Share

Bab 238

Penulis: Emilia Sebastian
Setelah melontarkan kata-kata itu, Joko pun berbalik dan ingin kembali ke kamarnya. Namun, sikapnya malah membuat Ike marah.

“Joko Darsuki, berhenti!” seru Ike dengan marah. Dia menatap Joko dengan penuh amarah dan ketidakrelaan sambil berkata, “Kamu begitu membela Syakia karena kamu masih belum melupakan Anggreni, ‘kan?”

Ekspresi Joko langsung menjadi muram. Dia menoleh ke arah Ike dengan dingin dan menjawab, “Aku sudah ngomong berulang kali, aku dan Anggreni cuma teman masa kecil.”

“Kalau kalian cuma teman masa kecil, kenapa kamu begitu melindungi gadis jalang itu? Bukannya karena dia itu putrinya Anggreni?”

Ike sama sekali tidak percaya pada ucapan Joko dan lanjut berkata sambil menangis, “Lihat sikapmu padaku dan putra kita sekarang! Kamu masih berani bilang kamu sudah melupakannya? Kamu jelas-jelas masih memikirkannya, makanya kamu baru bersikap begitu baik terhadap putrinya!”

“Huhuhu. Joko, kamu benar-benar nggak punya hati nurani! Kalau kamu nggak suka sama aku, kenapa kamu mau
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dennis Yoseph
ike dalam waktu dekat akan kehilangan joko dan kediamannya karena tidak sadar diri dan tidak tahu diri
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 239

    Bahkan Damar sekali pun juga membuat Anggreni melahirkan 5 anaknya. Pada akhirnya, Damar bahkan memiliki seorang putri haram.Setelah mendengar ucapan Joko, Ike tiba-tiba merasa bahwa memang dirinya yang salah. Meskipun tidak tahu apakah Joko benar-benar tidak menaruh perasaan pada Anggreni, Joko memang tidak pernah mengkhianatinya setelah mereka menikah.Berhubung sudah tidak dapat berdebat, Ike pun berkata dengan cemberut, “Kalau begitu, kenapa dulu kamu selalu menolakku waktu aku menunjukkan perasaanku? Pada akhirnya, kamu baru terima aku setelah Anggreni mencarimu. Entah apa juga yang dikatakannya.”“Dia nggak ngomong panjang lebar, cuma beberapa patah kata,” jawab Joko sambil menghela napas.Ike segera bertanya, “Apa yang dikatakannya?”“Aku sudah lupa.”Joko tidak ingin mengungkitnya. Dia selalu merasa Ike pasti akan ribut dengannya apabila dia mengungkapkannya. Namun, semakin Joko tidak mengatakannya, semakin gigih pula Ike. “Coba diingat, lalu kasih tahu aku! Apa sebenarnya ya

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 240

    “Serangga takdir?” Syakia sedang sibuk bercocok tanam dan bahkan sudah berkeringat deras. Begitu mendengar suara itu, dia pun menoleh dan berkomentar, “Oh, rupanya kamu.”Seusai melontarkan kata-kata itu, Syakia lanjut bercocok tanam, seolah-olah hendak mengabaikan Kingston.Melihat Syakia yang sama sekali tidak takut padanya, Kingston sontak merasa murka. “Beri tahu aku! Di mana serangga takdirku! Di mana kamu menyembunyikannya!”Syakia paling benci ada orang yang mengganggunya ketika dia sedang bekerja. Dia pun mendongak, lalu memelototi Kingston dengan kesal.“Maksudmu, kelabang besar itu? Aku memang menyimpannya, tapi atas dasar apa aku harus mengembalikannya padamu?” Syakia memegang cangkulnya sambil mencibir, “Aku hampir digigit kelabang beracunmu itu. Sekarang, kamu malah berani muncul di hadapanku lagi? Kamu nggak takut aku suruh orang datang membunuhmu?”“Kamu nggak akan berani.” Kingston mengangkat dagunya. Wajahnya yang eksotis menunjukkan ekspresi menghina ketika berkata, “

