Share

Bab 70

Penulis: Emilia Sebastian
“Duh, ngapain kamu panggil aku kemari pagi-pagi buta begini?”

“Dasar kamu ini! Jangan ngantuk lagi! Cepat kemari! Coba lihat apa ini!”

Saat ini, langit masih belum terang. Deska yang tiba-tiba dipanggil datang ke Kediaman Pangeran Pemangku Kaisar awalnya masih mengantuk. Namun, begitu melihat isi kotak kayu di atas meja, seluruh rasa kantuknya langsung hilang.

“Ya ampun! Bukannya ini ganoderma ungu!” Deska segera berlari ke sisi meja, lalu dengan hati-hati mengeluarkan ganoderma ungu dari kotak kayu.

“Hahaha! Kualitasnya bagus sekali! Dari mana kalian dapatkan harta karun ini?” tanya Deska dengan mata berbinar. Dia menatap lekat-lekat ganoderma ungu itu dan hampir menciumnya.

“Kamu jangan senang dulu! Coba periksa apa ini benar-benar ganoderma ungu 100 tahun yang kamu sebutkan sebelumnya?”

Gading dan yang lain sudah tidak sabar lagi dan tidak berhenti mendesak Deska. Hanya Adika yang masih duduk engan tenang di samping.

Deska menjawab tanpa ragu, “Tentu saja! Kalian nggak lihat ganoder
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dennis Yoseph
saya senang banget, saya masih ingin terus membaca bab bab berikutnya, menanti esok hari. Terima kasih banyak, Author.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 71

    Adika tentu saja mengetahui niat Deska. Dia menjawab dengan acuh tak acuh, “Dia memang mau belajar ilmu pengobatan, tapi yang benar-benar ingin dipelajarinya itu ilmu racun. Memangnya kamu bisa?”“Ilmu racun ... aku bisa sedikit? Haih, sebenarnya aku juga nggak terlalu paham.”Begitu mengungkit tentang ilmu racun, Deska sontak patah semangat. Meskipun dia adalah tabib suci yang dirumorkan bisa membangkitkan orang mati dan menyembuhkan berbagai macam penyakit, dia benar-benar tidak ahli dalam ilmu racun.“Yang paling ahli dalam ilmu racun itu pasti si Raja Racun Tabib Hantu.”Jika membandingkan ilmu pengobatan, Deska pasti menang dari Raja Racun Tabib Hantu. Namun, Deska sama sekali tidak dapat membandingkan ilmu racun dengannya.“Belakangan ini, aku sempat dengar rumor bahwa Raja Racun Tabib Hantu itu ada di ibu kota,” ujar Deska setelah teringat hal ini.Mendengar ucapan Deska, Adika berpikir sejenak sebelum bertanya, “Kamu punya cara untuk hubungi orang itu?”“Aku mana kenal sama dia

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 72

    “Kita akhiri masalah ini sampai di sini. Aku akan tangani masalah rumput peremajaan. Tapi, jangan sampai kalian sebarkan sepatah kata pun mengenai semua hal ini!” ujar Adika.Adika memejamkan mata, lalu menekan pelipisnya. Dia merasa agak tidak berdaya. Kenapa gadis itu begitu bernyali? Memangnya dia tidak dapat menyembunyikan rahasianya dengan baik?Gading dan yang lain pun saling memandang. Sementara itu, Deska melirik ekspresi Adika dan bertanya dengan kening berkerut, “Pangeran, memangnya kamu nggak mau cari tahu tentang rumput peremajaan dari orang itu?”Adika tidak menjawab.Deska pun langsung mengerti maksudnya. “Tapi Pangeran, pengobatan penyakit ini nggak boleh ditunda terlalu lama. Makin lama Pangeran menundanya, Pangeran akan merasa makin tersiksa setiap penyakitnya kambuh. Sekarang, rumput peremajaan sudah ada di depan mata kita, kenapa Pangeran nggak mau langsung tanya ke orangnya?”“Berapa pun harganya, selama kita bisa dapatkan rumput peremajaan, kita cuma tinggal cari s

