Share

Bab 224

Penulis: Emilia Sebastian
“Terima kasih atas niat baik Pangeran, juga atas usaha kalian untuk pergi cari bibit sebanyak ini.”

Setelah melihat dua ladang obat di halaman tempat tinggal Syakia, Adika pun membantunya membuka ladang obat di gunung belakang. Adika juga mengatakan akan membantunya mengumpulkan berbagai bibit obat herbal. Tak disangka, Adika benar-benar mengingat semua ini.

Seorang Pangeran Pemangku Kaisar mengingat semua ucapannya terhadap dirinya sampai sekarang. Hal ini benar-benar membuat Syakia merasa terharu.

Meskipun memberikan rumput peremajaan kepada Adika memang berisiko untuk mengekspos rahasianya, Syakia tiba-tiba merasa tidak begitu menyesal lagi setelah melihat halaman yang dipenuhi bibit obat herbal ini. Bagaimanapun juga, itu adalah Adika yang tidak pernah melakukan hal keterlaluan apa pun terhadapnya.

Begitu memikirkan hal ini, kecemasan Syakia akhirnya berkurang sedikit.

“Putri Suci? Putri Suci!” seru Deska. Dia tidak memedulikan citranya dan berlari menghampiri Syakia dengan wajah d
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 225

    Syakia pura-pura tidak mengerti dan bertanya, “Kenapa ada obat-obat herbal yang dilingkari? Apa ada penjelasan lain tentang obat-obat herbal itu?”Sesuai dugaan, Deska langsung berujar, “Haih, nggak kok. Ini semua obat herbal yang belum terkumpul. Obat herbal lainnya masih mudah dicari dan bisa didapatkan asalkan punya uang. Tapi, kami benar-benar nggak tahu harus cari safron ini di mana.”Ketika membicarakan tentang safron, Deska terlihat sangat sedih dan tidak berdaya. Di sisi lain, terdapat sedikit keterkejutan yang melintasi mata Syakia. Dia memiliki safron!Syakia berusaha menyembunyikan keterkejutannya, lalu bertanya dengan ekspresi agak penasaran, “Safron itu obat apa? Kenapa aku sepertinya nggak pernah dengar nama ini?”Tidak pernah mendengar namanya? Ada sedikit kekecewaan yang melintasi mata Deska. Namun, dia segera bersemangat kembali dan menjelaskannya kepada Syakia.“Sebenarnya, bahkan kami juga nggak pernah lihat obat herbal yang namanya safron itu. Aku cuma pernah lihat

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 226

    Syakia tidak berani bertaruh. Namun, dia tidak dapat menekan rasa bersalahnya dan memilih untuk melarikan diri.“Maaf, a ... aku tiba-tiba teringat ada hal yang belum kutangani. Aku pulang dulu. Lain kali, aku akan datang berkunjung lagi!” Suara Syakia terdengar agak gemetar. Kemudian, dia langsung berlari melewati Adika tanpa menoleh lagi.Adika pun terpaku di tempat. Dia menoleh ke arah sosok Syakia menghilang di depan pintu tanpa mengerti apa yang sudah terjadi.“Sahana ... Sahana?” Pada detik selanjutnya, Adika segera berbalik dan mengejar Syakia.Syakia awalnya berniat langsung pulang. Namun, dia tidak menyangka Adika akan mengejarnya tanpa ragu dan mengadang di depannya.Pria yang tegap dan tinggi itu terlihat panik. “Ada apa? Apa yang sudah terjadi? Kenapa kamu minta maaf padaku?”“Nggak apa-apa. Nggak ada yang terjadi. Aku benar-benar masih ada urusan mendesak! Aku harus pulang sekarang juga. Jadi, biarkanlah aku pulang!”Syakia berjalan melewati Adika, tetapi Adika langsung m

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 227

    Begitu Deska berbicara, Adika bisa langsung menebak apa yang terjadi. Ekspresinya pun menjadi makin dingin. Suaranya juga dipenuhi dengan intimidasi. “Bukannya aku sudah larang kalian untuk ungkit tentang hal ini!”Deska buru-buru menjelaskan, “Bukan aku yang duluan mengungkitnya! I ... ini karena Putri Suci kebetulan bawa datang rumput peremajaan. Lagian, dia juga yang duluan tanya soal hal ini.”Ekspresi tidak senang Adika benar-benar menakutkan! Kemudian, dia menatap Gading yang berada di belakang Deska dengan tatapan menginterogasi.Gading yang tidak tahan ditatap seperti itu pun menelan ludah, lalu mengangguk dan menjawab, “Memang Putri Suci yang duluan mengungkitnya. Hari ini, tujuan utamanya datang kemari karena mau kasih hadiah untuk Pangeran. Selain itu, hadiahnya itu adalah rumput peremajaan yang paling dibutuhkan Pangeran.”Gading dan Deska juga tidak menduga hal ini. Namun, dia tahu apa yang dipikirkan Deska. Ketika Syakia memberikan ganoderma ungu 100 tahun kepada Adika s

