Beranda / Romansa / Pembalasan Istri Kampungan / Maksudnya Apa Ini, Mas?

Share

Maksudnya Apa Ini, Mas?

Penulis: Amarta Bleue
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dimas mengerjap tak percaya, sambil memegangi salah satu pipinya yang baru saja disentuh dengan begitu lembut oleh bibir indah kekasihnya.

Sungguh, ini seperti mimpi!

Tak biasanya Nara melakukan ini padanya, biasanya ia yang selalu memulai lebih dahulu. Dan ini, ini adalah sebuah peningkatan yang cukup sangat signifikan.

Kekasihnya itu tak hanya bertindak selangkah lebih agresif, akan tetapi juga sudah berhasil menutup semua rasa ragu yang pernah menggelayuti hatinya.

Nara sudah menegaskan semuanya. Ia sudah tak lagi mencintai Evan, dan sudah memberikan sepenuh hatinya pada Dimas.

Hingga sedetik kemudian, Dimas pun langsung menarik tangan Nara mendekat. Ia membuat perempuan itu terjatuh di pangkuannya, lalu menyambar dengan cepat bibir yang telah mengecup salah satu pipinya itu sesaat.

"Sudah, Mas. Ini masih di restoran, aku khawatir ada orang lain yang melihat ...."

Ucapan Nara tiba-tiba saja terhenti, di saat kedua netranya langsung disambut oleh sebuah kotak kecil berwarna merah.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan Istri Kampungan   Apa yang Telah Terjadi?

    Tokk! Tokk! Tokkk!Belum selesai keterkejutan Nara dan Marvori, tiba-tiba saja ada seseorang yang telah mengetuk kaca mobilnya terlebih dahulu. Nara merasa ragu untuk membukanya, terlebih saat ini pandangan seseorang yang telah ia pantau tengah tertuju pada mobilnya."Bagaimana ini, Nyonya? Apa saya keluar saja untuk berbicara pada orang itu?" tawar Marvori memberikan solusi.Nara mengangguk, dengan mengibaskan salah satu tangannya. Ia menyuruh Marvori keluar, hingga kini dirinya bisa kembali mengamati Evan dari kejauhan.Bagaimana bisa pria itu terlihat sangat menyedihkan seperti ini? Padahal setahu Nara kurang lebih tepat tiga Minggu yang lalu, pria itu telah berhasil menebus rumahnya kembali.Ya, Nara tahu informasi itu dari Dimas. Kekasihnya itu bilang, bahwa ada seseorang yang cukup kaya yang mampu membantu Evan keluar dari permasalahannya. Tadinya, Dimas mau mempersulit itu. Akan tetapi, dengan cepat Nara mencegahnya.Namun sekarang, kenapa nampaknya pria itu malah terlihat sema

  • Pembalasan Istri Kampungan   Permintaan Maaf

    Setelah mendapatkan persetujuan, Evan pun langsung berlutut di hadapan perempuan itu. Nara begitu terkejut, hingga ia langsung mundur selangkah untuk menghindar."Apa-apaan ini, Mas? Kenapa harus berlutut seperti ini? Ayo, cepat bangun! Aku tidak mau menjadi pusat perhatian orang lain!" ucap Nara sambil berusaha membuat pria itu beranjak dari hadapannya."Enggak, Nara! Mas mau begini, karena mas mau minta maaf ke kamu! Mas, baru menyadari semua kesalahan mas yang dulu ke kamu. Mas sangat menyesal, dan merasa sangat bersalah dengan kamu," tutur Evan yang tak mau beranjak dari tempatnya.Nara menggeleng tak mengerti, tentang kenapa mantan suaminya itu bisa menyesal dengan begitu cepat seperti ini. Biar bagaimanapun, ia tak boleh gegabah memaafkannya begitu saja. Karena sebenarnya dirinya juga takut, kalau nanti ternyata ada maksud jahat lain dibalik ini semua. Tentu Nara tidak mau terjatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya."Tolong maafkan mas ya, Nara? Mas benar-benar sanga

