Kapak Kama tiba-tiba berhenti di tengah udara. Itu bukan karena kalimat terakhir Ranjana, melainkan karena dia tiba-tiba teringat sesuatu. Jika Ayu benar-benar menjadi selir, dengan sifatnya itu, dia pasti tidak akan melepaskan Syakia.Meskipun Adika bersedia mendukung Syakia, berapa lama dukungan itu bisa bertahan? Jika Kaisar juga berpihak pada Ayu, apakah Adika yang memihak Kaisar akan lanjut melindungi Syakia? Setelah terpikirkan kemungkinan ini, meskipun peluang itu sangatlah kecil, itu bukannya sama sekali tidak bisa terjadi. Pada saat itu, apa dia yang sudah berubah menjadi rakyat jelata dapat melindungi Syakia?Sekujur tubuh Kama tiba-tiba terasa dingin. Dia meletakkan kapaknya, lalu berbalik dan menatap Ranjana. “Kalian bilang Yang Mulia Kaisar mau angkat Ayu jadi selir? Apa itu benar?”“Tentu saja!” Kahar segera menjawab, “Yang Mulia Kaisar sendiri yang mengucapkannya di perjamuan perayaan titik balik matahari musim dingin. Dia bahkan sudah menyuruh Ayu tinggal di istana untu
“Justru karena dia sudah jadi biksuni, Yang Mulia Kaisar nggak bisa pilih dia dan akhirnya pilih Ayu!”Kahar tertegun beberapa detik, lalu segera tersadar kembali dan mengeluh dengan ekspresi menyalahkan, “Kalau bukan gara-gara dia, Ayu nggak akan mungkin dipilih untuk masuk istana! Jadi, dia harus tanggung jawab. Dia harus keluarkan Ayu dari istana dan suruh Yang Mulia Kaisar tarik kembali perintahnya!”Makin berbicara, nada Kahar makin tinggi. Dia berbicara dengan penuh percaya diri, seolah-olah yang dikatakan mereka adalah kenyataan.Namun, Kama merasa tidak yakin. Dia pada dasarnya tidak terlalu percaya pada ucapan Kahar dan Ranjana. Setelah dipikir-pikir, Kaisar yang tiba-tiba menyukai Ayu dan menginginkannya masuk istana sangatlah aneh. Meskipun Kama telah meninggalkan Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan, dia tahu jelas betapa Kaisar mewaspadai ayah dan keluarga mereka. Jadi, Ayu yang disuruh masuk ke istana dan menunggu untuk dipilih menjadi selir sangatlah aneh.Hanya saja, di
Sebelum pergi, Ranjana menoleh dan melontarkan ucapan terakhir, “Kak Kama, pikirkanlah dengan baik ucapan kami hari ini. Kami akan datang mencarimu lagi.”Ekspresi Kama seketika menjadi muram. Setelah Kahar dan Ranjana pergi, dia segera melanjutkan pekerjaannya hari ini dengan kesal.Setelah mendapat upah, keesokan paginya, Kama langsung pergi ke ibu kota untuk membeli kue. Meskipun itu bukan kue dari Menara Jaya, aromanya tetap sangat harum. Kemudian, dia buru-buru kembali ke Gunung Selatan dan pergi ke Kuil Bulani sambil membawa sebungkus kue itu.Hari ini, gerbang Kuil Bulani dibuka untuk orang-orang yang ingin datang bersembahyang. Namun, Kama juga tidak langsung masuk. Dia hanya berdiri di luar gerbang dan mengetuk pintu.“Tok! Tok!”Sayangnya, orang yang datang ke Kuil Bulani sangat banyak. Para biksuni sama sekali tidak sempat meladeni Kama. Kama pun hanya bisa memeluk bungkusan kue itu dan menunggu sabar di luar. Dia menunggu sampai langit hampir gelap.Pada akhirnya, Maya baru
