"Dia adalah sekretaris presiden direktur di perusahaanku dan tinggal di tempatku untuk sementara waktu," ujar Theresa."Dia tinggal di sini? Apa dia pacarmu? Kalian sudah tinggal bersama?" Rachel sangat terkejut, lalu kembali melihat Owen dengan cermat sekali lagi. Dia benar-benar tidak melihat ada yang spesial pada diri Owen. Dia juga tidak mengerti bagaimana Owen mampu memenangkan hati kakak sepupunya yang cantik dan dingin ini."Bukan tinggal bersama seperti yang kamu pikirkan. Kami adalah teman, jangan asal bicara," ujar Theresa dengan wajah yang tersipu."Benaran? Kenapa aku sama sekali nggak percaya?" Rachel tampak sangat curiga."Begini, dulu Owen pernah menyelamatkan hidupku. Saat itu, dia nggak punya tempat tinggal, jadi tinggal di tempatku untuk sementara waktu." Theresa menceritakan situasi itu dengan sederhana."Ternyata begitu. Osum, kamu sudah menumpang di rumah Kak Theresa selama ini, kenapa masih nggak pergi juga? Apa mungkin kamu sedang memikirkan niat lain sama Kak Th
Owen merasa sangat canggung."Cih, awalnya aku merasa kamu nggak berguna, tapi nggak kusangka kamu lebih nggak berguna dari yang aku bayangkan." Rachel memutarkan matanya kepada Owen dan berkata, "Untung saja aku sudah mendapatkan SIM A bulan Juni ini, nggak seperti kamu yang payah."Saat berbicara, Rachel mengangkat dagunya dengan sombong bak seorang tuan putri yang angkuh. Dia lalu membuka pintu sebuah mobil mewah dan masuk ke dalam.Raut wajah Owen seketika memerah karena dicibir. Sifat Rachel terlalu aneh sehingga dia sedikit tidak bisa memahaminya.Namun, Theresa sudah menitipkan Rachel kepadanya, jadi Owen tidak mungkin mengecewakan harapan Theresa. Dia pun ikut naik ke dalam mobil dengan wajah kesal....Di Universitas Jenggala.Owen dan Rachel datang lebih awal, tetapi mereka tetap menghabiskan waktu sepanjang pagi untuk menunggu serangkaian prosedur selesai.Pada saat itu, Rachel bertemu dengan dua teman SMA-nya yang sama-sama mendaftar ke Universitas Jenggala.Kedua temannya
"Cih, dasar anak kampung! Kami bertiga sudah dewasa, kenapa nggak boleh pergi?" ujar Rachel sambil membusungkan dadanya.Dulunya, dia masih kecil sehingga mendapat larangan dari orang tua di rumah. Jadi, dia tidak bisa pergi ke bar dan semacamnya.Akan tetapi, sekarang dia sudah bebas dan usianya kebetulan sudah lebih dari 18 tahun.Dengan sifatnya yang aneh dan cerdik, dia tentu ingin melihat-lihat ke bar untuk memenuhi rasa penasarannya."Benar, kami sudah dewasa." Maria tampak sedikit tergerak dan juga ingin pergi untuk melihat-lihat.Terus terang saja, dia dan Rachel berasal dari keluarga kaya raya yang murni hanya tidak ada kerjaan."Sudahlah, tempat itu sepertinya nggak terlalu baik. Lebih baik kita jangan pergi lagi," ujar Tiara dengan suara pelan."Kenapa nggak baik? Sekarang ini adalah masyarakat yang diatur oleh hukum. Bar itu palingan hanya tempat hiburan yang kurang lebih sama dengan tempat karaoke. Tiara, kamu tenang saja. Kali ini, aku traktir, ayo kita pergi bersama-sama
Ada banyak orang yang tercengang. Mereka juga sangat iri pada Owen. Namun, Owen tidak memedulikan pandangan semua orang. Dia memesan beberapa gelas moktail dan beberapa piring buah campur yang berkalori rendah.Rachel dan yang lainnya masih merupakan pelajar yang tidak memiliki kebiasaan minum alkohol. Mereka hanya ingin datang kemari karena penasaran. Jadi, mereka juga tidak keberatan.Bzzt, bzzt!Saat ini, ponsel Owen tiba-tiba bergetar. Dia pun mengeluarkan ponselnya dan melihat bahwa Yura yang menelepon. Suara di dalam bar sangat berisik. Jadi, Owen memberi tahu Rachel dan yang lainnya bahwa dia mau keluar untuk menerima telepon.Setelah melihat pelindung Rachel dan yang lainnya pergi, ada banyak orang yang langsung bersemangat. Salah seorang pemuda berusia sekitar 23-24 tahun yang tinggi, kekar, dan tampan berjalan mendekati mereka sambil membawa segelas koktail. “Halo, Cantik. Boleh kenalan nggak?” tanya pemuda itu sambil menunjukkan senyum yang dia rasa sangat memikat.Rachel me