  • Pembalasan Istri Kampungan   Fokus Ke Masa Depan

    Keesokan harinya seperti hari libur yang sebelumnya, Nara baru terbangun tepat jam sembilan pagi. Akhir-akhir ini ia memang sangat sibuk karena sinetronnya yang kejar tayang, sampai ia tak begitu menyadari keberadaan Dimas yang telah berpakaian sangat rapi dan duduk di ruang tengah apartemennya."Mas?"Perempuan itu hanya refleks memanggil pelan akan tetapi sang pria langsung menepuk ruang kosong di sampingnya seolah memberikan kode pada sang kekasih untuk segera duduk di sisinya."Hoamm!""Hmm, masih mengantuk ya?" tanya Dimas yang kini sudah menaruh ponselnya.Nara mengangguk, sambil berupaya membuka kedua matanya dengan lebar. Semalam ia memang baru bisa tertidur sekitar jam empat pagi, setelah sempat menghabiskan waktu seharian syuting sebelumnya.Sementara Dimas yang mendengar jawaban itu, seketika pun menjadi merasa iba. Ia jadi tak sabar menunggu masa di mana kontrak Nara habis, agar nantinya ia bisa segera menikahi dan menghidupi perempuan itu."Mas, aku belum mandi," elak Nar

  • Pembalasan Istri Kampungan   Berebut Gaun

    "Bella? Untuk apa kamu ke sini?" tanya Nara dengan rasa keterkejutan yang masih menggelayut.Kedua netra kekasih pemilik DMS Hitz tersebut, kini pun langsung beralih pada seorang pria besar yang ada di sisi wanita bermasker hitam itu. Ia mengabaikan tatapan membeku dari sosok yang diyakini sebagai Bella, yang juga sepertinya tak kalah terkejut di kala melihatnya."Dia siapa, Honey? Apa kamu kenal mereka?" tanya pria tersebut dengan suaranya yang sangat berat.Nara semakin mengerenyitkan alisnya, di saat kedua telinganya mendengar sapaan romantis tersebut. Ia menggeleng tak percaya, hingga akhirnya kembali tersadar di saat Dimas berdeham pelan di sampingnya."Ekhemm! Maaf! Gaun ini sudah lebih dulu saya dan kekasih saya pilih, jadi Anda tidak bisa memilihnya begitu saja!" tekan Dimas dengan tatapan sinisnya.Oh, tidak. Di saat Nara cukup terkejut dengan keberadaan Bella bersama seorang pria asing, kekasihnya itu malah masih fokus pada gaun pernikahannya. Sepertinya untuk kali ini, isi

  • Pembalasan Istri Kampungan   Nara Cemburu

    "Mungkin itu benar kekasihnya Bella yang baru," sahut Dimas dengan nadanya yang terdengar sangat enteng."Terus, bagaimana pernikahannya dengan Mas Evan?""Entahlah, mungkin dia selingkuh?" tebak Dimas yang lagi-lagi menyampaikan semuanya dengan nada santai.Bagi Dimas, semuanya memang terlihat biasa saja dan cukup masuk akal. Rasanya tak aneh jika Bella melakukan itu semua, mengingat gaya hidup wanita itu yang terlalu bebas."Cih! Dia seperti ini pasti karena Mas Evan yang sudah jatuh miskin!"Nara menggelengkan kepalanya tak percaya. Ia benar-benar tak habis pikir, dengan wanita licik yang dengan mudahnya berpindah ke lain hati itu."Sudah, Sayang. Jangan terlalu dipikirkan, Bella memang seperti itu," ucap Dimas berusaha menenangkan.Namun bukannya malah tenang, kini Nara pun semakin mengerenyitkan kedua alisnya. Ia menatap penuh tanda tanya pada sang kekasih. "Memang seperti itu apanya, Mas? Apa sebelumnya dia juga pernah berusaha mendekati kamu?"Jdarrr!Dimas seketika membeku, te