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 228

    Adika melambaikan tangannya. Meskipun merasa marah, dia juga tidak sepenuhnya menyalahkan Deska dan Gading.“Kalian juga melakukannya karena khawatir padaku. Kelak, jangan ulangi hal yang sama lagi.”Besok, Adika akan pergi mencari Syakia dan menjelaskan semuanya dengan jelas. Jika dia membiarkan kedua orang bodoh ini yang pergi, entah apa lagi yang akan terjadi.Gading dan Deska sontak merasa lega. Untung saja Adika tidak benar-benar marah. Namun, pada detik selanjutnya, Adika melirik mereka dan memberi perintah, “Malam ini, bungkuskan semua bibit obat herbal ini. Sebelum selesai bungkus semuanya, kalian nggak boleh tidur!”Gading dan Deska pun terdiam sejenak, lalu menjawab, “Baik, Pangeran.”Ketika orang-orang di Kediaman Pangeran Pemangku Kaisar membungkus semua bibit obat herbal dengan terburu-buru, keadaan di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan juga sangat “ramai”.“Sudah ketemu?”“Belum. Sampai sekarang, masih belum ada sedikit kabar pun!”“Mana mungkin begitu? Kenapa orang yan

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 229

    “Uhuk, uhuk. Memang ada kemungkinan seperti itu,” ujar Ranjana dengan lemah setelah terbatuk sejenak.Abista pun tertegun, lalu mengerutkan keningnya dengan bingung, “Siapa yang berani culik Ayu?”Terlebih lagi, orang itu juga datang ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan untuk menculik Ayu. Jangankan orang luar, bahkan di antara orang-orang berkuasa di ibu kota, seharusnya tidak ada yang berani melakukannya.Ranjana menjawab dengan tenang, “Siapa bilang nggak ada yang berani? Setengah bulan lalu, bukannya ada orang yang berani bawa Pasukan Bendera Hitam untuk datang menggeledah kediaman ini?”Begitu mendengar ucapan itu, semua orang tahu yang dimaksud Ranjana adalah Adika. Namun, Damar malah menggeleng.“Seharusnya bukan dia.”Ranjana mencibir, “Gimana Ayah bisa sepenuhnya yakin bukan dia pelakunya?”Damar melirik putranya yang masih lemah itu dengan acuh tak acuh. “Adika nggak pernah pakai cara diam-diam seperti ini. Kalau memang mau tangkap Ayu, dia akan langsung datang dan tangkap

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 230

    Sangat jelas bahwa Ranjana bukan hanya marah terhadap ayahnya, tetapi juga Kahar. Tadi, dia tidak langsung memarahi Kahar karena Ayu sudah memberi pelajaran padanya.Namun, begitu mendengar ucapan Ranjana, Abista yang awalnya masih menasihati mereka semua dengan baik malah tiba-tiba mengernyit. Kemudian, dia membantah, “Syakia nggak bersalah. Kenapa kalian melibatkannya lagi?”Kahar dan Ranjana tidak menyangka Abista masih membela Syakia pada saat-saat seperti ini.“Kak Abista, Syakia yang meracuniku untuk mengendalikanku!”Abista menghela napas dan menjawab, “Mungkin dia memang benar-benar mengendalikanmu, tapi apa kalian lupa? Kalau bukan karena kalian yang duluan kerja sama untuk meracuni Syakia dan ingin membawanya pulang secara paksa, mana mungkin dia meracunimu?”Begitu mendengar ucapan itu, Kahar dan Ranjana pun terdiam. Bagaimanapun juga, mereka benar-benar tidak terpikirkan hal ini.Terutama Ranjana. Sampai sekarang, dia masih membenci Syakia karena sudah membuatnya bisu dan l

