“Ini ....”Setelah mendengar penjelasan Hugo, Malik dan para tetua Keluarga Meriya pun sepenuhnya tercengang. Sebelumnya, mereka tidak terlalu memahami situasi Grup Ora, juga meremehkan Grup Ora dan merasa pembagian dividen sebesar 20% terlalu rendah. Oleh karena itu, mereka baru tidak bersedia menerima syarat Owen.Setelah mengetahui potensi perkembangan Grup Ora dari Hugo, mereka baru menyadari bahwa Grup Ora sebenarnya jauh lebih hebat dari perkiraan mereka dan mereka terlalu merendahkan kemampuan Grup Ora.“Sembarangan! Grup Ora hanyalah sebuah perusahaan farmasi kecil. Mana mungkin mereka bisa menghasilkan keuntungan sebesar itu. Hugo, memangnya kamu punya buktinya?” dengus Sonny. Dia masih sangat meragukan ucapan Hugo.Meskipun tidak memahami situasi dan latar belakang Grup Ora, Tonham Barat dan Tonham Selatan saling berbatasan sehingga dia mengetahui informasi mengenai beberapa keluarga besar terkemuka di Tonham Selatan. Dia tahu bahwa Grup Ora bukanlah perusahaan milik keluarga
“Apa? Ayah, kenapa kamu ....”Begitu mendengar ucapan Simon, Hugo pun tercengang dan menatapnya dengan ekspresi tidak percaya. Dia tidak menyangka ayahnya akan memihak Sonny dan juga mencurigainya.Namun, sebelum sempat berpikir lebih lanjut, Simon berkata lagi, “Ayah, berhubung Sonny mau bukti, bukannya itu sangat gampang? Tonham Selatan dan Tonham Barat nggak jauh kok. Keluarga Meriya bisa mengutus beberapa orang untuk pergi mencari tahu situasi Grup Ora, lalu membuktikan apa yang dikatakan Hugo benar atau nggak.”“Apa yang dikatakan Ayah benar! Kakek, kalau kalian nggak percaya sama omonganku, utus saja orang untuk pergi menyelidiki situasi Grup Ora di Tonham Selatan. Nanti, kalian akan tahu apa yang kukatakan benar atau nggak,” ujar Hugo dengan gembira. Dia akhirnya mengerti bahwa ayahnya sebenarnya ingin membantunya.“Benar juga. Daripada bertengkar di sini dan asal menebak, lebih baik kita langsung utus beberapa orang ke Tonham Selatan untuk menyelidiki situasi dan latar belakang
Di sisi Owen.Dengan ditemani Yunita, Owen tiba di sebuah hotel bintang 5 terdekat, lalu memesan sebuah kamar presidensial. Setelah meletakkan koper, Owen menatap Yunita dan berkata, “Nona Yunita, terima kasih. Sekarang, kamu sudah boleh pulang.”“Sabar dulu. Pak Gustari, ada hal yang mau kutanyakan padamu. Malam ini, ada acara bisnis yang diadakan Spencer Wulianto. Dia mengundang banyak keturunan keluarga besar dan kaya untuk menghadiri acara itu. Apa kamu tertarik untuk pergi?” tanya Yunita dengan ragu.“Acara bisnis? Aku nggak tertarik,” jawab Owen sambil menggeleng.Meskipun tidak tahu acara bisnis apa yang dimaksud Yunita, Owen bisa menebak bahwa itu sebenarnya hanyalah sebuah pesta di mana keturunan orang kaya hadir untuk bersosialiasi atau menambah koneksi. Dia baru datang ke Tonham Barat dan tidak kenal dengan keturunan orang kaya itu. Jadi, dia tentu saja tidak tertarik untuk menghadirinya.“Jangan tolak dulu. Keluarga Wulianto itu salah satu keluarga yang berkecimpung di bida
“Apa? Kamu bilang, akan ada penjualan bahan obat spiritual dalam acara bisnis malam ini? Serius?” tanya Owen dengan terkejut setelah mendengar penjelasan Yunita.Owen tentu saja tahu betapa berharga bahan obat spiritual. Baik bahan obat spiritual biasa ataupun yang kualitasnya bagus sangatlah langka dan sulit ditemukan. Tak disangka, malah akan ada penjualan bahan obat spiritual di sebuah acara bisnis kecil seperti itu. Dia tentu saja tidak bisa menebak apakah yang dikatakan Yunita memang benar atau tidak.“Tentu saja! Sekarang, kamu sudah tertarik untuk menghadiri acara bisnis itu, ‘kan?” tanya Yunita sambil tersenyum tipis.Sebelumnya, Yunita sudah mendengar dari Hugo bahwa Grup Ora membutuhkan banyak bahan obat berharga untuk memurnikan pil. Dia pun menebak bahwa acara bisnis malam ini pasti berguna bagi Grup Ora. Oleh karena itu, dia sengaja memberi tahu Owen mengenai hal ini dan bertanya apakah Owen ingin pergi atau tidak.“Emm, aku sangat tertarik! Nona Yunita, di mana acara ini