“Sahana!” Setelah menyelesaikan urusan di aula utama, Maya segera membawa kue itu pergi mencari Syakia.“Cepat lihat apa yang kubawakan untukmu hari ini!”Ketika Maya tiba, Syakia sedang sibuk bekerja di ladang halamannya. Setelah memindahkan anggrek dendrobium sebelumnya, sudah ada tempat kosong lagi di ladang ini. Dia pun mengeluarkan obat herbal jenis lain dari ruang giok dan menanamnya di sepetak ladang ini.Berhubung masih ada sedikit energi spiritual yang tersisa dalam tanah, Syakia tidak ingin menyia-nyiakannya. Jadi, kali ini, dia mengeluarkan lagi sejenis obat herbal yang sangat sulit dibudidayakan dari dalam ruang giok.Obat herbal itu memiliki karakteristik daun yang sangat besar. Jadi, Syakia memanfaatkan hal itu dan diam-diam menanam dua safron kecil di bawah daun besar obat herbal tersebut.Ketika Maya tiba, Syakia kebetulan sedang diam-diam menanam sebuah safron. Begitu mendengar suara dari belakangnya, tangan Syakia langsung gemetar saking terkejutnya. Dia bahkan hampir
“Aku nggak suruh kamu berlutut,” jawab Kama sambil mendorong Kahar.Jika mau membandingkan kekuatan, Kama tentu saja lebih kuat dari Kahar. Kemudian, Kama mengambil kapaknya dari lantai dan hendak menangani batang pohon yang dibawanya pulang pagi ini.Rumah gubuk yang Kama tinggali tidak cukup kokoh. Dia hanya bisa tinggal sementara di tempat ini. Jadi, dia juga tidak berhenti mengumpulkan bahan untuk membangun rumah. Batang pohon ini sangat cocok untuk dijadikan tiang utama.“Aku dan Ranjana sudah datang mencarimu beberapa kali. Nggak peduli apa pun yang kami bilang, kamu tetap nggak bergeming. Bukannya kamu tunggu kami mohon padamu?”Kahar memandang Kama yang sedang bekerja dan mengabaikan mereka dengan kesal. Dia pun menginjak batang pohon itu dan mengulurkan tangan untuk merebut kapak dari tangan Kama.“Kalau kamu nggak kasih kami sebuah jawaban hari ini, jangan harap kamu bisa lanjut kerja!”“Aku nggak tahu apa mau kalian, juga nggak tahu kalian mau aku ngapain. Jadi, aku nggak bi
Di ruang baca Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan.“Ayah, Kak Kama sudah pulang,” lapor Ranjana pada Damar.Damar meletakkan kuasnya, lalu melirik Ranjana dan bertanya, “Dia sendiri yang mau pulang atau kamu yang bawa dia pulang?”“Aku yang bawa dia pulang,” jawab Ranjana sambil menunduk.Damar seketika mendengus, lalu bangkit. “Ayo jalan. Aku mau melihatnya.”Ini sudah bukan yang pertama kalinya Damar masuk ke ruang rahasia Ranjana. Namun, ini adalah yang pertama kalinya Kahar dan Kama masuk ke ruang rahasia ini.Sejak menemukan ruang rahasia dalam kamar Ranjana, Damar memang marah, tetapi tidak menyuruh Ranjana untuk menyegel ruang rahasia ini. Dia malah diam-diam memberi tahu Ranjana untuk lanjut meracik racunnya. Hanya saja, Damar melarang Ranjana menggunakan racunnya pada anggota keluarga mereka. Sekarang, malah Damar sendiri yang melanggar ucapannya itu.“Kama, kamu seharusnya sudah dengar jelas apa yang dikatakan Kahar dan Ranjana. Aku cuma mau tanya, kamu mau pergi cari Syakia
“Cuma begini saja?” tanya Kahar dengan ragu.“Sekarang, obatnya lagi kerja. Karena dosisnya ditingkatkan, kita harus tunggu sebentar. Satu jam lagi, dia akan sadar.”“Baguslah kalau begitu. Aku akan mengawasinya.” Kahar melirik Kama, lalu berkata dengan tenang, “Ayah, kamu dan Ranjana istirahat saja dulu. Aku akan panggil kalian satu jam lagi.”“Baik. Kuserahkan dia padamu.”Damar awalnya berniat untuk menunggu di tempat ini. Sayangnya, kesehatannya sekarang sudah tidak sebagus dulu. Dibandingkan dengan Ranjana yang selalu sakit-sakitan, kesehatannya hanya sedikit lebih baik.Setelah Damar dan Ranjana pergi, hanya tersisa Kahar dan Kama di ruang rahasia. Kahar duduk di samping dan menatap wajah Kama yang sama persis dengan wajahnya. Dia mau tak mau menghela napas, “Kak Kama, lihatlah keadaanmu sekarang. Buat apa kamu begitu keras kepala?”Kahar sudah memberi Kama begitu banyak kesempatan, tetapi Kama tetap menolak untuk membantu Ayu. Sekarang, masalahnya sudah berubah menjadi seperti i
