Begitu Deska berbicara, Adika bisa langsung menebak apa yang terjadi. Ekspresinya pun menjadi makin dingin. Suaranya juga dipenuhi dengan intimidasi. “Bukannya aku sudah larang kalian untuk ungkit tentang hal ini!”Deska buru-buru menjelaskan, “Bukan aku yang duluan mengungkitnya! I ... ini karena Putri Suci kebetulan bawa datang rumput peremajaan. Lagian, dia juga yang duluan tanya soal hal ini.”Ekspresi tidak senang Adika benar-benar menakutkan! Kemudian, dia menatap Gading yang berada di belakang Deska dengan tatapan menginterogasi.Gading yang tidak tahan ditatap seperti itu pun menelan ludah, lalu mengangguk dan menjawab, “Memang Putri Suci yang duluan mengungkitnya. Hari ini, tujuan utamanya datang kemari karena mau kasih hadiah untuk Pangeran. Selain itu, hadiahnya itu adalah rumput peremajaan yang paling dibutuhkan Pangeran.”Gading dan Deska juga tidak menduga hal ini. Namun, dia tahu apa yang dipikirkan Deska. Ketika Syakia memberikan ganoderma ungu 100 tahun kepada Adika s
Adika melambaikan tangannya. Meskipun merasa marah, dia juga tidak sepenuhnya menyalahkan Deska dan Gading.“Kalian juga melakukannya karena khawatir padaku. Kelak, jangan ulangi hal yang sama lagi.”Besok, Adika akan pergi mencari Syakia dan menjelaskan semuanya dengan jelas. Jika dia membiarkan kedua orang bodoh ini yang pergi, entah apa lagi yang akan terjadi.Gading dan Deska sontak merasa lega. Untung saja Adika tidak benar-benar marah. Namun, pada detik selanjutnya, Adika melirik mereka dan memberi perintah, “Malam ini, bungkuskan semua bibit obat herbal ini. Sebelum selesai bungkus semuanya, kalian nggak boleh tidur!”Gading dan Deska pun terdiam sejenak, lalu menjawab, “Baik, Pangeran.”Ketika orang-orang di Kediaman Pangeran Pemangku Kaisar membungkus semua bibit obat herbal dengan terburu-buru, keadaan di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan juga sangat “ramai”.“Sudah ketemu?”“Belum. Sampai sekarang, masih belum ada sedikit kabar pun!”“Mana mungkin begitu? Kenapa orang yan
“Uhuk, uhuk. Memang ada kemungkinan seperti itu,” ujar Ranjana dengan lemah setelah terbatuk sejenak.Abista pun tertegun, lalu mengerutkan keningnya dengan bingung, “Siapa yang berani culik Ayu?”Terlebih lagi, orang itu juga datang ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan untuk menculik Ayu. Jangankan orang luar, bahkan di antara orang-orang berkuasa di ibu kota, seharusnya tidak ada yang berani melakukannya.Ranjana menjawab dengan tenang, “Siapa bilang nggak ada yang berani? Setengah bulan lalu, bukannya ada orang yang berani bawa Pasukan Bendera Hitam untuk datang menggeledah kediaman ini?”Begitu mendengar ucapan itu, semua orang tahu yang dimaksud Ranjana adalah Adika. Namun, Damar malah menggeleng.“Seharusnya bukan dia.”Ranjana mencibir, “Gimana Ayah bisa sepenuhnya yakin bukan dia pelakunya?”Damar melirik putranya yang masih lemah itu dengan acuh tak acuh. “Adika nggak pernah pakai cara diam-diam seperti ini. Kalau memang mau tangkap Ayu, dia akan langsung datang dan tangkap
Sangat jelas bahwa Ranjana bukan hanya marah terhadap ayahnya, tetapi juga Kahar. Tadi, dia tidak langsung memarahi Kahar karena Ayu sudah memberi pelajaran padanya.Namun, begitu mendengar ucapan Ranjana, Abista yang awalnya masih menasihati mereka semua dengan baik malah tiba-tiba mengernyit. Kemudian, dia membantah, “Syakia nggak bersalah. Kenapa kalian melibatkannya lagi?”Kahar dan Ranjana tidak menyangka Abista masih membela Syakia pada saat-saat seperti ini.“Kak Abista, Syakia yang meracuniku untuk mengendalikanku!”Abista menghela napas dan menjawab, “Mungkin dia memang benar-benar mengendalikanmu, tapi apa kalian lupa? Kalau bukan karena kalian yang duluan kerja sama untuk meracuni Syakia dan ingin membawanya pulang secara paksa, mana mungkin dia meracunimu?”Begitu mendengar ucapan itu, Kahar dan Ranjana pun terdiam. Bagaimanapun juga, mereka benar-benar tidak terpikirkan hal ini.Terutama Ranjana. Sampai sekarang, dia masih membenci Syakia karena sudah membuatnya bisu dan l
