Bagi kebanyakan orang, Theresa barulah wanita idaman pertama mereka. Hal yang terpenting adalah, mereka tidak merasa seorang pecundang yang sudah pernah bercerai seperti Owen pantas mendampingi Yura, apalagi Theresa. Namun, Theresa malah mengesampingkan martabat dan harga dirinya untuk merebut Owen dari Yura. Dapat dibayangkan seberapa terkejutnya mereka saat ini.“Jangan asal bicara! Theresa, dua hari yang lalu, Owen sudah dengan jelas menolak untuk kembali padamu. Tapi, kamu malah nggak nyerah dan berani berebutan denganku di hadapan semua orang. Apa kamu nggak malu?” bentak Yura dengan marah.Yura tidak menyangka Theresa rela melepaskan harga dirinya demi mendapatkan Owen kembali. Jika pria yang ingin direbut Theresa bukanlah Owen, dia pasti akan sangat mengagumi keberanian Theresa.“Sial, apa aku nggak salah dengar? Theresa dan Yura sudah bersaing untuk mendapatkan Owen, tapi Theresa malah kalah? A ... ada apa ini sebenarnya?”Para pemuda dari keluarga terhormat sudah sepenuhnya te
“Kamu ....” Ekspresi Owen langsung berubah, hatinya sangat bergejolak. Dia sudah tidak bisa mempertahankan sikap tenangnya.Theresa adalah wanita tercantik dari empat wanita tercantik di Jenggala. Namun, dia malah berlutut untuk memohon Owen kembali di hadapan semua keluarga terhormat Jenggala. Seberapa besar keberanian yang diperlukannya untuk melakukan hal ini?Hal yang terpenting adalah, Theresa adalah wanita yang sangat dicintai Owen. Perasaannya terhadap Theresa masih belum pernah berubah. Hanya saja, dia sudah memendamnya di lubuk hati yang terdalam. Sekarang, Theresa sudah melepaskan semua martabat dan harga dirinya demi mendapatkan Owen kembali. Bagaimana mungkin Owen bisa tetap bersikap acuh tak acuh? Pada saat ini, dia sudah tidak bisa menekan perasaannya. Tekadnya juga tanpa sadar sudah mulai goyah.Saat melihat situasi ini, Yura pun ketakutan. Dia tahu mengenai perasaan Owen terhadap Theresa, dan juga tahu air mata adalah senjata terbaik untuk menghadapi pria. Saat ini, Th
Namun, luka ini bukanlah apa-apa dibandingkan dengan penderitaan yang Theresa rasakan karena kehilangan Owen.“Kak, kalau Owen begitu kejam terhadapmu, jangan dipaksain lagi. Sebaiknya kita pulang saja ...,” bujuk Rachel dengan berlinang air mata. Dia sudah sangat kecewa terhadap Owen.“Nggak bisa, aku nggak bisa menyerah begitu saja!” jawab Theresa dengan tegas. Kemudian, dia menahan lukanya dan mengisyaratkan Rachel untuk memapahnya.“Owen, aku akan memohon untuk yang terakhir kalinya. Aku benar-benar sudah sadar akan kesalahanku. Aku mohon, maafkan aku dan kembalilah ke sisiku ...,” mohon Theresa sambil menatap Owen dengan penuh harapan.“Aku ....” Owen membuka mulutnya, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar. Hatinya sangat kacau. Awalnya, dia sudah mengubur perasaannya terhadap Theresa di dalam dasar hatinya dan berencana untuk memulai kehidupan baru. Namun, kali ini Theresa sudah melepaskan semua martabat dan harga dirinya demi Owen. Hal ini sudah benar-benar menyentuh hati Owen
Theresa tersenyum putus asa. Dia tiba-tiba mengeluarkan sebuah belati, lalu menancapkannya ke arah jantungnya.“Kak Theresa, jangan ....”Situasi ini terjadi begitu tiba-tiba. Rachel dan Angelina yang ada di samping Theresa sama sekali tidak menduga bahwa Theresa rela mati demi cinta. Mereka sudah terkejut hingga tidak bereaksi sama sekali.Di sisi lain, Owen memang sudah menyadari ada sesuatu yang aneh. Namun, berhubung jaraknya lumayan jauh dari Theresa, semuanya sudah terlambat saat dia tersadar dan ingin mencegah Theresa.Jleb! Seiring dengan belati yang menancap di dada Theresa, darahnya memercik ke sekitar dan menodai pakaian di sekitar dadanya.“Kak Theresa, kamu gila ya ....”“Theresa, kenapa kamu begitu bodoh ....”Setelah tersadar, Rachel dan Angelina langsung ketakutan dan berseru dengan suara bergetar. Mereka merasa sangat kewalahan.“Kenapa bisa begini ....” Owen merasa bagaikan disambar petir dan hampir terjatuh ke lantai. Kemudian, dia langsung menerjang ke arah Theresa