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 73

    Syakia sontak merasa gembira. Dia buru-buru mengambil air sungai untuk menyiramnya. Setelah itu, dia melihat rumput peremajaan yang tumbuh di sampingnya. Rumput-rumput itu sudah berbunga dan terlihat sangat indah.Syakia tersenyum sambil menyentuh putik salah satu bunga. Kemudian, dia mulai memeriksa kebun obat herbalnya yang luas. Setiap melewati satu jenis obat herbal, dia akan membuka buku panduan obat herbal dan mencocokkannya satu per satu.Namun, ada sejenis obat herbal yang menarik perhatian Syakia. Sebab, buku panduan obat herbal mencatat informasi obat herbal lainnya dengan sangat terperinci. Namun, yang tercatat mengenai obat herbal ini hanyalah bentuk, nama, dan asal-usulnya. Bahkan khasiatnya juga tidak tertera.[ Safron : Berasal dari negeri seberang.... ]Syakia berulang kali mencocokkannya sebelum memastikan bahwa obat herbal itu bernama safron. Sayangnya, tidak tertulis apa khasiatnya. Apa dia perlu mencicipinya?Syakia tiba-tiba merasa penasaran. Namun, dia akhirnya me

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 74

    Syakia berdiri di atas tangga sambil menatap Kahar dan Ayu.“Bukannya aku yang harus tanya sama kalian? Kama sudah memukulku hingga aku terluka parah. Sampai sekarang, memar di tubuhku masih belum sepenuhnya hilang. Kalian kira dengan hanya mengucapkan beberapa patah kata, aku akan langsung memaafkan kalian?”Kahar dan Ayu benar-benar berpikir seperti itu. Bagaimanapun juga, hanya orang lain yang selalu meminta maaf pada anak-anak dari Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan. Mana pernah mereka menunduk pada orang lain?Syakia sangat memahami sifat beberapa kakaknya itu. Jika Kama memiliki sifat yang terlalu temperamental, Kahar memiliki sifat yang terlalu arogan. Dia tidak pernah menaruh siapa pun dalam hati. Jadi, Syakia tahu Kahar tidak mungkin meminta maaf padanya. Kahar bahkan mungkin tidak tahu bagaimana cara menulis kata maaf.“Bukannya Kak Kama sudah dihukum?” Kahar menatap Syakia dengan ekspresi datar dan berkata, “Dia sudah dipukul 80 kali dan dikurung selama ini di penjara. Mema

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 75

    Kahar menyerukan nama lengkap Syakia dengan marah, lalu bertanya dengan dingin, “Kamu begitu nggak bisa terima Ayu?”“Benar. Di tempat yang ada dia, nggak akan ada aku,” jawab Syakia dengan dingin.Bahkan Ayu juga tidak menyangka Syakia akan mengucapkan kata sejujur ini.Sebelum pergi, Syakia berkata, “Aku sudah sebutkan syaratku dengan jelas. Kalau kalian bisa terima, bawa semua maha Ibu kemari besok.”Jika Keluarga Angkola tidak bisa menerima syarat ini, biarkan saja Kama lanjut dikurung di penjara.Pada akhirnya, Kahar dan Ayu pun pulang dengan ekspresi suram.Di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan.“Syakia benar-benar berkata begitu?” tanya Abista dengan terkejut pada Kahar dan Ayu.Kahar mengangguk dan menjawab dengan tidak senang, “Aku yang mendengarnya sendiri. Apa mungkin aku bohongi Kakak?”“Nggak, bukan begitu maksudku ....” Abista hanya merasa dirinya makin tidak memahami Syakia.“Kenapa dia begitu membenci Ayu? Dia bahkan bisa mengucapkan kata-kata seperti itu?” Abista meng

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 76

    Ayu pun tertegun. Dia tidak menyangka Kahar akan mengusulkannya untuk mengabaikan ucapan Abista. Namun, Ayu juga tidak langsung setuju. Dia berpura-pura ragu sejenak. “Tapi, aku sudah janji sama Kak Abista. Lagian, yang dibilang Kak Abista benar. Kali ini, Ayah sudah benar-benar marah. Dia pasti serius.”“Paling bagus kalau Ayah memang serius.” Kahar menjawab dengan ekspresi dingin, “Meski Ayah nggak serius, aku juga akan buat hal ini jadi serius.”“Apa maksud Kak Kahar?” tanya Ayu dengan berlagak bodoh.Kahar pun tertawa. “Ayu, kamu terlalu polos. Kamu nggak tahu ada orang yang memang terlahir keras kepala dan suka bertindak semena-mena. Kalau nggak kasih dia rasakan akibatnya, dia nggak akan ubah sikap buruknya. Jadi, aku setuju sama keputusan Ayah kali ini.”“Setelah Syakia putus hubungan dengan Keluarga Angkola, dia akan sepenuhnya kehilangan semua yang didapatkannya dengan andalkan status putri sah Adipati Pelindung Kerajaan. Nanti, dia akan tahu dia itu bukan siapa-siapa tanpa s

