Owen memegang tangan Yura, lalu berkata tanpa malu, “Yura, berhubung kamu sudah memercayaiku, boleh kasih aku bahan obatnya nggak?”“Nggak! Pokoknya, aku nggak bakal kasih kamu bahan obatnya!” dengus Yura. Kemudian, dia menarik tangannya dari genggaman Owen.“Kenapa?” Owen langsung terkejut. Dia awalnya mengira bahwa Yura sudah tidak marah. Tak disangka, hati wanita memang tidak bisa ditebak. Pemikirannya terlalu sederhana.“Aku kesal karena kamu hanya memikirkan Theresa. Memangnya nggak boleh?” jawab Yura dengan cemberut.“Ini ....” Owen pun sepenuhnya tercengang dan bertanya, “Yura, buat apa kamu begini? Kamu seharusnya tahu jelas, orang yang kusukai itu Theresa. Kalau bisa, aku lebih berharap kita bisa berteman baik selamanya.”Owen berdesah, lalu mengungkapkan pemikirannya yang sebenarnya. Sebenarnya, perasaannya masih sangat kacau. Dia tidak tahu harus bagaimana menghadapi perasaan Yura yang mendalam ini. Meskipun Theresa sudah memberi izin dan dia juga memiliki fondasi perasaan d
“Yura, seingatku, aku pernah berjanji untuk memijatmu lagi. Apa sekarang kamu capek? Mau aku bantu pijat nggak?” tanya Owen sambil tersenyum. Dia langsung mengubah strateginya.“Kamu masih ingat soal itu? Untung kamu masih punya hati nurani!” dengus Yura. Kemudian, seulas senyum pun menghiasi wajahnya. Tentu saja, dia bukan merasa senang karena Owen menyanjungnya, melainkan karena Owen masih mengingat kenangan mereka dulu. Meskipun ini hanya sebuah hal kecil yang tidak penting, dia sudah cukup senang karena Owen mengingatnya.“Tentu saja aku ingat! Yura, kamu baring saja dulu. Aku akan memijatmu!” Owen langsung bersemangat karena merasa caranya ini pasti berhasil menyenangkan Yura.Setelah itu, Yura duduk di atas kursi kulit asli, lalu mengangkat kedua kakinya yang putih nan mulus dan meletakkannya di atas paha Owen. Selanjutnya, dia pun menikmati pijatan Owen.Saat Owen memijat Yura dengan teknik pijat oriental dulu, mereka hanyalah teman biasa. Jadi, dia sedikit banyaknya merasa sung
Theresa khawatir mungkin saja Owen tidak mendapatkan ginseng liar di atas 300 tahun dari Keluarga Suwanto dan harus mencari cara lain. Oleh karena itu, Owen menghabiskan begitu banyak waktu di luar.“Siapa suruh kalian nggak mau dengar nasihat orang tua? Aku sudah bilang dari awal, Owen nggak mungkin mampu mendapatkan bahan obat dari Keluarga Suwanto. Dengan dendam di antara dia dan Keluarga Suwanto, apa bedanya itu dengan menggali lubang kuburnya sendiri? Aku berbaik hati menasihati kalian, tapi kalian malah bandel. Sekarang, mau menyesal juga sudah terlambat,” cibir Lukas. Dia diam-diam merasa agak gembira.Bagaimanapun juga, Lukas sudah memperingati Owen, tetapi Owen bersikeras pergi ke kediaman Keluarga Suwanto. Meskipun Keluarga Suwanto benar-benar melumpuhkan Owen, itu adalah akibat dari perbuatan Owen sendiri.“Siapa bilang aku nggak dapat bahan obatnya?” Tepat pada saat ini, terdengar suara Owen. Dia terlihat tenang dan berjalan masuk ke kamar dengan santai.“Owen, ka ... kamu
“Theresa, aku pergi masak obatnya dulu ya. Kalau sudah minum obatnya, Pak Jerremy pasti sembuh,” ucap Owen.“Emm, oke! Ayo kutemani!” Theresa mengiakannya, lalu meninggalkan kamar bersama Owen.Hanya Lukas sendiri yang masih tersisa di kamar. Dia belum tersadar dari keterkejutannya.Di dalam dapur, Owen memotong seperlima ginseng itu, lalu memasaknya menjadi obat untuk Jerremy. Selesai memasak obat, dia dan Theresa kembali ke kamar Jerremy.Pada saat ini, Rachel dan Renata yang sudah mendengar kabar ini juga buru-buru masuk ke kamar Jerremy. Mereka mau melihat apakah Owen benar-benar bisa menyembuhkan Jerremy atau tidak.“Owen, kuserahkan Kakek padamu,” kata Theresa dengan penuh harap. Dia memutuskan untuk menaruh semua harapan pada Owen.“Emm, aku akan berusaha yang terbaik.” Owen mengangguk, lalu membawa semangkuk obat itu ke sisi ranjang.“Tunggu!” Tepat pada saat ini, Lukas tiba-tiba menghalangi Owen dan berkata dengan ekspresi muram, “Owen, apa kamu benar-benar yakin bisa mengobat
