuhnya terasa begitu lemah. Kalau dimasa lalu, Ia menyakiti Hati Mawar dengan menyetubuhi wanita lain, kini Akbar harus menanggung beban derita yang entah bisa disembuhkan atau tidak selama sisa umurnya, karena melihat dengan jelas tubuh istrinya kini disetubuhi oleh Ayahnya sendiri."Akbar!" teriak Sania panik melihat anaknya jatuh terduduk di lantai.Sania hanya mampu memeluk tubuh Akbar sambil menangis menjerit pilu, merasakan rasa sakit yang akan Akbar tanggung seumur hidupnya."Apa ini, Bu? Kenapa nasibku Seperti ini? Aku memiliki ayah monster dan wanita yang…" tangisnya pecah. Pria tegap itu menangis dalam pelukan Sa
Dengan perasaan yang kacau, Akbar memutuskan untuk menemui orang tuanya yang saat ini berada di rumah. Ingatannya kembali pada saat pertama kalinya Ia bertemu dengan Mulan yang saat itu sedang diTawan oleh beberapa Orang yang mengaku telah membayar mahal gadis desa itu. Tidak ada kecurigaan sama sekali. Ia benar-benar merasa iba atas hal yang terjadi pada Mulan saat itu.Sampai pada akhirnya, dirinya mulai menyadari bahwa Ia jatuh cinta pada gadis desa yang sangat berbeda sekali dengan Mawar.Mulan sangatlah lembut dan selalu membutuhkan pertolongannya. Sebagai seorang Pria, Ia merasa sangat dibutuhkan dan dihargai."Sial!" teriaknya frustasi. Mobil yang dikendarainya melaju sangat cepat agar cepat sampai ke rumah orang tuanya.Sesampainya di rumah, Akbar segera memarkir mobilnya dan berlari ke dalam rumah, mencari sosok pria yang sangat ingin ia temui."Akbar?" Sania tersenyum menatap anak semata wayangnya itu. Wajah Akbar tampak begitu merah, Seperti menahan sesuatu."Dimana Ayah, Bu
"Aku belum selesai bicara!" cegah Akbar, merasa pernyataan Abian terdengar begitu mengusik hatinya."Apa lagi yang ingin kau dengar?" Abian berbalik dan menatap wajah Akbar. Dua pria tampan itu terlihat memiliki ekspresi sama-sama dingin dan hal itu membuat suasana semakin tegang saja."Ayahmu ada di balik semua ini. Cobalah untuk berpikir, apa yang membuat kehidupan rumah tanggamu dengan Mawar berantakan. Kalau kau selalu beralasan kau berselingkuh karena perilaku seksual yang menyimpang, lalu atas dasar apa seorang wanita seperti Mulan mau tinggal dengan orang yang tak normal seperti dirimu!"Akbar sama sekali tidak menyangka, ucapan Abian begitu menusuk hati dan pikirannya. Pria itu ingin sekali menghajar habis-habisan Abian, namun Ia berusaha untuk tetap tenang dan mendengarkan alasan, mengapa Abian begitu ngotot untuk menyalahkan ayahnya."Kita sama-sama seorang Pengusaha dan memiliki banyak uang untuk mengetahui hal-hal yang ingin kita ketahui. Kalau kau tidak begitu peduli denga
"Apa yang membuatmu datang kemari?"tanyaku penasaran pada sosok yang saat ini berdiri di hadapanku.Akbar tidak menjawab, kepalanya celingukan mencari keberadaan seseorang."Apa yang sebenarnya kau inginkan, Akbar? Lebih baik kau pulang saja."Saat hendak melewati tubuh Akbar, pria itu mencekal lenganku, membuatku terpaksa menghentikan langkah kaki dan kembali memandang wajahnya."Aku ingin kita memulai sebuah lembaran baru. Mulan Seperti hilang ditelan bumi. Wanita itu meninggalkan diriku begitu saja." Ucapnya sambil tersenyum menatap wajahku.Aku segera menepis tangan Akbar, dadaku bergemuruh menahan diri agar tidak mengucapkan kata-kata kasar. Aku tidak ingin pengunjung Restoran terganggu dengan kemarahanku.Tak ingin berlama-lama, aku bergegas meninggalkan Akbar. Berjalan keluar Restoran."Mawar, tunggu!"tak kusangka, Akbar masih saja mengejarku sampai ke tempat parkir."Apa sih yang kau inginkan!" sentakku dengan perasaan kesal setengah mati melihat polah tingkah Akbar yang kekan