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 241

    Ketika pergi mengambil sumpit, Syakia tidak lupa berseru pada Hala dan Kingston, “Jangan bertarung lagi. Ayo makan dulu.”Hala seketika berhenti bertarung dan langsung pergi ke sisi Syakia. Sementara itu, Kingston yang hampir berhasil memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan malah kehilangan momentum.Berhubung tidak ada yang bertarung dengannya lagi, Kingston mau tak mau berjalan ke arah meja batu, lalu berdiri di sana dengan agak canggung dan melirik mie yang berlebih itu.“Ternyata seorang putri suci juga bisa masakkan mie untuk orang lain? Jangan-jangan, seporsi mie lebihan ini untukku?”Syakia menyantap mienya sendiri dan menjawab tanpa mendongak, “Bukan, itu punya Hala. Porsi makannya banyak.”Hala mengangguk. “Emm.”Kingston langsung melebarkan matanya dan memelototi Hala dengan tidak percaya. “Mana mungkin kamu bisa makan 2 porsi mie yang begitu banyak! Aku nggak peduli. Lagian, sumpitnya juga ada 3 pasang. Mana mungkin mie ini bukan punyaku!”Kingston langsung dudu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 242

    “Tentu saja waktu ... kamu menginjakkan kaki ke tempatku ini.”Syakia tersenyum, lalu menatap ke arah sepetak ladang obat di sisi lain halamannya. Di sana, terdapat semacam tanaman beracun yang dapat membuat orang berhalusinasi. Dengar-dengar, benih tanaman beracun ini sangat sulit untuk didapatkan. Namun, berhubung Syakia ingin mempelajari ilmu racun, dari berbagai macam bibit obat herbal yang dikumpulkan Adika untuknya kali ini, ada tambahan beberapa macam bibit dan tunas tanaman beracun. Tanaman beracun yang ditanam Syakia di ladang obatnya sekarang adalah yang sudah hampir berbunga. Hanya Adika juga yang dapat membelikan tanaman hampir berbunga yang sangat langka seperti ini dari pasaran.Awalnya, Syakia mengira Kingston yang dari tadi berdiri di luar pintu sudah mengenali tanaman beracun itu. Tak disangka, dia malah berinisiatif untuk berjalan masuk. Sangat jelas bahwa meskipun dia dapat menggunakan racun, pemahamannya terhadap tanaman beracun masih tidak begitu luas. Jika tidak

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 243

    Jika tidak, Kingston tidak mungkin mengejar sampai kemari hanya demi meminta serangga takdirnya. Kingston bahkan tidak bertanya tentang Ayu.Syakia tiba-tiba merasa agak penasaran. Apakah kelabang beracun ini akan mematuhi kata-katanya ketika berada di depan Kingston?Setelah memikirkannya, Syakia memutuskan untuk mengujinya.“Nak, ayo jalan! Kita temui majikanmu itu.”Tidak lama kemudian, Syakia membawa kelabang beracun itu pergi ke dapur. Begitu masuk, dia menyadari bahwa Hala sudah mengikat Kingston ke sebuah tiang.Setelah Syakia membawa kelabang beracun itu masuk ke dapur, Kingston yang kesadarannya sudah hampir pulih itu tiba-tiba merasakan sesuatu dan berseru, “Pojun? Pojun! Cepat kemari, Pojun!”“Ternyata namamu Pojun?” Syakia menaruh kelabang beracun berwarna hitam mengkilap itu ke lantai dengan saputangan. Setelah itu, Kingston yang kepalanya masih terasa pusing segera memanggil serangga takdirnya, “Pojun ... cepat kemari. Aku ada di sini .... Cepat tolong aku.”Saat ini, Ki

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 244

    “Ugh! Ugh ... ugh ....”Seiring dengan makin lama kelabang beracun itu berada dalam dasar ember, Kingston yang diikat ke tiang mulai meronta. Wajahnya terlihat sangat merah dan dia terlihat seperti tidak dapat bernapas. Sepasang matanya membelalak dan ekspresinya mulai terdistorsi. Ini bagaikan yang hampir mati tenggelam bukan hanya Pojun, tetapi juga Kingston. “Jadi, kalau kelabang beracun ini dibunuh, ada kemungkinan bahwa Kingston juga akan mati atau terluka parah?”Syakia merasa kemungkinan Kingston akan terluka parah lebih besar. Bagaimanapun juga, apabila kelabang beracun ini benar-benar terhubung dengan nyawa Kingston, Kingston tidak mungkin membiarkannya keluar secara asal. Namun, dinilai dari keterikatan Kingston dengan serangga takdirnya, apabila Pojun tewas, pengaruhnya terhadap Kingston juga pasti tidaklah kecil.Setelah mengetahui jelas hal ini, Syakia mengulurkan tangannya untuk menuang air dalam ember supaya kelabang beracun itu bisa bernapas kembali. Begitu Pojun dise