  • Pembalasan Istri Kampungan   Sesuatu yang Memabukkan

    "Tuh 'kan, kamu diam saja!" lanjut Nara dengan semakin merenggut kesal.Perempuan yang baru saja memenangkan dirinya di dalam kamar mandi itu pun beranjak dari tempat duduknya, dan langsung mendorong pelan tubuh Dimas keluar kamar.Nara kesal, bahkan sangat kesal. Ia cemburu, terlebih setelah kemarin sempat mendengar sekilas beberapa omongan para kru tentang beberapa sisi gelap yang kerap kali dilakukan oleh seseorang sebelum menjadi artis terkenal."Nara—""Ssstt! Sudah aku lagi malas berbicara denganmu, Mas," ucap perempuan itu sambil mendengkus kesal.Lagi-lagi Dimas memijat kedua pelipisnya yang kini terasa semakin berdenyut. Ia sungguh sangat heran, dengan perilaku Nara yang tiba-tiba saja seperti ini kepadanya."Aku sungguh tidak pernah mempunyai hubungan apa pun dengan Bella selain pekerjaan, Sayang." Dimas berhenti menahan langkahnya, tepat sebelum Nara berhasil membawanya benar-benar keluar dari kamar.Pandangan sepasang kekasih itu kini kembali bertemu, setelah sempat melewa

  • Pembalasan Istri Kampungan   Rencana Terselubung

    "Sudah cukup sampai sini saja," ucap Dimas yang seketika membuat Nara terhenyak tak percaya.Napas perempuan itu masih terlihat naik turun, dengan perasaan yang sungguh tak bisa dijelaskan. Sungguh, ini baru pertama kalinya ia merasa sensasi berdebar luar biasa. Nara sangat terkejut dengan semua yang telah terjadi, akan tetapi ia juga merasakan sedikit perasaan kecewa.Ya, kalian memang tak salah membaca. Nara memang merasa kecewa, karena ia sempat berpikir Dimas tak begitu menginginkan dirinya.Padahal di awal, sentuhan pria itu terasa sangat mendambakan dirinya. Semuanya benar-benar terasa sangat memabukkan dan membuatnya terlena, sampai akhirnya entah kenapa bisa berhenti begitu saja dengan cepat.Apa mungkin ada sesuatu di dirinya, yang Dimas tak suka?Entah, Nara tak tahu. Nara tidak bisa mencari jawabannya sendiri, ia takut kalau memang benar ada yang tak Dimas sukai dari dirinya.Apa kekurangannya? Apa dirinya kurang cantik? Atau kurang menarik?Sungguh, Nara jadi cemas memikir

  • Pembalasan Istri Kampungan   Bucin Akut!

    Tak terasa hanya tinggal beberapa hari lagi hari yang ditunggu-tunggu pun semakin mendekat. Semakin ke sini, Nara dan Dimas semakin sibuk. Mereka mempercepat menyelesaikan segala urusannya terlebih dahulu, hingga tak sempat memiliki banyak waktu untuk berduaan."Permisi, Non. Maaf, tadi bibi menemukan bunga ini di depan pintu," ucap sang bibi sambil memberikan beberapa tangkai bunga mawar merah yang terlihat sangat cantik."Hmm, kira-kira dari siapa ya, Bi?" tanya Nara yang akhirnya mengambil bunga tersebut. Nara memperhatikan lama beberapa tangkai mawar merah itu, dan menghirupnya dalam-dalam. "Apa ini dari Mas Dimas ya?""Mungkin bisa jadi, Non. Karena setahu bibi, sekarang sudah tidak bisa lagi sembarang orang yang memasuki area ini."Semenjak kiriman paket foto pernikahan Nara dan Evan dulu, Dimas memang memperketat penjagaannya. Ia menyuruh beberapa petugas keamanan untuk mengamankan apartemen yang ditinggali oleh calon istrinya, agar tak ada lagi kedatangan paket yang tak diingi