“Osum! Apa-apaan sih kamu! Ini Brian, teman yang baru kukenal. Kami lagi bahas soal masalah pencak silat. Kamu jangan ganggu dong!” tegur Rachel dengan tidak senang. Dia secara refleks mendorong Owen, tetapi Owen tetap tidak bergeming.“Nggak bisa! Rachel, orang ini pasti bukan orang baik-baik. Jangan tertipu sama dia!” ujar Owen dengan buru-buru.“Kamu yang bukan orang baik-baik!” Brian langsung marah besar. Dia sudah menyadari bahwa Owen seharusnya adalah teman Rachel. Jadi, dia menekan amarahnya dan berkata, “Rachel, siapa dia? Apa hubunganmu dengannya?”“Oh, dia itu pembantu kakak sepupuku, bukan siapa-siapa ...,” ejek Rachel. Dia sangat memandang rendah Owen.“Ternyata cuma seorang pembantu!” Brian tersenyum mengejek, lalu mengangkat tinjunya dan berkata dengan nada meremehkan, “Hei, kuperingati kamu. Cepat minggir! Kalau nggak, aku bakal hajar kamu sampai babak belur!”“Memangnya kamu bisa?” Owen pun tertawa. Kekuatannya sudah melampaui tahap awal Alam Sigana, mana mungkin dia me
Brian sudah langsung bersemangat begitu memikirkannya. Saat melihat Brian sudah maju, Owen pun mengurungkan niatnya untuk bertindak. Dia melindungi Rachel dan yang lainnya di belakang, lalu melangkah mundur agar ketiga gadis itu tidak ikut terluka.“Sial! Siapa kamu? Mau cari mati, ya?” Jack langsung murka dan mengisyaratkan anak buahnya untuk mengepung Brian. Brian juga tidak berbicara omong kosong lagi dan langsung bertindak. Dia melayangkan tendangan ke dada Jack hingga Jack terpental dan menabrak dinding bar. Semua minuman keras yang ada di atas bar pun jatuh satu per satu.“Beraninya kamu memukul Bos Jack! Kawan-kawan, ayo hajar anak ini!” Seorang anak buah Jack berteriak marah, lalu memerintahkan teman-temannya untuk menyerang Brian dengan ekspresi garang.Jack bangkit dari lantai dengan menyedihkan. Dia sudah sepenuhnya murka. Jadi, dia mengambil sebuah botol alkohol yang sudah pecah dan bergabung dalam perkelahian itu.Buk! Bak! Buk!Brian adalah seorang ahli seni bela diri eks
Brian tersenyum sombong dan sama sekali tidak terlihat takut. Biasanya, dia selalu pergi ke bar atau kelab malam lain. Ini adalah pertama kalinya dia datang ke Bar Bulan Biru. Jadi, dia juga belum pernah mendengar tentang reputasi William.Selain itu, dia baru saja membuat semua orang di tempat ini terkesan. Jadi, dia masih merasa sangat bangga. Meskipun pernah mendengar reputasi William, Brian juga mungkin tidak akan menanggapinya.“Aku nggak peduli siapa yang duluan bertindak! Pokoknya, bar ini punya peraturannya tersendiri! Berhubung kalian bukan sengaja buat onar, kukasih kalian satu kesempatan. Berlutut dan bersujudlah untuk minta maaf. Selain itu, kalian harus ganti rugi atas kerusakan bar sebesar dua kali lipat. Dengan begitu, aku nggak bakal mempermasalahkannya lagi.”“Kalau nggak, aku bakal hukum kalian menurut aturan dunia mafia. Kalian mau patah tangan atau kaki? Pilih saja sendiri!” ujar William dengan dingin.“Pak William, kami bersedia bersujud dan ganti rugi atas kerusak
Semua orang tidak berhenti melontarkan ejekan. Mereka sangat kecewa setelah melihat performa Brian.“Bukannya dia itu ahli bela diri? Kenapa bisa langsung dikalahkan dengan satu serangan?” Rachel benar-benar kebingungan. Tadi, dia mengira Brian benar-benar tidak terkalahkan. Sekarang, dia baru mengerti bahwa Brian hanya membual.“Sialan! Ternyata cuma seorang penipu! Aku hampir tertipu olehnya!” ujar Rachel dengan marah. Kesan baiknya terhadap Brian pun langsung sirna. Setelah mengingat dirinya yang dipermainkan Brian dan hampir memuja Brian, Rachel makin marah dan sangat ingin langsung pergi menendang Brian.“Aku sudah peringati kamu untuk jangan tertipu olehnya, tapi kamu malah bandel! Dia cuma punya sedikit kemampuan seni bela diri eksternal, mana bisa dibandingkan dengan ahli seni bela diri internal, apalagi disebut ahli bela diri!” cibir Owen.“Memangnya kamu lebih hebat darinya? Kalau kamu berada di posisinya, mungkin saja kamu sudah babak belur hanya dengan satu tamparan!” Rache