“Ayah berkata begitu karena sudah punya bukti?”Damar menjawab dengan santai, “Aku nggak punya bukti. Tapi, sebelum hilang, Ayu sempat melakukan sesuatu.”“Apa?” tanya Kahar dan Ranjana dengan bingung.Damar memejamkan matanya dan menjawab, “Dia suruh dayangnya bawa Laras Panjalu datang kemari.”Sebelumnya, Ayu mengira tidak akan ada yang tahu mengenai hal ini. Namun, dia tidak tahu bahwa Ratih adalah orang yang ditempatkan Damar di sisinya. Mana mungkin Damar tidak tahu Ayu menyuruh Ratih pergi membawa Laras datang ke kediaman ini?“Laras Panjalu?”Berhubung sudah lama tidak mendengar nama ini, Abista dan kedua adiknya pun tertegun sejenak. Selanjutnya, Kahar terlebih dahulu teringat siapa orang itu dan bertanya dengan kening berkerut, “Orang yang pernah dorong Syakia ke danau itu?”“Benar.”Ekspresi Abista sontak berubah. Dia berkata dengan mata penuh amarah, “Ayu mau apa? Kenapa dia suruh orang itu datang kemari?”Dulu, Laras hampir merenggut nyawa Syakia. Jika bukan karena ada oran
Dalam sekejap, ekspresi Kahar dan Ranjana langsung menjadi sangat suram. “Coba saja kalau dia berani!”“Syakia nggak mungkin berbuat begitu!”Berbeda dengan Kahar yang langsung menyerukan amarahnya, Abista percaya pada Syakia. Dia sontak murka dan membela Syakia.“Syakia memang pernah bersikap keras kepala, juga berbuat salah. Tapi, dia nggak pernah berinisiatif cari masalah, apalagi melakukan hal yang begitu keterlaluan! Ayah, aku tahu kamu lebih sayang sama Ayu. Tapi, memangnya Syakia itu bukan putri kandungmu? Waktu kamu ucapkan kata-kata itu, kamu nggak merasa itu sangat nggak adil bagi Syakia?”“Aku cuma menilai masalah berdasarkan fakta, juga cuma bilang mungkin, nggak bilang pasti,” jawab Damar dengan nada acuh tak acuh sambil menyesap tehnya yang sudah dingin.Abista terlihat sangat tidak percaya. “Menilai masalah berdasarkan fakta? Apa curiga sama putri kandung sendiri termasuk menilai masalah berdasarkan fakta? Ayah, Syakia itu bukan penjahat!”Sampai saat ini, Abista baru p
Orang yang diutus Damar berjumlah sekitar 5 orang. Tak disangka, mereka masih tidak mampu mengalahkan satu orang. Namun, dia makin yakin bahwa Ayu memang diculik oleh Syakia. Bagaimanapun juga, pertahanan Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan juga tidak sederhana. Dengan tempat yang terlindung begitu ketat, penculik itu dapat masuk ke kamar Ayu dan membawanya pergi tanpa diketahui siapa pun. Orang dengan kemampuan yang biasa-biasa saja tidak mungkin mampu melakukannya.“Utus lagi sekelompok orang untuk pergi ke Kuil Bulani. Pokoknya, Ayu harus ditemukan!” perintah Damar setelah terdiam sejenak.“Baik!”Pada malam kedua, ada lagi sekelompok pengawal rahasia yang datang ke Kuil Bulani. Kali ini, kelompok itu berjumlah 10 orang.Damar awalnya mengira misinya kali ini pasti berhasil. Tak disangka, 10 pengawal rahasia itu lagi-lagi gagal. Setelah mendapat kabar ini keesokan harinya, ekspresi Damar terlihat sangat menakutkan.“Bagaimana dia bisa melakukannya!”Meskipun pengawal rahasia Syakia
“Pembunuh?” Kaisar bertanya dengan bingung, “Kenapa bisa ada pembunuh yang pergi ke Kuil Bulani untuk membunuhmu? Siapa yang mengutus mereka?”Syakia menunduk dan menjawab, “Aku nggak berani bilang.”“Nggak berani bilang?”Kaisar mengangkat alisnya. Dia sudah bisa menebak siapa orang yang mengutus para pembunuh itu dari jawaban Syakia. Di seluruh ibu kota, ada siapa saja yang tidak berani dituduh putri sucinya itu?Kaisar langsung tertawa. Setelah upacara permohonan hujan yang dilakukan di Kalika, baik itu kebetulan atau bukan, hujan deras telah turun di Kalika yang sudah mengalami kekeringan selama 3 bulan. Sekarang, Syakia telah menjadi Putri Suci Pembawa Berkah yang sebenarnya di hati rakyat jelata. Bukan hanya reputasi Syakia yang meningkat, bahkan Kaisar yang mengangkat Syakia menjadi putri suci juga dipuji oleh rakyat jelata. Hal ini telah mengokohkan posisi Kaisar yang masih muda ini sehingga tidak ada yang dapat melawannya. Oleh karena itu, kepercayaan para pejabat dan menter