Bab terbaru

  • Pembalasan Istri Kampungan   Berdamai Dengan Kenyataan

    "Nara? Hey? Bangun, Sayang! Tolong bangun!"Sayup-sayup suara terdengar, membuat Nara perlahan membuka kedua netranya. Dengan menahan rasa sakit di sekujur tubuh, Nara langsung melihat sekeliling. Dahinya mengernyit kala menyadari sekitarnya yang terbalik, hingga setelahnya mendapati seutas senyum tulus dari seseorang yang sama sekali tak disangkanya."Mas? Mas, aku ... Awhh!""Sabar, Sayang! Tolong berikan Melody dulu," ucap Dimas pelan, seraya mengulurkan kedua tangannya.Dengan situasi yang masih terhimpit, Nara pun berusaha menyerahkan Melody yang tengah menangis pada sang suami. Dirinya berusaha tenang, meski saat ini ia melihat Evan yang masih belum tersadar dengan beberapa bercak kemerahan di dahinya.Mobil yang ditumpangi Nara memang sempat terpelanting cukup jauh. Mobil itu rusak berat dalam kondisi yang terbalik, setelah Evan sempat dengan cepat memutar setir kendaraan di saat Bella berusaha menabraknya.Ah, iya. Mengingat Bella, bagaimana keadaan wanita itu sekarang? Nara t

  • Pembalasan Istri Kampungan   Berpacu Dengan Waktu

    Keesokan harinya berita tentang pembunuhan Haris pun kian tersebar meluas ke seluruh penjuru setiap kota. Beberapa stasiun televisi dan media cetak pun tak luput menyorotinya, terlebih sebuah nama yang ikut terseret dalam kasus pembunuhan pengusaha kaya raya itu adalah seorang mantan artis papan atas yang telah dinikahi oleh pemilik rumah produksi terkenal yang kini sedang berada di ambang kebangkrutan.Anara Aditya, nama itulah yang kini menjadi puncak pembicaraan seluruh orang. Kini wanita itu telah menjadi buronan polisi, terlebih setelah Bella mengungkapkan berbagai keterangan mengejutkan yang sangat menghebohkan publik.Ada yang yang percaya begitu saja dengan mudah, dan ada juga yang sama sekali tak menyangka. Sama halnya dengan apa yang dirasakan oleh Dimas saat ini. Pria itu semakin memijat pelipisnya yang terasa sangat pusing, seraya terus berusaha melacak keberadaan sang istri dengan secepat mungkin."Bagaimana? Apa kau telah mendapatkan kabar tentang keberadaannya?" tanya D

  • Pembalasan Istri Kampungan   Jadi, Sekarang Aku Harus Apa?

    Suara mobil polisi langsung berbunyi setelahnya. Di mana hal tersebut tentu membuat Nara dan Bu Inah menoleh panik. Rasanya percakapan mereka tak bisa diteruskan lagi, sehingga dengan cepat Evan segera memutar dan menyuruh ketiga perempuan berbeda generasi itu untuk masuk ke dalam mobilnya."Baiklah, kita jalan sekarang!"Tak ada lagi perdebatan, Bu Inah dan Nara pun akhirnya duduk terdiam bersisian. Saat ini yang terpenting memang hanyalah kabur sejauh mungkin. Nara tentu tak mungkin menyerah begitu saja, karena pasti Bella akan membuatnya terlihat bersalah di hadapan seluruh orang dengan seluruh upaya yang dilakukannya."Maaf karena telah membuat kalian berdua seperti ini," lirih Nara pelan, tepat setelah menidurkan Melody di dekapannya.Dengan mencoba menahan tangisnya, Nara mengeratkan pelukannya pada sang buah hati. Bibirnya bergetar, menahan semua rasa pening dan sakit. Sehingga membuat Bu Inah yang melihatnya pun tak tega, dan segera langsung memeluk dan menenangkannya."Tidak