“Eh, bukannya itu Yunita?” tanya wanita cantik itu dengan terkejut. Kemudian, dia menarik pria di sisinya untuk berjalan mendekati Owen dan Yunita.“Madeline, kok kamu juga ada di sini?” tanya Yunita dengan terkejut.Wanita cantik itu bernama Madeline Suhardi. Dia adalah putri kedua Keluarga Suhardi dan juga salah satu teman baik Yunita. Keluarga Suhardi juga merupakan keluarga seni bela diri kuno veteran di Tonham Barat, tetapi mereka hanyalah keluarga bela diri kuno kelas menengah. Berhubung leluhur Keluarga Suhardi memiliki sedikit hubungan dengan leluhur Keluarga Meriya, kedua keluarga pun menjalin hubungan yang sangat baik dari dulu. Sementara itu, Yunita dan Madeline yang bertumbuh besar bersama pun menjadi sahabat karib karena ubur mereka juga sebaya.“Oh, aku datang untuk makan bersama pacarku,” jelas Madeline sambil menunjuk ke pria yang berada di sampingnya.Pria itu bernama Caden Cunawi. Dia adalah putra sulung Keluarga Cunawi. Keluarga Cunawi juga merupakan keluarga seni b
“Aku ....”Begitu mendengar ucapan Madeline, Yunita langsung tercengang. Dia dan Owen memang baru keluar dari kamar hotel. Namun, dia hanya mencarikan tempat tinggal untuk Owen, bukan melakukan “hal tidak senonoh”.“Madeline, kamu benar-benar salah paham! Gustari hanyalah rekan kerja sama Keluarga Meriya. Aku datang kemari karena mau mengaturkan tempat tinggal untuknya,” jelas Yunita dengan terburu-buru. Namun, dia merasa dirinya makin memperburuk keadaan dengan menjelaskannya.“Sudahlah. Yunita, kamu nggak usah jelasin lagi. Memang sudah saatnya kamu pacaran. Jadi, kamu nggak usah menutupinya lagi. Lagian, kita semua sudah dewasa. Masalah seperti ini sangat wajar kok, aku ngerti,” goda Madeline. Dia tetap tidak begitu memercayai penjelasan Yunita.Madeline tahu jelas bahwa Keluarga Meriya adalah pemimpin keluarga besar terkemuka di Tonham Barat. Sebagai putri Keluarga Meriya, Yunita memiliki status dan kedudukan yang sangat tinggi. Jika Owen hanyalah rekan kerja sama Keluarga Meriya,
“Yunita, apa kalian mau makan? Bagaimana kalau kita makan bareng?” tanya Madeline. Berhubung Owen dan Yunita sudah tidak bisa membantah, dia pun mengalihkan topik pembicaraan.“Umm ....” Yunita tanpa sadar menatap Owen. Madeline adalah sahabat terbaiknya dan mereka juga sudah tidak bertemu cukup lama. Dia pun sangat ingin makan bersama Madeline supaya bisa mengobrol. Namun, Owen sudah terlebih dahulu mengajaknya makan dan ingin mentraktirnya. Jadi, dia mau tak mau harus menanyakan pendapat Owen dulu.“Aku nggak masalah,” jawab Owen sambil mengangkat bahunya. Dia tahu Madeline adalah temannya Yunita, juga menyadari Yunita ingin mengobrol bersama Madeline. Jadi, dia tentu saja tidak akan merusak suasana dengan menolak ajakan itu.“Kamu bahkan harus minta izin padanya untuk makan bareng, tapi malah bilang kalian tidak pacaran. Dasar kalian ini!” ujar Madeline sambil tertawa setelah menyadari tindakan Madeline.“Kamu benar-benar keras kepala!” seru Yunita dengan marah. Namun, dia juga mera
“Aku adalah wakil presdir Grup Ora,” jawab Owen. Dia bukanlah pacarnya Yunita, juga tentu saja tidak mengetahui pemikiran Caden dan Madeline. Oleh karena itu, dia pun mengungkapkan identitasnya dengan “jujur”.“Wakil presdir Grup Ora? Grup Ora itu apa?” tanya Caden dan Madeline dengan bingung. Sangat jelas bahwa mereka masih belum pernah mendengar tentang Grup Ora yang sedang naik daun di Tonham Selatan akhir-akhir ini.Masalahnya, mereka mengira meskipun bukanlah keturunan keluarga keluarga besar terkemuka, Owen paling tidak adalah anak orang kaya yang berkuasa. Tak disangka, Owen hanyalah seorang wakil presdir sebuah perusahaan kecil di Tonham Selatan. Statusnya itu berbeda sangat jauh dari Yunita. Jadi, mereka benar-benar tidak mengerti kenapa Yunita malah menyukai orang biasa seperti Owen.“Pantas saja!” seru Madeline. Dia terlihat seperti tiba-tiba menyadari sesuatu. Sebelumnya, dia masih merasa bingung kenapa Yunita tidak mau mengakui hubungannya dengan Owen. Sekarang, dia akhir