“Duk! Duk! Duk!”“Syakia! Syakia! Cepat keluar!”Di luar Kuil Bulani, Kama menggedor pintu dengan gila-gilaan. Berhubung keributan yang ditimbulkannya sangat besar, semua orang yang datang bersembahyang pun terkejut.“Ada apa ini? Apa yang terjadi?”“Syakia? Bukannya itu nama Putri Suci sebelum jadi biksuni? Orang itu datang untuk cari Putri Suci?”“Sepertinya begitu! Eh, tunggu! Aku sudah ingat dia itu siapa.”“Siapa?”“Dia itu putra kedua Adipati Pelindung Kerajaan, mantan kakak kedua Putri Suci.”“Dia? Kok tampangnya begitu garang? Sepertinya, dia datang untuk cari masalah dengan Putri Suci.”“Haih, kalian nggak tahu ....”Saat ini, sebagian besar orang yang datang ke Kuil Bulani untuk bersembahyang adalah penduduk luar ibu kota. Namun, ada juga beberapa orang dari ibu kota. Begitu melihat keadaan ini, mereka pun dengan “antusias” menceritakan beberapa hal menghebohkan yang pernah terjadi di ibu kota.Tidak lama kemudian, semua orang pun tahu apa yang telah terjadi di antara keluarg
“Kalian sudah dengar soal kejadian itu?”“Tentu saja! Siapa yang masih belum tahu kejadian itu!”“Jadi, Putri Suci benar-benar ditampar atau itu cuma rumor belaka?”“Putri Suci benar-benar ditampar. Kakek dari ipar dari menantu dari ibu mertua dari keponakan paman ketigaku yang menyaksikannya secara langsung. Waktu itu, dia segera berlari keluar dengan bertumpu pada tongkatnya untuk melindungi Putri Suci!”“Tapi, Adipati Pelindung Kerajaan malah langsung mendorongnya sampai dia jatuh dan tongkatnya hilang. Habis itu, Adipati langsung menampar Putri Suci. Dia sendiri yang kasih tahu kami apa yang dilihatnya. Ini hal yang dialaminya sendiri, mana mungkin itu palsu! Selain itu, katanya, Adipati melakukannya demi membela putri haramnya!”“Ya Tuhan! Adipati ternyata begitu pilih kasih? Keterlaluan sekali!”“Bukan cuma begitu! Adipati juga sengaja pilih waktu ketika Pangeran Pemangku Kaisar nggak ada untuk pergi cari Putri Suci. Katanya, dia juga mau bawa Putri Suci pergi. Untungnya, Putri S
Kalimat penuh tuduhan dan luka ini telah disimpan Syakia selama dua kehidupan. Sekarang, dia akhirnya dapat mengucapkannya. Dulu, dia selalu menatap orang yang pernah dianggapnya agung itu dengan penuh kekaguman. Sekarang, seluruh kekaguman itu telah berubah menjadi benci.“Semuanya, lihat! Adipati Pelindung Kerajaan memukul orang ....”“Adipati Pelindung Kerajaan benar-benar memukul Putri Suci?”“Ya Tuhan! Putri Suci! Putri Suci baik-baik saja, ‘kan?”“Putri Suci, cepat bersembunyi di belakang kami!”Orang-orang di dalam toko obat tersadar kembali, lalu buru-buru melangkah maju dan melindungi Syakia di belakang mereka.Di sisi lain, pengelola toko obat menatap Damar dengan penuh waspada, “Adipati, toko kami nggak terima tamu hari ini. Silakan pergi! Kalau Adipati merasa nggak puas pada kami, silakan cari majikan kami. Majikan kami itu Bupati Nugraha dari Lukati.”Setelah mendengar ucapan tersebut, Damar akhirnya melirik pengelola toko obat itu.Nugraha merupakan seorang bupati di Luka