Senyum Theresa terlihat getir, tetapi juga mengandung kelegaan. Baginya, kematian mungkin adalah jalan keluar yang terbaik.“Nggak, nggak begitu. Kenapa kamu bilang nggak ada yang peduli padamu? Aku peduli padamu kok. Selama ini, orang yang kusukai itu kamu. Kamu itu orang yang terpenting dalam hatiku. Nggak ada yang bisa menggantikanmu dalam hatiku ...,” ujar Owen sambil menangis.Saat ini, Owen sangat ketakutan karena merasa akan segera kehilangan Theresa. Dia sudah tidak bisa mengendalikan perasaannya dan mengutarakan semua isi hatinya yang paling jujur. Pada saat ini, perasaannya sudah memenangkan pertarungan dengan akal sehatnya. Dia sudah tidak peduli pada yang namanya akal sehat.“Ma ... makasih .... Aku sudah nggak punya penyesalan karena bisa mendengar ucapanmu ini sebelum mati ....” Theresa tersenyum gembira. Dia sudah tidak mungkin bersama Owen lagi, tetapi dia sudah puas setelah mengetahui Owen masih tetap mencintainya dan tidak pernah melupakannya. Meskipun akan segera men
Owen tahu bahwa seuntai jiwa Theresa masih ada sehingga Theresa pasti bisa mendengar perkataannya. Dia berjanji kepada Theresa untuk membangkitkan semangat hidup Theresa!Setelah itu, Owen menggendong Theresa berjalan ke depan panggung dan mengalihkan pandangannya ke arah Indra yang duduk di bangku utama di bawah panggung. Owen pun berkata dengan sangat tulus, "Pak Indra, maafkan aku. Sekarang aku buru-buru harus menyelamatkan orang, aku nggak bisa melanjutkan pertunangan ini lagi. Mohon Anda memakluminya.""Owen, Theresa sudah meninggal, semua orang sudah melihat hal ini. Saranku, lebih baik kamu nggak perlu melakukan hal yang percuma saja!" pungkas Indra sambil mengernyitkan alisnya dan tampak kesal."Nggak, Theresa belum meninggal. Aku pasti bisa menyelamatkannya," ucap Owen dengan yakin."Owen, apa kamu berencana membatalkan pertunangan dan kukuh mau pergi?" tanya salah seorang anggota Keluarga Suwanto. Raut wajah mereka dan Indra tampak sangat buruk.Acara pertunangan kali ini dia
"Kalau kamu nggak kembali lagi nanti, aku pasti akan membencimu seumur hidup!" pungkas Yura sambil menangis.Meskipun Owen tidak menjawab, Yura sudah mengetahui jawabannya."Yura, maaf, aku sudah mengecewakanmu," ucap Owen dengan sangat tidak berdaya. Kemudian, dia menggendong Theresa dan berbalik pergi tanpa menoleh lagi."Nggak bisa! Owen, kamu nggak bisa pergi!" Pada saat ini, Heri menerjang ke depan dengan penuh emosi dan mengadang jalan Owen."Kak Heri, apa kamu masih ada hal lain?" tanya Owen."Owen, kamu benar-benar berengsek! Kamu pernah berjanji padaku nggak akan mengecewakan Yura di ruang rias belakang panggung tadi! Tapi, apa yang kamu lakukan sekarang? Semua ucapanmu hanya omong kosong!" bentak Heri."Kak Heri, maaf sekali. Aku benar-benar nggak bermaksud seperti ini," kata Owen dengan ekspresi bersalah."Aku nggak peduli kamu sengaja atau nggak. Intinya, aku pernah bilang kalau kamu berani menindas Yura, aku akan menjadi orang pertama yang nggak akan melepaskanmu! Aku aka
"Ayah, bagaimana bisa begitu?" tanya Clinton dengan kaget.Clinton berbeda dengan para tetua Keluarga Suwanto yang akan terpengaruh oleh kepentingan. Dia justru tidak goyah sama sekali. Baginya, Owen telah melukai putrinya, Yura dengan sangat dalam sekarang. Sebagai seorang ayah, bagaimana mungkin dia akan menyerah begitu saja?"Jangan bicara lagi! Urusan perasaan nggak bisa dipaksakan. Karena Owen sudah mengambil keputusan untuk pergi, kalau begitu biarkan dia pergi!" seru Indra yang langsung menyela ucapan Clinton dengan sikap yang sangat tegas.Indra tahu betul bahwa Grup Ora merupakan satu-satunya fondasi kekuatan yang dimiliki Owen. Demi Grup Ora, Owen telah melakukan kontribusi dan usaha yang sangat besar. Sekarang, Owen bersedia menyerahkan Grup Ora tanpa persyaratan apa pun. Ini sudah cukup mengartikan bahwa Owen sudah bertekad untuk pergi! Jika memang seperti itu, tidak ada artinya jika Keluarga Suwanto terus memaksanya!"Tapi …." Clinton tetap saja pantang menyerah.Clinton t