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 77

    “Emm, aku ngerti. Ingat bawa orangnya datang besok. Kalau nggak, meski aku sudah terima mahar Ibu, aku juga nggak akan setuju untuk maafkan Kama.” Seusai berbicara, Syakia juga bersikap sama seperti Kahar dan menambahkan, “Mengerti?”Ekspresi Kahar langsung menjadi dingin. “Oke. Syakia, kamu benar-benar hebat.”Syakia mengabaikan Kahar. Dia memindahkan peti-peti berisi mahar ibunya ke dalam kuil bersama biksuni-biksuni lain. Sampai Syakia selesai memindahkan peti terakhir, dia juga tidak melirik Kahar.Ayu hanya menyaksikan semuanya dalam diam. Lagi pula, dia hanya berperan sebagai adik yang penurut. Dia akan melakukan apa yang diperintahkan Kahar. Setelah masalahnya berakhir, dia baru sepenuhnya merasa lega, terutama setelah pulang dan melaporkan hal ini kepada Damar. Keesokan harinya, Damar benar-benar menghapus nama Syakia dari daftar silsilah keluarga. Abista ingin mencegahnya, tetapi gagal. Suasana hati Ayu sangat bagus. Dia bahkan sengaja mengikuti Kahar pergi menjemput Kama. D

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 78

    “Kak Kama, kamu sudah gila?” tanya Kahar sambil menatap Kama dengan terkejut. Meskipun mereka memang berniat untuk membawa Kama pergi minta maaf, Kama yang bersedia melakukannya dengan sukarela benar-benar terlalu di luar dugaan.“Kamu jadi bodoh karena dipukul 80 kali atau karena terlalu lama dikurung di penjara?” tanya Kahar dengan nada agak mengejek.Ayu juga bertanya dengan curiga, “Kak Kama, kamu benar-benar baik-baik saja?”Kama tidak menyangka Kahar dan Ayu akan bereaksi begitu berlebihan setelah mendengar ucapannya. Dia pun tertegun sejenak. Setelahnya, dia mengungkapkan apa yang dipikirkannya selama dikurung di penjara akhir-akhir ini.“Sebenarnya, aku langsung menyesal setelah memukul Syakia hari itu.”Selama beberapa hari terakhir, Kama tidak berhenti memikirkan tatapan Syakia pada hari itu. Tatapannya itu benar-benar sangat menusuk hati. Kenapa Syakia bisa menunjukkan tatapan penuh kebencian seperti itu padahal mereka baru tidak bertemu beberapa saat?Kama teringat tujuan a

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 100

    Sebagai putri Adipati Pelindung Kerajaan, Syakia tentu saja mengetahui tentang krim pelembap Yui. Dia bukan hanya tahu, juga sering menggunakannya dulu. Bagaimanapun juga, setelah ibunya meninggal, satu-satunya perempuan yang tersisa di Kediaman Keluarga Angkola hanyalah Syakia. Jadi, setiap menerima krim pelembap Yui sebagai hadiah, Damar akan langsung memberikannya kepada Syakia.Namun, setelah Ayu datang ke Kediaman Keluarga Angkola, semua krim pelembap Yui yang ada di kamar Syakia pun diberikan kepada Ayu hanya karena sepatah kata “suka” dari mulutnya. Pada saat itu, Syakia yang masih tidak mengerti apa-apa pernah pergi mencari Damar dan bertanya kenapa semua krim pelembap Yui diberikan kepada Ayu, sedangkan dia tidak lagi mendapatkan sebotol pun. Apa yang dijawab “ayah baiknya” waktu itu?Syakia berpikir sejenak. Oh iya, pada saat itu, Damar menjawab dengan tidak senang, “Karena dia itu adikmu. Dia sudah hidup menderita di luar dari kecil. Sebagai kakak, memangnya kamu nggak bis

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 99

    Setelah merasa yakin bahwa Syakia yang mencuri krim pelembap Yui, Ike lanjut memaki, “Percuma saja Yang Mulia Kaisar menobatinya jadi Putri Suci! Ngomongnya saja dia pergi jadi biksuni, tapi dia malah belajar mencuri! Dia benar-benar memalukan!”“Yang dikatakan Kakak benar. Orang memalukan sepertinya memang nggak layak pakai marga Angkola! Dia memang harus dilarang melakukan segala sesuatu pakai nama Keluarga Angkola. Kalau nggak, dia pasti akan menghancurkan reputasi seluruh Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan!”“Ibu, bukan Syakia ....” Panji tidak menyangka Ike akan mencurigai Syakia tanpa ragu. Dia pun bersuara dan merasa sudah seharusnya dia membantu Syakia mengklarifikasi semuanya. Namun, jika Panji mengklarifikasinya, bukannya dia harus memberi tahu ibunya bahwa dia sudah memberikan ketiga botol krim itu kepada Ayu? Bagaimana jika ibunya mengira Ayu yang menghasutnya? Bukankah ibunya akan memaki Ayu sebagaimana dia memaki Syakia sekarang? Mungkin saja, ibunya akan memiliki pra

