Aku Akan Memberimu Anak

Sera menatap tempat tidur yang biasa ditempati oleh putranya, sekarang tidak akan ada lagi Febian yang terbaring di atas tempat tidur itu. Putranya telah beristirahat di tempat sesungguhnya, Sera berusaha untuk ikhlas walaupun sangat sulit untuk melakukan semua itu.

"Sera," panggil Reno. 

Sera menoleh, melihat ke arah suaminya yang kini sedang berdiri di ambang pintu seraya menatap dirinya.

"Ada apa Mas?" tanya Sera acuh.

"Aku mau bicara sebentar denganmu," jawab Reno, dia mendekat lalu duduk di samping sang istri. "Ikhlaskan kepergian Febian. Mungkin ini adalah yang terbaik untuknya. Febian sudah tenang di sana, dan aku harap kamu jangan terlalu larut dalam kesedihan. Dari atas sana Febian juga akan sangat sedih melihat ibunya juga bersedih."

Sera menoleh ke samping, melihat Reno lalu kembali menatap lurus ke arah tempat tidur Febian.

"Katakan saja apa yang sebenarnya ingin kamu sampaikan, Mas," tutur Sera, dia tahu jika ada hal lain yang ingin Reno sampaikan padanya.

Reno menghela napas panjang, sejujurnya dia tidak kuat melihat Sera bersedih seperti sekarang. Tapi, dia juga tidak bisa seperti Sera larut dalam kesedihan karena kehilangan Reno. Ada wanita lain yang membutuhkan dirinya saat ini, Andini tengah mengandung pewarisnya dan Reno harus ekstra menjaga kehamilan Andini agar wanita itu melahirkan bayi yang sehat seperti impiannya selama ini.

"Mulai malam ini Andini akan tinggal di rumah ini dan dia ingin menempati kamar utama di rumah ini," ucap Reno memberitahu istrinya tentang keinginan Andini barusan.

"Lakukan saja seperti apa yang kamu mau Mas Reno. Tapi, satu hal yang harus kamu tahu, aku tidak akan pernah setuju kamu menikahi wanita itu. Aku tidak akan pernah rela berbagi suami, jika kamu tetap nekat untuk menikahi wanita itu maka ceraikan aku Mas." Sera berkata lantang, hidupnya sekarang sudah tidak punya arah dan tujuan dia telah kehilangan segalanya dan Sera tidak ingin mempertahankan apapun yang dia miliki lagi.

Reno mengusap wajahnya dengan kasar, bagaimana mungkin dia bisa mengabulkan permintaan Sera. Andini terus mendesaknya untuk segera melangsungkan pernikahan mereka, Andini tidak mau anaknya memiliki status yang tidak jelas.

Reno pun membenarkan apa yang Andini katakan, dia juga tidak mau kelak anaknya lahir tanpa status yang jelas. Walaupun terlahir dari istri kedua, tapi anak Andini akan menjadi pewarisnya kelak.

"Maaf Sera, aku tidak bisa mengabulkan apa yang kamu inginkan. Aku akan menikahi Andini secepatnya, aku sudah menghubungi kedua orang tuaku. Mereka akan tiba beberapa hari lagi, aku harap kamu bisa ikhlas menerima apa yang terjadi di dalam rumah tangga kita." Semudah itu Reno mengucapkan semuanya, tidak tahu pria itu bagaimana hancurnya hati Sera sekarang.

Sera menoleh, kembali memandang suaminya dengan lekat. Apakah ini benar-benar akhir dari rumah tangga yang dia bina selama bertahun-tahun ini? Semuanya hancur tanpa sisa, tidak ada lagi yang bisa dipertahankan.

"Kamu mau anak kan Mas? Anak yang sehat, tidak seperti Febian yang memiliki kekurangan?" tanya Sera.

"Tentu saja Sera. Kenapa kamu masih bertanya tentang hal itu? Aku menginginkan anak yang akan menjadi pewarisku nanti," jawab Reno membalas tatapan istrinya.

"Aku akan memberikanmu anak lagi, tapi tinggalkan wanita itu Mas. Kita bisa memulai semuanya dari awal, aku akan hamil dan melahirkan anak untukmu."

Reno diam, dia hanya menatap Sera dalam diam. Ada rasa trauma di dalam hatinya ketika Sera harus hamil lagi. Reno tidak mau jika sampai Sera melahirkan Febian kedua, kehamilan Sera yang pada akhirnya akan memberikan bayi yang cacat untuknya lagi.

"Bagaimana Mas? Kamu setuju kan dengan yang aku katakan? Aku akan melupakan semua kesalahan yang telah kamu lakukan, menganggap hal itu semua tidak pernah terjadi asalkan kamu bersedia meninggalkan wanita itu demi rumah tangga kita," kata Sera lagi, dia ingin mendengarkan jawaban dari mulut Reno atas permintaannya barusan.

"Maaf Sera, aku tidak mau sampai kamu hamil lagi. Aku tidak mau kamu melahirkan anak yang cacat untuk kedua kalinya. Cukup Febian, dan aku tidak ingin memiliki Febian kedua lagi," tolak Reno dengan tegas.

Sera tersenyum getir, sesakit ini kah menjadi dirinya? Kenapa kabar bahagia justru datang di saat yang tidak tepat, seharusnya dia tidak pernah hadir di dalam hidupnya, bahkan ayahnya sendiri tidak menginginkan kehadirannya.