  • Pembalasan Istri Kampungan   Pamit

    Bella tersenyum sekilas sebelum akhirnya berlari dan berteriak seolah mencari pertolongan. Sementara Nara, wanita itu masih terdiam dengan ekspresi syok yang tak dapat ditahannya lagi. Seluruh tubuhnya benar-benar membeku, melihat Haris tergeletak tak berdaya di hadapannya dengan cairan kental kemerahan yang mengalir dengan deras dari belakang tengkuknya."Tidak! Apa yang harus aku lakukan?!"Nara berteriak dengan sekujur tubuh yang bergetar ketakutan. Sungguh, sebenarnya ia ingin segera pergi dari tempat ini. Namun di sisi lain, dirinya juga tak tega meninggalkan Haris begitu saja sebelum benar-benar memastikan pria itu telah ditangani oleh tangan yang tepat."Stop! Jangan sentuh dia! Sebaiknya kau sekarang segera pergi dari tempat ini, Nara!"Nara terperanjat, kala mendengar suara Evan yang tergesa-gesa dan mendapatkan tarikan dari pria itu. Entah sejak kapan mantan suaminya tersebut ada di tempat ini, dirinya tak tahu. Yang jelas saat ini Evan sama sekali tak memberikannya jeda wak

  • Pembalasan Istri Kampungan   Dia Ingin Membunuhku!

    Dengan langkah tergesa-gesa, Nara langsung mengecek satu persatu semua nomor pintu kamar hotel yang telah dilewatinya. Ia sungguh tak sabar ingin segera bertemu dengan sang suami, apalagi tadi di telepon Bella sempat menangis sesenggukan tanpa menjelaskan sebab."Kamar 207! Tidak salah lagi ini pasti tempatnya!" Nara bergumam pelan, sambil melihat ke arah celah pintu yang tak tertutup rapat tersebut. Dirinya merasa sangat penasaran, tetapi ragu ingin masuk begitu saja atau tidak. Biar bagaimanapun Nara bukanlah wanita yang polos, ia tahu hal apa saja yang biasa dilakukan jika seorang wanita dan pria berada di dalam kamar hotel yang sama. Terlebih tadi, Bella sempat mengabarkan bahwa suaminya itu dalam keadaan yang mabuk berat."Tidak! Aku harus percaya dengan Mas Dimas!" gumam wanita itu berusaha membuyarkan pikiran buruknya.Dengan menarik napas terlebih dahulu, Nara pun akhirnya mengetuk pintu. Ia berusaha mempersiapkan mental sebelum mengetahui apa pun yang tengah terjadi di dalam

  • Pembalasan Istri Kampungan   Di Mana Kamu, Mas?

    Sementara itu di sebuah hotel di pusat kota, terdapat seorang pria yang tengah tertidur dengan pulas di atas sebuah ranjang besar dengan pakaiannya yang terlihat sedikit acak-acakan. Seorang wanita yang baru saja membawanya ke tempat ini terlihat tersenyum penuh kemenangan, hingga akhirnya tatapannya pada pria itu teralihkan berkat panggilan masuk dari seseorang."Bagaimana?" tanya seseorang dari sambungan telepon."Semuanya berjalan sesuai rencana! Tapi, aku masih kesal denganmu! Kenapa sangat mendadak seperti ini sih? Karenamu aku jadi tidak mempunyai persiapan yang lebih, sehingga aku hanya memasukkan obat tidur saja dalam minumannya!"Wanita itu berdecak kesal, karena perintah mendadak yang ditujukan padanya. Andai saja lawan bicara teleponnya ini mengutarakan rencananya dari jauh-jauh hari, sudah pasti dirinya memasukkan obat lain yang akan membuat malamnya detik ini menjadi lebih panas dan menyenangkan."Hahaha! Itu semua salahmu yang tidak cekatan!" ejek sosok lelaki itu dari