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 245

    Alhasil, sebelum Syakia menyelesaikan kata-katanya, Kingston sudah terlebih dahulu tertawa dan menyela, “Ayu? Baik hati dan polos? Hahaha! Itu benar-benar lelucon terlucu di dunia!”Kingston tertawa terbahak-bahak sambil memaki, “Dia itu cuma seorang penipu yang menipu semua orang. Dia dan ibunya yang terkutuk itu sudah mempermainkan kita semua habis-habisan!”Syakia hanya menatap Kingston. Setelah Kingston selesai mengumpat, dia baru berkata dengan acuh tak acuh, “Kalau kamu berani menyela ucapanku lagi, jangan salahkan aku lanjut menyiksa seranggamu.”Syakia tidak lupa menunjuk ke arah ember kayu.Kingston langsung diam dan berkata, “Baik, baik. Kamu lanjutkan saja apa yang mau kamu katakan.”Saat ini, minat Syakia sudah agak berkurang. Dia berujar dengan nada datar, “Kamu yang suruh serangga kecil itu untuk meracuniku. Gara-gara dia, aku harus membuang banyak darahku.”Selain itu, serangga kecil ini juga meminum air spiritual dalam ruang giok Syakia. Sekarang, Syakia hanya ingin men

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 246

    Jawaban itu membuat Syakia tertegun sejenak. Kemudian, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan bertanya dengan mata membelalak, “Jangan-jangan, kalian sudah lama nggak minum obat penawarnya?”Kingston sontak menggertakkan gigi. “Benar, sudah sangat lama.”Kelompok Kingston sudah tidak minum obat penawar selama 3 tahun. Jadi, mereka harus merasakan penderitaan yang ditimbulkan racun itu tanpa obat penawar sebanyak 3 kali. Dalam 3 tahun terakhir, mereka yang awalnya berjumlah lebih dari 300 orang hanya tersisa tidak sampai 200 orang.Setelahnya, demi membunuh Syakia dalam perjalanan ke Kalika, sejumlah besar anggota mereka gugur lagi. Sekarang, jumlah kelompok Kingston yang tersisa hanya puluhan orang. Jika situasinya berlanjut seperti ini, mereka semua mungkin akan tewas tidak lama lagi.“Jadi, kenapa kalian nggak langsung bunuh dia?” tanya Syakia dengan penasaran.Kingston melirik Syakia dan menjawab, “Kamu itu putri suci, juga seorang biksuni. Kenapa kata-kata yang keluar dari mulutmu itu

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 350

    Awalnya, situasi di Lukati tidak begitu parah. Bagaimanapun juga, Nugraha adalah seorang komandan yang baik, juga memiliki kendali atas pasukan yang jumlahnya mencapai puluhan ribu prajurit. Dia tidak mungkin tidak dapat mengendalikan situasinya.Hanya saja, dalam beberapa hari ketika kelompok Adika melakukan perjalanan, seorang pejabat kabupaten yang terkenal di Lukati dibunuh. Setelahnya, wabah itu pun merebak di seluruh Kabupaten Nirila. Dalam waktu semalam, ada ribuan penduduk yang terjangkit wabah.Setelah Nugraha mengutus orang untuk memeriksa kebenarannya, baru diketahui bahwa pejabat Kabupaten Nirila itu pernah menculik seorang gadis. Berhubung takut perbuatannya terungkap, dia pun membunuh orang tua gadis itu.Namun, pejabat itu tidak tahu bahwa gadis itu masih memiliki seorang kakak yang sudah meninggalkan rumah bernama Ardi Carya. Ketika masih muda, Ardi pernah melukai orang. Berhubung khawatir melibatkan keluarganya, dia pun meninggalkan rumah dan pergi ke Kalika.Setelahny

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 349

    Pejabat yang ketakutan itu pun menjadi makin takut. Siapa yang tidak tahu bahwa Adika adalah dewa kematian yang sudah merenggut nyawa yang tidak terhitung jumlahnya? Begitu Adika menghunuskan pedangnya, semua orang sontak ketakutan dan buru-buru menutup mulut mereka.Seorang tabib bergegas datang. Setelah memeriksa Syakia, dia baru merasa lega. “Pangeran Adika, tenang saja. Putri Suci cuma masuk angin. Ditambah dengan terlalu lelah karena melakukan perjalanan, dia baru jatuh sakit.”“Coba lihat resep ini. Apa obatnya perlu diganti atau lanjut diminum saja?”Adika menyerahkan resep yang dibuka Syakia kepada tabib. Tabib itu membacanya dengan saksama, lalu menggeleng. “Nggak usah ganti. Obat ini sudah cukup. Aku akan tambahkan sebuah bahan obat. Setelah meminumnya, Putri Suci akan segera sadar.”Pada saat ini, Syakia perlahan-lahan membuka matanya. Ketika mendengar percakapan mereka, dia berkata dengan suara serak, “Nggak usah ....”Mendengar suara Syakia, Adika segera berjalan mendekat