“Aku nggak peduli kalian itu bawahan siapa, juga nggak peduli untuk apa kalian datang kemari. Sejak kalian menginjakkan kaki ke Kuil Bulani malam ini, kalian sudah ditakdirkan untuk mati.”Adika menancapkan pedangnya di lantai depannya, lalu melirik para pengawal rahasia yang ditahan di atas lantai. Seluruh tubuh mereka telah digeledah. Bahkan racun yang tersimpan di gigi mereka juga dicabut satu per satu. Saat ini, mereka bagaikan ikan yang berada di atas talenan.Adika menatap mereka dengan dingin. Setelah menunggu sesaat, pengawal rahasia yang terakhir akhirnya dibawa keluar.“Bruk!”Hala yang tubuhnya terluka oleh satu sayatan pedang berjalan keluar dengan pelan sambil menyeret seseorang yang berlumuran darah. Kemudian, dia melempar orang itu di hadapan semua pengawal rahasia.Para pengawal rahasia Keluarga Angkola tentu saja mengenal orang itu. Dia adalah Sando, pengawal rahasia kepercayaan Damar. Sekarang, dia sudah sepenuhnya lumpuh.“Bagus, semua orangnya sudah berkumpul.”Adik
Saat ini, Adika sangat marah. Setelah mengawal Syakia pergi ke Kalika, dia baru tahu seberapa banyak bahaya yang ada di sisi gadis ini. Jadi, begitu mendengar Kaisar mengatakan ada orang yang ingin membunuh Syakia hari ini, dia langsung teringat pada orang-orang dari Kalika itu.Terutama orang bernama Kingston. Adika tahu bahwa orang itu pasti akan datang lagi. Oleh karena itu, dia baru begitu mengkhawatirkan keselamatan Syakia.“Aku nggak bohong!” Syakia buru-buru menjelaskan, “Aku cuma nggak mau repotin kamu ....”“Kamu rasa ini adalah kerepotan bagiku?”Kali ini, Adika merasa makin marah. Dia menunduk, lalu menatap Syakia lekat-lekat dengan matanya yang berapi-api. Wajahnya yang tampan itu menunjukkan ekspresi yang luar biasa serius.Adika menekankan kata-katanya. “Sahana, dengar baik-baik. Bagiku, urusanmu nggak pernah merepotkanku.”Hati Syakia seketika bergetar. Dia menatap Adika yang berjarak sangat dekat dengannya dengan terkejut. Pada momen ini, dia seperti sudah memahami sesu
“Pembunuh?” Kaisar bertanya dengan bingung, “Kenapa bisa ada pembunuh yang pergi ke Kuil Bulani untuk membunuhmu? Siapa yang mengutus mereka?”Syakia menunduk dan menjawab, “Aku nggak berani bilang.”“Nggak berani bilang?”Kaisar mengangkat alisnya. Dia sudah bisa menebak siapa orang yang mengutus para pembunuh itu dari jawaban Syakia. Di seluruh ibu kota, ada siapa saja yang tidak berani dituduh putri sucinya itu?Kaisar langsung tertawa. Setelah upacara permohonan hujan yang dilakukan di Kalika, baik itu kebetulan atau bukan, hujan deras telah turun di Kalika yang sudah mengalami kekeringan selama 3 bulan. Sekarang, Syakia telah menjadi Putri Suci Pembawa Berkah yang sebenarnya di hati rakyat jelata. Bukan hanya reputasi Syakia yang meningkat, bahkan Kaisar yang mengangkat Syakia menjadi putri suci juga dipuji oleh rakyat jelata. Hal ini telah mengokohkan posisi Kaisar yang masih muda ini sehingga tidak ada yang dapat melawannya. Oleh karena itu, kepercayaan para pejabat dan menter
Orang yang diutus Damar berjumlah sekitar 5 orang. Tak disangka, mereka masih tidak mampu mengalahkan satu orang. Namun, dia makin yakin bahwa Ayu memang diculik oleh Syakia. Bagaimanapun juga, pertahanan Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan juga tidak sederhana. Dengan tempat yang terlindung begitu ketat, penculik itu dapat masuk ke kamar Ayu dan membawanya pergi tanpa diketahui siapa pun. Orang dengan kemampuan yang biasa-biasa saja tidak mungkin mampu melakukannya.“Utus lagi sekelompok orang untuk pergi ke Kuil Bulani. Pokoknya, Ayu harus ditemukan!” perintah Damar setelah terdiam sejenak.“Baik!”Pada malam kedua, ada lagi sekelompok pengawal rahasia yang datang ke Kuil Bulani. Kali ini, kelompok itu berjumlah 10 orang.Damar awalnya mengira misinya kali ini pasti berhasil. Tak disangka, 10 pengawal rahasia itu lagi-lagi gagal. Setelah mendapat kabar ini keesokan harinya, ekspresi Damar terlihat sangat menakutkan.“Bagaimana dia bisa melakukannya!”Meskipun pengawal rahasia Syakia