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 231

    “Ayah berkata begitu karena sudah punya bukti?”Damar menjawab dengan santai, “Aku nggak punya bukti. Tapi, sebelum hilang, Ayu sempat melakukan sesuatu.”“Apa?” tanya Kahar dan Ranjana dengan bingung.Damar memejamkan matanya dan menjawab, “Dia suruh dayangnya bawa Laras Panjalu datang kemari.”Sebelumnya, Ayu mengira tidak akan ada yang tahu mengenai hal ini. Namun, dia tidak tahu bahwa Ratih adalah orang yang ditempatkan Damar di sisinya. Mana mungkin Damar tidak tahu Ayu menyuruh Ratih pergi membawa Laras datang ke kediaman ini?“Laras Panjalu?”Berhubung sudah lama tidak mendengar nama ini, Abista dan kedua adiknya pun tertegun sejenak. Selanjutnya, Kahar terlebih dahulu teringat siapa orang itu dan bertanya dengan kening berkerut, “Orang yang pernah dorong Syakia ke danau itu?”“Benar.”Ekspresi Abista sontak berubah. Dia berkata dengan mata penuh amarah, “Ayu mau apa? Kenapa dia suruh orang itu datang kemari?”Dulu, Laras hampir merenggut nyawa Syakia. Jika bukan karena ada oran

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 232

    Dalam sekejap, ekspresi Kahar dan Ranjana langsung menjadi sangat suram. “Coba saja kalau dia berani!”“Syakia nggak mungkin berbuat begitu!”Berbeda dengan Kahar yang langsung menyerukan amarahnya, Abista percaya pada Syakia. Dia sontak murka dan membela Syakia.“Syakia memang pernah bersikap keras kepala, juga berbuat salah. Tapi, dia nggak pernah berinisiatif cari masalah, apalagi melakukan hal yang begitu keterlaluan! Ayah, aku tahu kamu lebih sayang sama Ayu. Tapi, memangnya Syakia itu bukan putri kandungmu? Waktu kamu ucapkan kata-kata itu, kamu nggak merasa itu sangat nggak adil bagi Syakia?”“Aku cuma menilai masalah berdasarkan fakta, juga cuma bilang mungkin, nggak bilang pasti,” jawab Damar dengan nada acuh tak acuh sambil menyesap tehnya yang sudah dingin.Abista terlihat sangat tidak percaya. “Menilai masalah berdasarkan fakta? Apa curiga sama putri kandung sendiri termasuk menilai masalah berdasarkan fakta? Ayah, Syakia itu bukan penjahat!”Sampai saat ini, Abista baru p

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 233

    Orang yang diutus Damar berjumlah sekitar 5 orang. Tak disangka, mereka masih tidak mampu mengalahkan satu orang. Namun, dia makin yakin bahwa Ayu memang diculik oleh Syakia. Bagaimanapun juga, pertahanan Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan juga tidak sederhana. Dengan tempat yang terlindung begitu ketat, penculik itu dapat masuk ke kamar Ayu dan membawanya pergi tanpa diketahui siapa pun. Orang dengan kemampuan yang biasa-biasa saja tidak mungkin mampu melakukannya.“Utus lagi sekelompok orang untuk pergi ke Kuil Bulani. Pokoknya, Ayu harus ditemukan!” perintah Damar setelah terdiam sejenak.“Baik!”Pada malam kedua, ada lagi sekelompok pengawal rahasia yang datang ke Kuil Bulani. Kali ini, kelompok itu berjumlah 10 orang.Damar awalnya mengira misinya kali ini pasti berhasil. Tak disangka, 10 pengawal rahasia itu lagi-lagi gagal. Setelah mendapat kabar ini keesokan harinya, ekspresi Damar terlihat sangat menakutkan.“Bagaimana dia bisa melakukannya!”Meskipun pengawal rahasia Syakia

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 232

    Dalam sekejap, ekspresi Kahar dan Ranjana langsung menjadi sangat suram. “Coba saja kalau dia berani!”“Syakia nggak mungkin berbuat begitu!”Berbeda dengan Kahar yang langsung menyerukan amarahnya, Abista percaya pada Syakia. Dia sontak murka dan membela Syakia.“Syakia memang pernah bersikap keras kepala, juga berbuat salah. Tapi, dia nggak pernah berinisiatif cari masalah, apalagi melakukan hal yang begitu keterlaluan! Ayah, aku tahu kamu lebih sayang sama Ayu. Tapi, memangnya Syakia itu bukan putri kandungmu? Waktu kamu ucapkan kata-kata itu, kamu nggak merasa itu sangat nggak adil bagi Syakia?”“Aku cuma menilai masalah berdasarkan fakta, juga cuma bilang mungkin, nggak bilang pasti,” jawab Damar dengan nada acuh tak acuh sambil menyesap tehnya yang sudah dingin.Abista terlihat sangat tidak percaya. “Menilai masalah berdasarkan fakta? Apa curiga sama putri kandung sendiri termasuk menilai masalah berdasarkan fakta? Ayah, Syakia itu bukan penjahat!”Sampai saat ini, Abista baru p