  • Pembalasan Istri Kampungan   Rumit

    "Tunggu!"Nara berteriak, mencegah kepergian Bi Inah. Dengan tergesa-gesa, ia langsung menahan salah satu tangan perempuan paruh baya tersebut seraya menatapnya dengan penuh harap."Tidak bisakah semua ini dibicarakan secara baik-baik terlebih dahulu, Mas? Biar bagaimanapun kita harus selesai masalah ini dengan kepala dingin, bukan seperti di saat situasi tegang dan kacau seperti ini!" pintanya dengan pandangan yang mulai berkaca-kaca.Masih dengan adanya Melody di dekapannya, Nara melangkah menghampiri sang suami. Ia berharap agar Dimas bisa merubah keputusannya, atau setidaknya pria itu mau memberikan kelonggaran waktu sebelum benar-benar mengusir Bi Inah dari tempat ini.Walau sebenarnya Nara tahu bahwa sekarang suaminya sedang sangat hancur dan terkejut dengan semua kenyataan ini, akan tetapi tetap saja dirinya tidak mau membiarkan semua masalah ini semakin memburuk. Menurutnya semua itu masih bisa dibicarakan dengan baik-baik, meskipun pastinya sangat sulit sekali mengalahkan ego

  • Pembalasan Istri Kampungan   Anda Bukan Ibu Saya!

    "Apa maksudmu? Kenapa Bi Inah bisa akan tahu itu? Jangan sembarang asal tuduh Darren!"Dimas tiba-tiba muncul dari balik pintu dengan tatapan tajamnya yang penuh menyelidik. Langkahnya yang perlahan pasti mendekat, kian membuat nyali perempuan paruh baya yang sudah lama mengabdikan dirinya pada keluarga besar itu pun semakin menciut. Bi Inah sekarang hanya bisa menunduk dalam, tanpa bisa berkata-kata atau pun membela dirinya sendiri."Aku? Asal tuduh?" ucap Darren tak terima."Ya! Kau jelas mengada-ngada! Mana mungkin orang seperti Bi Inah tahu tentang perusahaan ayahku yang telah direbut oleh orang tuamu!"Darren tersenyum miring setelahnya. Ia mengamati sesaat wajah Bi Inah yang semakin terlihat ketar-ketir, dan kembali memusatkan perhatiannya pada sang saudara sepupu."Lebih baik kau sekarang pulang, Darren! Kedatanganmu sangat mengganggu rumah ini! Apalagi sekarang sudah ada Melody yang sangat sensitif dengan suara keributan!" tegas Dimas tepat di hadapan wajah Darren yang bergemi

  • Pembalasan Istri Kampungan   Jangan Mengancamku, Anak Muda!

    "Ada apa, Sayang? Apa yang telah mengganggu pikiranmu?" Dimas akhirnya bertanya seraya mendekap pelan tubuh sang istri dari belakang. Selama di perjalanan pulang tadi, ia memang sempat memperhatikan istrinya yang terus terdiam dan seperti tengah memikirkan sesuatu. Namun sayang yang didapatkannya saat ini hanyalah sebuah gelengan singkat, dan usapan lembut di lengannya.Dalam kepala cantiknya, Nara memang masih terbayang-bayang dengan ucapan Evan dan Bella. Dirinya berpikir, apakah benar ia hanya memanfaatkan suaminya saja? Apakah dirinya memang sejahat itu? Lalu, bagaimana jika suatu saat nanti suaminya yang sangat baik padanya ini akan berpaling pada wanita lain yang jauh lebih baik darinya? Entah kenapa Nara semakin merasa tak percaya diri, seiiring dengan bayang-bayang ucapan Bella dan Evan yang terus menggema di telinganya."Sayang? Apa yang telah aku tidak ketahui?" tanya Dimas sekali lagi, seraya mencuri sebuah kecupan singkat di bibir merah menggo

DMCA.com Protection Status