Bab 172Luka dalam hati selamanya akan menjadi sesuatu yang tidak pasti, jika tidak terobati dengan baik. Semuanya akan terasa indah jika bisa menyikapi hal itu dengan baik.Seperti halnya dengan diriku, tiga buka pasca perceraianku dengan Akbar, hati ini seperti tanaman yang baru saja tumbuh dan akan memulai sebuah perjalanan yang panjang.Akbar?Terakhir kali aku mendengar kabarnya. Pria itu masih mencari keberadaan Mulan, istri keduanya yang sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya. Setiap kali otakku kembali membayangkan masa lalu itu, bukan hanya rasa sakit, melainkan rasa kasihan.Kami bertiga memiliki alasan untuk menjadi korban. Ya, korban ketidakadilan atas keegoisan seorang Sandoro. Abian telah memiliki semua bukti yang mengarah pada mantan mertuaku itu.Pria paruh baya itu adalah alasan pertama, kenapa rumah tanggaku dan Akbar hancur berantakan. Walaupun, pada dasarnya kembali lagi pada diri sendiri akan sebuah kekuatan Cinta, yang Akbar tidak memiliki itu semua.Pria i
Aku menatap wajah pria yang kini tengah menatap wajahku dengan sorot mata penuh harap. Wajah tampannya yang terlihat dingin seperti hilang ditelan bumi saat berhadapan dengan diriku. Cintanya bagaikan sebuah air yang terus mengalir membasahi seluruh isi hatiku."Mawar?" kembali Abian menyadarkan diri ini untuk mendapatkan jawaban yang diinginkannya."Apakah harus secepat ini?" aku mencoba untuk mengulur waktu yang ada. Bukan bermaksud untuk menyakiti hati Abian, hanya saja aku merasa masalahku dengan Akbar belum selesai sepenuhnya. Lagipula, Masa iddahku belum sepenuhnya selesai.Abian terlihat tersenyum. Lebih tepatnya memaksakan senyumannya.Merasa tidak nyaman, aku memalingkan wajah ke arah lain. Berlama-lama bertatap muka langsung dengan Abian membuat kesehatan jantungku berdegup kencang sekali."Baiklah, ayo aku antar pulang." Abian mengalihkan pembicaraan dan lebih memilih untuk membuat diriku merasa nyaman berada di dekatnya.***Mulan meremas ujung roknya, menyalurkan rasa tid
"Lagi pula, istrimu itu Mulan bukan Mawar! Pikiranmu Mulan, tapi mulutmu menyebut nama Mawar. Akbar, cobalah untuk mengerti dan pahami hal-hal yang akhir-akhir ini terjadi."Akbar menghempaskan tubuhnya pada Sofa empuk dan menyandarkan tubuhnya. Pikirannya benar-benar kacau. Mendapatkan kabar bahwa Ia telah resmi bercerai dalam kondisi kehilangan Mulan, membuat otaknya terasa begitu berat untuk berpikir."Kenapa tidak bertanya pada ayahmu?" Sania menatap wajah Akbar dan berusaha untuk meyakinkan anak semata wayangnya itu untuk dapat melihat sebuah kenyataan bahwa Ayahnya selama ini telah mempermainkan kehidupannya secara tidak langsung."Apa hubungannya dengan Ayah?" Akbar menegakkan tubuhnya dan menatap wajah Ibunya itu.Sania memutar bola matanya, malas untuk berdebat tentang persoalan yang sebenarnya sepele tapi begitu memuakkan untuk dibahas."Ibu, tolong katakan yang sebenarnya terjadi. Aku benar-benar tak paham atas semua yang terjadi.""Apa ingatanmu sudah tidak bekerja dengan b
Perlahan Abian melepaskan pelukannya dan memutar tubuhku agar berhadapan dengannya. Pria itu nampak begitu serius menatap wajahku dengan sorot mata yang tak dapat aku artikan."Aku akan menikah Mawar, apa kau mendengarnya?" sederet kalimat itu kembali mencuat keluar dari mulut Abian, menyisakan sedikit rasa perih di hatiku. Aku belum dapat mengetahui isi hatiku sebenarnya, namun akhir-akhir ini memang wajah Abian selalu berada dalam pikiranku."Mawar," sekali lagi. Pria itu terlihat begitu putus asa dengan kediamanku. "Abian, aku tahu selama beberapa tahun terakhir kau mencintaiku. Tapi, ini salah. Kau akan menikahi gadis itu. Jadi, tak lantas jika kau mengatakan bahwa kau mencintaiku." Jawabku tanpa berani memandang wajah Abian. Kepalaku tertunduk sambil sesekali mengusap keringat di keningku.Tangan Abian meraih tanganku, menggenggamnya begitu erat."Kaulah segalanya Mawar, orang yang akan aku nikahi adalah dirimu."Kepalaku mendongak menatap wajah Abian. "Apa maksudmu?""Orang yan