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 348

    Ketika menyodorkan saputangan itu, entah karena Laras sengaja atau tidak, ujung jarinya yang terluka akibat tertusuk jarum juga terlihat.Syakia melirik luka-luka itu tanpa ekspresi, lalu mengalihkan pandangannya. “Sudah kubilang, aku nggak benci lagi sama kamu dari dulu. Buat apa kamu lakukan hal-hal nggak berarti seperti ini.”Laras tersenyum pahit dan menjawab, “Nggak. Setidaknya bagiku, bisa memberikan saputangan ini kepadamu sekarang sangat berarti. Setelah ini, hidupku mungkin nggak berarti lagi.” Keheningan di antara Syakia dengan Laras berlangsung cukup lama. Sayangnya, pada akhirnya, Syakia tetap tidak menerima saputangan itu.“Kenapa masih berdiri di sini?”Adika yang baru selesai memberi perintah kepada Pasukan Bendera Hitam berjalan kembali dan menyaksikan hal ini. Dia pun melangkah maju dan memisahkan Syakia dari Laras tanpa bersuara. Kemudian, Adika berkata pada Syakia dengan penuh perhatian, “Ini sudah sangat malam. Sebaiknya kamu cepat masuk. Kalau nggak, nanti kamu m

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 347

    Laras akan terlebih dahulu masuk ke Kediaman Pangeran Pemangku Kaisar dan membuka jalan bagi Syakia. Setelah Syakia kembali ke kehidupan duniawi dan menikah dengan Adika, Laras akan membiarkan Syakia menjadi istri sah, sedangkan dirinya menjadi selir. Dengan begitu, hubungan mereka akan tetap seperti saudari. Dia merasa dirinya lebih bisa membantu Syakia menyingkirkan segala halangan. Laras sudah mengetahui perasaan Adika terhadap Syakia dari awal. Dia bahkan memiliki firasat bahwa suatu hari nanti, Adika pasti akan menikahi Syakia. Namun, dia tidak percaya pada laki-laki.Dari dulu, laki-laki selalu memiliki banyak istri. Bahkan rakyat jelata saja begitu, apalagi seseorang yang begitu berkuasa seperti Pangeran Pemangku Kaisar?Tidak peduli seberapa besar rasa suka pria seperti Adika terhadap Syakia sekarang, perasaannya pasti akan berubah suatu hari nanti. Daripada menunggu sampai dia mengkhianati Syakia kelak, lebih baik Laras membuat Syakia melihat jelas seperti apa sebenarnya sif

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 346

    “Semua pemanah, bersiap!” perintah Gading begitu mendengar suara teriakan itu.Ratusan prajurit Pasukan Bendera Hitam segera mengangkat busur mereka dan membidik ke arah hutan.“Tunggu! Kami menyerah! Kami menyerah!”Orang yang bersiap untuk menyergap di dalam hutan tidak menyangka keberadaan mereka sudah ditemukan bahkan sebelum rombongan itu masuk ke hutan. Bahkan ada salah satu dari mereka yang sudah terkena panah.Tepat pada saat hujan panah akan diluncurkan ke arah mereka, orang-orang di dalam hutan buru-buru berseru untuk menghentikannya.“Dasar bandit sialan! Berani sekali kalian bersembunyi di dalam hutan dan hendak menyergap kami! Cepat keluar!”Seruan Gading sontak membuat para bandit yang bersembunyi dalam hutan ketakutan dan berlari keluar dengan terburu-buru.Begitu melihat orang-orang itu, Adika bisa menebak bahwa mereka seharusnya adalah bandit gunung. Dia pun memicingkan mata dan bertanya, “Kalian itu bandit gunung mana?”Pemimpin sekelompok bandit itu buru-buru berlutu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 345