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 231

    “Ayah berkata begitu karena sudah punya bukti?”Damar menjawab dengan santai, “Aku nggak punya bukti. Tapi, sebelum hilang, Ayu sempat melakukan sesuatu.”“Apa?” tanya Kahar dan Ranjana dengan bingung.Damar memejamkan matanya dan menjawab, “Dia suruh dayangnya bawa Laras Panjalu datang kemari.”Sebelumnya, Ayu mengira tidak akan ada yang tahu mengenai hal ini. Namun, dia tidak tahu bahwa Ratih adalah orang yang ditempatkan Damar di sisinya. Mana mungkin Damar tidak tahu Ayu menyuruh Ratih pergi membawa Laras datang ke kediaman ini?“Laras Panjalu?”Berhubung sudah lama tidak mendengar nama ini, Abista dan kedua adiknya pun tertegun sejenak. Selanjutnya, Kahar terlebih dahulu teringat siapa orang itu dan bertanya dengan kening berkerut, “Orang yang pernah dorong Syakia ke danau itu?”“Benar.”Ekspresi Abista sontak berubah. Dia berkata dengan mata penuh amarah, “Ayu mau apa? Kenapa dia suruh orang itu datang kemari?”Dulu, Laras hampir merenggut nyawa Syakia. Jika bukan karena ada oran

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 230

    Sangat jelas bahwa Ranjana bukan hanya marah terhadap ayahnya, tetapi juga Kahar. Tadi, dia tidak langsung memarahi Kahar karena Ayu sudah memberi pelajaran padanya.Namun, begitu mendengar ucapan Ranjana, Abista yang awalnya masih menasihati mereka semua dengan baik malah tiba-tiba mengernyit. Kemudian, dia membantah, “Syakia nggak bersalah. Kenapa kalian melibatkannya lagi?”Kahar dan Ranjana tidak menyangka Abista masih membela Syakia pada saat-saat seperti ini.“Kak Abista, Syakia yang meracuniku untuk mengendalikanku!”Abista menghela napas dan menjawab, “Mungkin dia memang benar-benar mengendalikanmu, tapi apa kalian lupa? Kalau bukan karena kalian yang duluan kerja sama untuk meracuni Syakia dan ingin membawanya pulang secara paksa, mana mungkin dia meracunimu?”Begitu mendengar ucapan itu, Kahar dan Ranjana pun terdiam. Bagaimanapun juga, mereka benar-benar tidak terpikirkan hal ini.Terutama Ranjana. Sampai sekarang, dia masih membenci Syakia karena sudah membuatnya bisu dan l

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 229

    “Uhuk, uhuk. Memang ada kemungkinan seperti itu,” ujar Ranjana dengan lemah setelah terbatuk sejenak.Abista pun tertegun, lalu mengerutkan keningnya dengan bingung, “Siapa yang berani culik Ayu?”Terlebih lagi, orang itu juga datang ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan untuk menculik Ayu. Jangankan orang luar, bahkan di antara orang-orang berkuasa di ibu kota, seharusnya tidak ada yang berani melakukannya.Ranjana menjawab dengan tenang, “Siapa bilang nggak ada yang berani? Setengah bulan lalu, bukannya ada orang yang berani bawa Pasukan Bendera Hitam untuk datang menggeledah kediaman ini?”Begitu mendengar ucapan itu, semua orang tahu yang dimaksud Ranjana adalah Adika. Namun, Damar malah menggeleng.“Seharusnya bukan dia.”Ranjana mencibir, “Gimana Ayah bisa sepenuhnya yakin bukan dia pelakunya?”Damar melirik putranya yang masih lemah itu dengan acuh tak acuh. “Adika nggak pernah pakai cara diam-diam seperti ini. Kalau memang mau tangkap Ayu, dia akan langsung datang dan tangkap