“Dia itu Adipati Pelindung Kerajaan?”“Benar! Waktu Putri Suci adakan upacara doa di ibu kota sebelumnya, aku pernah melihatnya. Dia itu Adipati Pelindung Kerajaan yang mengusir Putri Suci dari rumah, lalu menghapus nama Putri Suci dari daftar silsilah keluarga demi melindungi putri haramnya.”“Hah? Kenapa yang kudengar itu, Putri Suci meninggalkan keluarganya karena diperlakukan dengan nggak adil oleh Adipati?”“Duh, sama saja kok! Intinya, orang dari Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan sudah menindas Putri Suci kita! Kalian belum dengar apa yang terjadi sebelumnya? Salah satu putra Adipati pernah menerjang masuk ke Kuil Bulani, lalu menghajar Putri Suci di depan umum demi membela putri haram itu!”“Ya Tuhan! Orang macam apa itu? Demi seorang adik haram, dia malah menghajar adik kandungnya sendiri? Memang benar, buah nggak jatuh jauh dari pohonnya.”“Sekarang, dia mau tindas Putri Suci kita waktu Pangeran Adika nggak ada. Apa dia sudah dapat persetujuan kita!”Orang-orang yang mendeng
Setelah mendengar ucapan itu, Damar pun menghentikan langkahnya. Dia menoleh dan menatap Syakia dengan tajam.“Penyakit Adika kambuh, ‘kan?” Damar berkata dengan nada tenang, “Makanya dia baru nggak ada di sini sekarang.”Syakia diam-diam bergumam dalam hati, ‘Ternyata Damar juga tahu soal penyakit Pangeran Adika. Makanya, dia baru begitu nggak sabar untuk datang mencariku.’Kemarin, Syakia meminta Adika bersandiwara dengannya untuk membuat Damar mengira telah terjadi sesuatu pada Ayu di Istana Damai. Sebenarnya, tujuannya memang karena ingin Damar berinisiatif datang mencarinya.Namun, begitu Syakia menyampaikan niatnya, Adika langsung mengusulkan cara “berlagak gila”.“Adipati Damar tahu soal penyakitku. Jadi, selama bisa buat dia mengira aku benar-benar menggila di Istana Damai, dia pasti merasa gelisah.”Syakia awalnya masih kurang setuju. Bagaimanapun juga, apabila masalah ini menjadi besar, kelak semua orang akan tahu tentang penyakit Adika.Namun, Adika malah berkata, “Kamu kira
Bagaimanapun juga, ada banyak menteri kerajaan yang tahu bahwa Adika mengidap semacam penyakit. Setiap kali penyakitnya kambuh, dia akan menyerang orang-orang di sekitarnya seperti orang gila. Tabib istana mengatakan bahwa penyakit ini merupakan efek samping yang tertinggal akibat Adika membunuh terlalu banyak orang di medan perang. Kaisar juga sudah menurunkan perintah untuk melarang siapa pun mengungkit tentang hal ini. Siapa pun yang berani melanggar perintah ini akan langsung dibunuh. Oleh karena itu, selain para menteri, sangat sedikit orang luar yang tahu bahwa Pangeran Pemangku Kaisar itu sebenarnya merupakan orang gila.Damar merasa khawatir. Apabila penyakit Adika tiba-tiba kambuh di Istana Damai .... Tidak, meskipun penyakit Adika tidak kambuh, mungkin saja “putrinya yang baik” berkomplot dengan Adika dan menggunakan alasan ini untuk menyingkirkan Ayu.Makin memikirkannya, Damar merasa kemungkinan seperti ini makin besar. Bagaimanapun juga, dia tahu bahwa Syakia sangat membe
“Nggak mungkin! Mana mungkin Syakia dan Adika berani berbuat begitu!”Damar terlihat ragu, lalu menatap Ike dan bertanya, “Kamu yakin kamu melihatnya secara langsung?”Ike tidak berhenti menangis dalam kereta kuda. Setelah mendengar pertanyaan Damar, dia tidak berani mengatakan bahwa dirinya terlalu takut dan langsung melarikan diri.Ike akhirnya hanya berkata dengan tidak jelas, “Tentu saja! Darahnya ... darahnya sangat banyak. Aku nggak berani pergi memeriksanya. Jadi, aku juga nggak tahu apa ... apa orangnya benar-benar sudah mati atau nggak.”“Kamu!” Damar sangat murka dan menunjuk Ike sambil berseru, “Itu keponakan kandungmu! Tapi, kamu malah langsung kabur dan meninggalkannya di sana?”“Aku kan juga takut Pangeran Adika membunuhku!” Ike menjawab dengan ragu, “Kalau dia juga membunuhku, bukannya kamu akan kehilangan seorang adik kandung lagi!”“Bunuh apa! Adika nggak akan berani membunuhmu! Kamu itu istrinya Joko, juga adik kandungku. Selama kamu nggak melakukan kesalahan besar, A