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 98

    Hanya keluarga kerajaan yang dapat menggunakan krim pelembap Yui. Sebotol kecil krim itu bernilai ribuan tael. Pejabat atau rakyat biasa tidak mungkin mampu menggunakannya. Hanya setelah mendapat hadiah dari permaisuri atau para selir istana, istri dan putri pejabat baru dapat memilikinya.Berkat kakak dan suaminya, Ike baru dipanggil masuk ke istana sesekali untuk menemani Janda Permaisuri mengobrol. Oleh karena itu, dia tentu saja pernah menerima lumayan banyak krim pelembap Yui sebagai hadiah.Terakhir kali Ike dipanggil ke istana, Janda Permaisuri juga memberinya 3 botol krim pelembap Yui. Dia tidak tega menggunakannya, makanya dia baru menyimpannya di gudang. Namun, dia tidak menyangka bahwa baru saja dia menyimpan ketiga botol krim itu ke gudang di pagi hari, putranya sudah mengambil krim itu dan memberikannya kepada Ayu pada sore harinya.Panji juga tahu seberapa berharga ketiga botol krim itu bagi ibunya. Namun, dia juga tidak berdaya. Siapa suruh dia salah bicara ketika pergi

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   bab 97

    “Teriak apa kamu? Mana ada hantu?” Panji menggaruk wajah dan lehernya sambil mengenakan pakaian luar. Dia juga menegur dayang itu dengan kesal.“Tuan, wajahmu ... wajahmu kenapa?” Setelah mendengar suara Panji, dayang itu baru menyadari bahwa yang ada di hadapannya bukanlah hantu, melainkan Panji. Dia sontak merasa makin terkejut dan panik.“Wajahku?” Panji yang masih belum menyadari apa-apa pun mengernyit. Dayang itu pun membawakan cermin tembaga ke hadapan Panji. Setelah melihat wajahnya yang berlumuran darah, Panji baru merasa tercengang. Wajahnya juga seketika menjadi pucat.“Ada apa ini? Kenapa wajahku begini?”Wajah yang awalnya tampan itu dilumuri darah, juga sangat bengkak. Bukan hanya wajah, bahkan leher, tangan, kaki, dan seluruh tubuh Panji juga terlihat merah dan bengkak. Setelah melihat dengan saksama, dia baru menyadari bahwa bagian-bagian yang berdarah itu adalah bagian yang digaruknya dengan kuat.Panji seketika merasa panik. “Kenapa masih bengong! Cepat suruh tabib d

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 96

    “Makanya! Pangeran, cepat turun! Cepat duduk di dalam kereta kuda dan mengobrol bersama Putri Suci! Dengan begitu, hubungan kalian baru bisa makin dekat!”Adika yang kudanya direbut oleh kedua bawahannya pun merasa kebingungan. “Omong kosong apa yang lagi kalian bicarakan?” Adika bertanya dengan kening berkerut, “Sahana duduk di dalam kereta kuda bersama gurunya. Buat apa aku ikut meramaikan suasana?”Aduh! Gading dan rekannya sudah melupakan hal ini. Mereka seharusnya menyiapkan tambahan kereta kuda supaya Shanti bisa duduk sendiri, sedangkan Adika dan Syakia bisa duduk bersama.Pemikiran Gading dan rekannya memang lumayan bagus. Namun, mereka tidak pernah memikirkan kemungkinan bahwa meskipun mereka menyiapkan tambahan kereta kuda, Syakia juga tidak mungkin duduk di kereta kuda yang sama dengan Adika. Bagaimanapun juga, meskipun Syakia dan Adika tidak berniat untuk melakukan apa-apa, orang lain tidak akan berpikiran sama. Jadi, mereka pasti harus menghindari rumor sebisa mungkin. S