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 228

    Adika melambaikan tangannya. Meskipun merasa marah, dia juga tidak sepenuhnya menyalahkan Deska dan Gading.“Kalian juga melakukannya karena khawatir padaku. Kelak, jangan ulangi hal yang sama lagi.”Besok, Adika akan pergi mencari Syakia dan menjelaskan semuanya dengan jelas. Jika dia membiarkan kedua orang bodoh ini yang pergi, entah apa lagi yang akan terjadi.Gading dan Deska sontak merasa lega. Untung saja Adika tidak benar-benar marah. Namun, pada detik selanjutnya, Adika melirik mereka dan memberi perintah, “Malam ini, bungkuskan semua bibit obat herbal ini. Sebelum selesai bungkus semuanya, kalian nggak boleh tidur!”Gading dan Deska pun terdiam sejenak, lalu menjawab, “Baik, Pangeran.”Ketika orang-orang di Kediaman Pangeran Pemangku Kaisar membungkus semua bibit obat herbal dengan terburu-buru, keadaan di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan juga sangat “ramai”.“Sudah ketemu?”“Belum. Sampai sekarang, masih belum ada sedikit kabar pun!”“Mana mungkin begitu? Kenapa orang yan

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 227

    Begitu Deska berbicara, Adika bisa langsung menebak apa yang terjadi. Ekspresinya pun menjadi makin dingin. Suaranya juga dipenuhi dengan intimidasi. “Bukannya aku sudah larang kalian untuk ungkit tentang hal ini!”Deska buru-buru menjelaskan, “Bukan aku yang duluan mengungkitnya! I ... ini karena Putri Suci kebetulan bawa datang rumput peremajaan. Lagian, dia juga yang duluan tanya soal hal ini.”Ekspresi tidak senang Adika benar-benar menakutkan! Kemudian, dia menatap Gading yang berada di belakang Deska dengan tatapan menginterogasi.Gading yang tidak tahan ditatap seperti itu pun menelan ludah, lalu mengangguk dan menjawab, “Memang Putri Suci yang duluan mengungkitnya. Hari ini, tujuan utamanya datang kemari karena mau kasih hadiah untuk Pangeran. Selain itu, hadiahnya itu adalah rumput peremajaan yang paling dibutuhkan Pangeran.”Gading dan Deska juga tidak menduga hal ini. Namun, dia tahu apa yang dipikirkan Deska. Ketika Syakia memberikan ganoderma ungu 100 tahun kepada Adika s

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 226

    Syakia tidak berani bertaruh. Namun, dia tidak dapat menekan rasa bersalahnya dan memilih untuk melarikan diri.“Maaf, a ... aku tiba-tiba teringat ada hal yang belum kutangani. Aku pulang dulu. Lain kali, aku akan datang berkunjung lagi!” Suara Syakia terdengar agak gemetar. Kemudian, dia langsung berlari melewati Adika tanpa menoleh lagi.Adika pun terpaku di tempat. Dia menoleh ke arah sosok Syakia menghilang di depan pintu tanpa mengerti apa yang sudah terjadi.“Sahana ... Sahana?” Pada detik selanjutnya, Adika segera berbalik dan mengejar Syakia.Syakia awalnya berniat langsung pulang. Namun, dia tidak menyangka Adika akan mengejarnya tanpa ragu dan mengadang di depannya.Pria yang tegap dan tinggi itu terlihat panik. “Ada apa? Apa yang sudah terjadi? Kenapa kamu minta maaf padaku?”“Nggak apa-apa. Nggak ada yang terjadi. Aku benar-benar masih ada urusan mendesak! Aku harus pulang sekarang juga. Jadi, biarkanlah aku pulang!”Syakia berjalan melewati Adika, tetapi Adika langsung m

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 225

    Syakia pura-pura tidak mengerti dan bertanya, “Kenapa ada obat-obat herbal yang dilingkari? Apa ada penjelasan lain tentang obat-obat herbal itu?”Sesuai dugaan, Deska langsung berujar, “Haih, nggak kok. Ini semua obat herbal yang belum terkumpul. Obat herbal lainnya masih mudah dicari dan bisa didapatkan asalkan punya uang. Tapi, kami benar-benar nggak tahu harus cari safron ini di mana.”Ketika membicarakan tentang safron, Deska terlihat sangat sedih dan tidak berdaya. Di sisi lain, terdapat sedikit keterkejutan yang melintasi mata Syakia. Dia memiliki safron!Syakia berusaha menyembunyikan keterkejutannya, lalu bertanya dengan ekspresi agak penasaran, “Safron itu obat apa? Kenapa aku sepertinya nggak pernah dengar nama ini?”Tidak pernah mendengar namanya? Ada sedikit kekecewaan yang melintasi mata Deska. Namun, dia segera bersemangat kembali dan menjelaskannya kepada Syakia.“Sebenarnya, bahkan kami juga nggak pernah lihat obat herbal yang namanya safron itu. Aku cuma pernah lihat

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status