    Syakia membuka tirai dan melihat Adika.“Turunlah untuk hirup udara segar. Malam ini, kita makan lebih awal.”“Oke.”Syakia mengangguk pelan, lalu bangkit dan turun dari kereta kuda. Setelah turun, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan melirik ke arah ujung rombongan ini.Adika menyadari gerakan Syakia dan mengikuti arah pandangnya. Kemudian, dia langsung mengalihkan pandangannya dan berkata dengan acuh tak acuh, “Jangan khawatir, mereka bawa makanan sendiri. Mereka nggak akan mati kelaparan.”Syakia tidak mengatakan apa-apa, hanya mengikuti Adika berjalan ke pinggir sungai dan duduk di sana. Para prajurit Pasukan Bendera Hitam bergerak sangat cepat. Tidak lama kemudian, mereka sudah selesai memasak.Makanan Adika sangat harum dan terlihat lezat, sedangkan makanan Syakia tetap hanyalah sayuran dan sup kosong. Meskipun Syakia makan dengan sangat lahap, Adika malah merasa agak bersimpati padanya.Hanya saja, entah kenapa Syakia sangat keras kepala dalam beberapa hal. Bahkan Adika juga tidak

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 344

    “Menikah?” Syakia pun tertegun sejenak.Laras pun tertawa, lalu menjawab, “Iya, itu pengaturan ayahku. Calon suamiku itu keponakan Kepala Prefektur Wisnu, kerabat jauh keluarga kami.”Syakia secara refleks bertanya, “Kalau mau menikah, kenapa bukan mereka yang datang menjemputmu?”Laras tersenyum. “Kia, kamu imut banget. Aku ke sana bukan jadi istri sah, cuma jadi seorang selir. Mana mungkin mereka datang jemput aku dengan meriah.”Setelah mendengar ucapan Laras, Syakia pun terdiam.“Kia, jangan sedih untukku. Aku ini juga putri Menteri Sekretariat. Meski jadi selir, orang di sana nggak akan berani mempersulitku.”Syakia memalingkan wajah, lalu berkata dengan nada dingin, “Siapa yang sedih untukmu? Hubunganku denganmu nggak sebaik itu.”Laras langsung menunjukkan tampang sedih. “Baiklah, anggap saja itu pemikiranku sepihak. Tapi, perjalanan ke Kalika terlalu jauh. Ayahku juga nggak utus orang untuk mengawalku. Jadi, Kia, boleh nggak kamu biarkan aku ikuti kalian demi persahabatan kita

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 343

    Meskipun waktunya sangat mendesak, Adika tetap langsung setuju.“Kamu baru keluar dari istana dan pasti belum kemas barang-barangmu. Aku akan antar kamu pulang dulu. Setelah mengumpulkan orang dan mengatur semuanya dengan baik, aku akan pergi jemput kamu besok pagi.”Berhubung hal ini sudah diputuskan, Adika segera mengaturkan segala sesuatu yang diperlukan meskipun merasa marah.Setelah kembali ke Kuil Bulani, Syakia juga mulai menangani urusannya sendiri. Dia meminta Yanto untuk membantunya merawat ladang obatnya, juga menyerahkan surat tanah Paviliun Awana kepada Yanto.Yanto pada dasarnya adalah mantan kepala pelayan Keluarga Kuncoro. Dia tentu saja dapat mengelola Paviliun Awana tanpa masalah. Selain itu, Syakia juga hanya memiliki sebuah permintaan, yaitu menanam semua ladang di Paviliun Awana dengan berbagai macam benih dan bibit yang ditinggalkannya.Mengenai ladang obat di Gunung Selatan, sebagian besar obat herbal itu sudah bertumbuh. Syakia pun memanen semua obat herbal yang

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 342

    Di ruang baca Kaisar dalam istana.“Bupati Nugraha dari Lukati?”Setelah mendengar nama orang itu, Syakia agak terkejut. Benar juga, dia sudah mengingat orang itu. Orang itu adalah majikan dari pengelola toko obat yang membantunya.“Karena kekeringan di Kalika sebelumnya, ada banyak penduduk Kalika yang mengungsi ke Lukati dalam 3 bulan itu. Waktu itu, Bupati Nugraha nggak menolak untuk menerima para pengungsi itu. Tak disangka, ada beberapa pengungsi yang terjangkit wabah selama melakukan perjalanan. Wabah itu sudah menyebar cukup luas di Lukati."Kaisar tersenyum sambil melanjutkan, “Sebenarnya, hal ini aneh juga. Yang tertimpa bencana alam jelas-jelas Kalika. Tapi, baik itu sebelum ataupun sesudah bencana, penduduk yang tetap tinggal di Kalika sama sekali nggak terpengaruh oleh wabah itu. Malah para pengungsi yang terjangkit wabah.”Berhubung terjadi fenomena aneh seperti ini, penduduk Kalika makin memuja Syakia. Semua orang berkata bahwa Putri Suci pernah mendoakan Kalika. Oleh kar

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status