“Theresa, aku hanya khawatir Owen salah memberi pengobatan dan mencelakai kakekmu ....” Lukas pun tersenyum canggung. Dia tahu bahwa dirinya yang salah dan mulai mengalah.“Memangnya kenapa kalau begitu? Keadaan Kakek sekarang nggak ada bedanya dengan orang yang sudah mati. Bahkan Pak Ashton yang merupakan dokter terunggul di Jenggala juga nggak bisa mengobati Kakek. Nggak peduli apa Owen bisa menyembuhkan Kakek atau nggak, yang penting dia sudah berusaha yang terbaik. Biarpun benar-benar terjadi sesuatu pada Kakek, mungkin itu memang sudah takdir. Mana bisa kamu menyalahkan Owen?” ujar Theresa dengan dingin.“Ini ....” Lukas pun tidak bisa berkata-kata. Dia hendak membantah, tetapi tidak menemukan alasan yang tepat.“Om Lukas, sekarang kamu sudah bisa minggir, ‘kan?” tanya Owen dengan tenang. Dia tidak tahu apakah dirinya memang tidak cocok dengan Lukas atau apa. Dari pertama bertemu dengan Lukas, Lukas selalu merendahkannya. Bahkan setelah keadaan Lukas menjadi seperti sekarang, Luka
“Owen, aku kira kamu benar-benar bisa menyadarkan ayahku. Ternyata, kamu cuma membual ya!” Begitu mengetahui Owen tidak bisa langsung menyadarkan Jerremy, Lukas langsung mengejeknya.“Ayah, mengobati orang nggak semudah itu. Lagian, keadaan Kakek sangat serius. Bukannya wajar Owen membutuhkan waktu beberapa hari?” ujar Theresa dengan tidak senang.“Belum tentu! Waktu itu, keadaanmu lebih parah dari Ayah, tapi dia bisa dengan cepat menyadarkanmu. Sekarang, dia bahkan nggak bisa menyadarkan Ayah. Kalau begitu, mana mungkin dia bisa menyembuhkan Ayah! Menurutku, dia pasti sudah melakukan kesalahan dalam diagnosis dan pengobatannya!” kata Lukas dengan dingin.Berhubung tidak percaya Jerremy dicelakai orang, Lukas masih merasa sangat curiga pada diagnosis Owen. Hanya saja, dia harus mengalah karena Theresa sangat membela Owen. Namun, kenyataan sudah membuktikan bahwa Owen tidak bisa menyadarkan Jerremy.Owen merasa sangat tidak senang karena keterampilan medisnya berulang kali diragukan Luk
“Lukanya sudah sembuh kok. Kalau semuanya lancar-lancar saja, Pak Jerremy seharusnya akan segera sadar!” jawab Owen sambil tersenyum.“Sadar? Mana?” Melihat Jerremy yang masih terbaring diam di tempat tidur, Lukas pun langsung marah. Dia melanjutkan, “Dasar dokter gadungan! Sebelumnya, aku sudah bilang diagnosismu itu pasti salah. Tapi kamu malah bersikeras memberi pengobatan ini.”Lukas menjadi semakin marah dan akhirnya tidak bisa menahan amarahnya lagi.“Ayah, tenang dulu! Owen sudah bilang Kakek akan segera sadar. Kita tunggu saja sebentar lagi!” Theresa buru-buru membujuk Lukas. Namun, nadanya terdengar semakin tidak yakin.Sebenarnya, Theresa lumayan memercayai keterampilan medis Owen. Namun, keadaan Jerremy masih belum membaik setelah diobati Owen selama beberapa hari. Jadi, dia pun diam-diam merasa panik dan mulai curiga bahwa apa yang dikatakan ayahnya memang benar. Owen mungkin melakukan kesalahan dalam diagnosis dan memberi pengobatan.“Tunggu? Aku sudah menunggu selama lima
Awalnya, Jerremy mengira Utaram pasti akan membunuhnya. Tak disangka, dia berhasil terlepas dari ambang kematian.“Benar! Kakek, kamu nggak apa-apa kok. Owen sudah menolongmu,” jawab Theresa dengan gembira.“Owen?” Jerremy langsung terkejut dan menoleh ke arah Owen yang ada di samping. Dia merasa luar biasa gembira. Sebelum kehilangan kesadaran, dia sudah menyadari bahwa satu-satunya orang yang bisa menolong Keluarga Lestari hanyalah Owen. Setelah melihat Owen berada di sini dan juga sudah menolongnya, reaksi pertamanya adalah Keluarga Lestari sudah terselamatkan berkat bantuan Owen.“Syukurlah! Sepertinya, Tuhan memang melindungi Keluarga Lestari!” Jerremy merasa sangat gembira dan tertawa terbahak-bahak.“Ayah, kamu kenapa?” tanya Lukas dengan heran. Dia buru-buru berjalan mendekati Jerremy.“Lukas, kamu benar-benar hebat! Apa kamu sudah lebih dulu menyadari rencana busuk Sherly dan Utaram, lalu beraliansi dengan Owen untuk menghadapi mereka?” tanya Jerremy dengan bersemangat. Nadany