Syakia tiba-tiba tertawa. Suara tawanya terdengar sangat dingin hingga Ike tidak tahu harus berbuat apa. Dalam sekejap, muncul kepanikan dalam hatinya. Dia terlalu ketakutan hingga tidak berani lanjut berbicara.“Sudahlah. Aku mau pergi jenguk Ayu dulu. Kalau kamu nggak mau pergi, aku bisa pergi sendiri. Kamu pergi saja.”Saat ini, Ike tidak lagi berani membawa Syakia pergi menjenguk Ayu. Jika bukan karena ucapan kakaknya, dia bahkan ingin langsung pergi sekarang juga.Syakia hanya menatap Ike dengan dingin tanpa mengatakan apa-apa.Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar langkah kaki seseorang yang bertenaga dan stabil. Ike pun secara refleks mendongak dan hampir pingsan saking terkejutnya.“Ah! Darah! Darahnya banyak sekali!”Orang yang berjalan mendekat tidak lain adalah Adika yang menemani Syakia datang ke istana. Dari tadi, sosoknya tidak terlihat. Begitu muncul sekarang, wajah, tangan, dan pakaiannya malah berlumuran darah. Dia benar-benar terlihat bagaikan orang yang sedang ter
“Plak!”Tepat ketika Ike menggeleng kuat untuk menyangkal dengan panik, Syakia langsung menamparnya tanpa ragu. Penampilan Ike langsung menjadi berantakan dan wajahnya juga memerah.Ike menutupi wajahnya, lalu menatap Syakia sambil berseru, “Syakia, sudah gila kamu! Ini istana! Kamu berani menamparku lagi?”“Jangankan di sini, meski di hadapan Ibu Suri dan Yang Mulia Kaisar, aku juga akan menamparmu hari ini.” Syakia menatap Ike dengan penuh kebencian, “Ike, kamu sudah jadi istri Joko sesuai harapanmu, juga melewati hari yang begitu nyaman dan bahagia selama belasan tahun. Apa kamu pernah hargai kebaikan dan jasa ibuku terhadapmu?”Ucapan itu sontak membuat Ike tertegun. Dia hendak membantah, tetapi tidak dapat mengucapkan apa-apa.Melihat tampang Ike yang seperti itu, Syakia makin mengasihani ibunya. “Sepertinya, waktu itu ibuku memang sudah buta dan salah menilai orang.”Syakia menatap Ike dengan tatapan seolah-olah sedang memaki Ike adalah orang yang tidak tahu berterima kasih.Ike
Hanya saja, Adika mau membalaskan dendam Syakia dan baru sengaja bersandiwara bersama Kaisar. Berhubung Kaisar masih muda, dia juga baru menemani Adika bermain. Namun, berhubung anggota Keluarga Angkola malah mencari Syakia karena hal ini, Syakia juga harus menerima sedikit bunga, ‘kan?“Kamu nggak malu? Pasti kamu yang ngadu ke Yang Mulia Kaisar, makanya Ayu baru ditahan di istana sampai sekarang. Kamu ....”Ike sebenarnya sangat setuju Ayu masuk istana. Hanya saja, dia selalu memihak pada kakaknya. Berhubung kakaknya mengatakan Ayu tidak boleh masuk istana dan harus dibawa keluar secepat mungkin, dia mau tak mau hanya bisa mematuhi keinginan kakaknya.Masalahnya, hasil kerja Ike tidak bisa dibilang memuaskan. Dia malah menimbulkan lebih banyak kekacauan daripada berkontribusi. Contohnya, mulutnya yang selalu berbicara tanpa berpikir.“Sst.”Sebelum Ike menyelesaikan ucapannya, Syakia sudah menaruh sebuah jari di depan mulut dan mengisyaratkannya untuk diam.“Nyonya Ike, ada beberapa