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 95

    “Putri Suci, aku yang terlalu memanjakannya sehingga dia jadi begitu keras kepala dan kekanak-kanakan. Harap Putri Suci memaafkannya. Kelak, aku pasti akan mendidiknya dengan tegas supaya dia nggak timbulkan masalah untuk Putri Suci lagi,” ujar Joko dengan nada yang serius dan mengandung sedikit rasa bersalah.Joko sepertinya tahu jelas seberapa keterlaluan sikap istri dan putranya terhadap Syakia.Melihat sikap tulus Joko, Syakia juga tidak mengatakan apa-apa lagi meskipun dia sangat membenci Panji. Bagaimanapun juga, Joko adalah orang yang memperlakukannya dengan paling baik di seluruh Kediaman Pangeran Darsuki. Padahal, Joko adalah orang yang terlihat sulit didekati. Namun, dia sebenarnya sangat baik dan hangat.“Pangeran Joko, berdirilah. Kesalahan orang lain nggak ada hubungannya denganmu. Aku nggak pernah salahkan Pangeran. Jadi, Pangeran nggak perlu menyalahkan diri. Mengenai Panji ....”Syakia melirik Panji yang masih terlihat terhina dan marah, lalu lanjut berkata dengan acuh

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 94

    Syakia menatap Kama yang berlutut di hadapannya dengan mata sedikit bergetar. Kemudian, dia segera mengalihkan pandangannya.Orang lainnya menatap Kama dengan terkejut. Kahar bahkan menatapnya dengan ekspresi tidak mengerti. “Kak Kama?”“Kahar, kamu masih ingat apa yang Ayah suruh kita sampaikan?” Kama masih berlutut dengan sebelah kaki dan lanjut berujar tanpa menoleh, “Dari tadi, kalian nggak berhenti bilang bahwa Syakia nggak boleh bertindak pakai nama Keluarga Angkola. Kalian juga melarangnya pakai marga Angkola. Sekarang, dia berdiri di hadapan kita dengan status Putri Suci. Jadi, bukannya kita yang seharusnya mengenali posisi kita?”Ucapan Kama langsung membuat Kahar dan Ayu terdiam. Mereka sama sekali tidak bisa membantah. Setelah terdiam sesaat, Kahar akhirnya berbalik secara perlahan dan berlutut menghadap Syakia. “Hormat ... Putri Suci.”Berbeda dengan ekspresi penuh tekad Kama, tatapan Kahar saat berbicara terlihat dingin.“Kenapa? Kalian bertiga nggak mau akui statusnya s

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 93

    Seusai berbicara, Panji baru tersadar bahwa ucapannya agak keterlaluan. Dia pun menatap ke arah Syakia secara refleks, seolah-olah mengira ucapannya telah melukai Syakia. Namun, Syakia tidak menunjukkan ekspresi apa pun.“Orang dari Kediaman Pangeran Darsuki memang hebat sekali!” sindir Shanti dengan ekspresi dingin.Kama merasa sangat marah hingga menggertakkan gigi. Sementara itu, Ayu terlihat sangat bangga. Dia melirik Syakia, lalu melirik Panji dan bergumam dalam hati, ‘Si bodoh ini akhirnya tahu harus pilih siapa.’Kahar yang berdiri di samping hanya mengejek, “Salah siapa dia begitu nggak disukai orang lain?”“Kahar, diam kamu!” ujar Kama sambil memelototi Kahar.Kahar bukannya diam, malah balik bertanya, “Memangnya yang kubilang salah? Namanya dihapus dari daftar silsilah keluarga, marganya dicabut, pernikahannya dibatalkan, dirinya dihina orang-orang .... Memangnya ini semua bukan akibat dari perbuatan jahatnya dulu?”“Aku suruh kamu diam!” seru Kama dengan penuh amarah. Kali i

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 92

    Hala yang bersembunyi di kegelapan pun tidak bisa berkata-kata. Dia tidak mungkin menunjukkan diri. Bagaimanapun juga, dia tahu dia tidak boleh mengacaukan urusan majikannya di situasi seperti ini. Jadi, dia tetap tidak menunjukkan diri setelah Syakia berteriak untuk sesaat.“Tuan Panji, sudah lihat, ‘kan? Aku benar-benar nggak kenal sama orang yang namanya Hala.”Syakia menggeleng dan menunjukkan ekspresi yang sangat serius. Shanti yang menyaksikan semua ini dari samping pun mau tak mau memalingkan wajah karena khawatir dirinya tidak dapat menahan tawa.Panji berseru marah, “Kamu kira kamu bisa menipuku! Aku sudah dihajar Hala sampai sekujur tubuhku penuh luka dan kakiku juga nyaris patah. Sekarang, kamu malah bilang kamu nggak kenal sama dia? Siapa yang bisa kamu tipu!”“Sekujur tubuhmu penuh luka? Mana?” Syakia mengangkat alisnya dan bertanya, “Memangnya ada luka di tubuh Tuan Panji?”Panji segera menjawab, “Coba lihat wajahku ini! Nih, tanganku juga .... Eh? Mana lukaku?”Setelah m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status