Dalam sekejap, ekspresi Kahar dan Ranjana langsung menjadi sangat suram. “Coba saja kalau dia berani!”“Syakia nggak mungkin berbuat begitu!”Berbeda dengan Kahar yang langsung menyerukan amarahnya, Abista percaya pada Syakia. Dia sontak murka dan membela Syakia.“Syakia memang pernah bersikap keras kepala, juga berbuat salah. Tapi, dia nggak pernah berinisiatif cari masalah, apalagi melakukan hal yang begitu keterlaluan! Ayah, aku tahu kamu lebih sayang sama Ayu. Tapi, memangnya Syakia itu bukan putri kandungmu? Waktu kamu ucapkan kata-kata itu, kamu nggak merasa itu sangat nggak adil bagi Syakia?”“Aku cuma menilai masalah berdasarkan fakta, juga cuma bilang mungkin, nggak bilang pasti,” jawab Damar dengan nada acuh tak acuh sambil menyesap tehnya yang sudah dingin.Abista terlihat sangat tidak percaya. “Menilai masalah berdasarkan fakta? Apa curiga sama putri kandung sendiri termasuk menilai masalah berdasarkan fakta? Ayah, Syakia itu bukan penjahat!”Sampai saat ini, Abista baru p
“Ayah berkata begitu karena sudah punya bukti?”Damar menjawab dengan santai, “Aku nggak punya bukti. Tapi, sebelum hilang, Ayu sempat melakukan sesuatu.”“Apa?” tanya Kahar dan Ranjana dengan bingung.Damar memejamkan matanya dan menjawab, “Dia suruh dayangnya bawa Laras Panjalu datang kemari.”Sebelumnya, Ayu mengira tidak akan ada yang tahu mengenai hal ini. Namun, dia tidak tahu bahwa Ratih adalah orang yang ditempatkan Damar di sisinya. Mana mungkin Damar tidak tahu Ayu menyuruh Ratih pergi membawa Laras datang ke kediaman ini?“Laras Panjalu?”Berhubung sudah lama tidak mendengar nama ini, Abista dan kedua adiknya pun tertegun sejenak. Selanjutnya, Kahar terlebih dahulu teringat siapa orang itu dan bertanya dengan kening berkerut, “Orang yang pernah dorong Syakia ke danau itu?”“Benar.”Ekspresi Abista sontak berubah. Dia berkata dengan mata penuh amarah, “Ayu mau apa? Kenapa dia suruh orang itu datang kemari?”Dulu, Laras hampir merenggut nyawa Syakia. Jika bukan karena ada oran
Sangat jelas bahwa Ranjana bukan hanya marah terhadap ayahnya, tetapi juga Kahar. Tadi, dia tidak langsung memarahi Kahar karena Ayu sudah memberi pelajaran padanya.Namun, begitu mendengar ucapan Ranjana, Abista yang awalnya masih menasihati mereka semua dengan baik malah tiba-tiba mengernyit. Kemudian, dia membantah, “Syakia nggak bersalah. Kenapa kalian melibatkannya lagi?”Kahar dan Ranjana tidak menyangka Abista masih membela Syakia pada saat-saat seperti ini.“Kak Abista, Syakia yang meracuniku untuk mengendalikanku!”Abista menghela napas dan menjawab, “Mungkin dia memang benar-benar mengendalikanmu, tapi apa kalian lupa? Kalau bukan karena kalian yang duluan kerja sama untuk meracuni Syakia dan ingin membawanya pulang secara paksa, mana mungkin dia meracunimu?”Begitu mendengar ucapan itu, Kahar dan Ranjana pun terdiam. Bagaimanapun juga, mereka benar-benar tidak terpikirkan hal ini.Terutama Ranjana. Sampai sekarang, dia masih membenci Syakia karena sudah membuatnya bisu dan l
“Uhuk, uhuk. Memang ada kemungkinan seperti itu,” ujar Ranjana dengan lemah setelah terbatuk sejenak.Abista pun tertegun, lalu mengerutkan keningnya dengan bingung, “Siapa yang berani culik Ayu?”Terlebih lagi, orang itu juga datang ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan untuk menculik Ayu. Jangankan orang luar, bahkan di antara orang-orang berkuasa di ibu kota, seharusnya tidak ada yang berani melakukannya.Ranjana menjawab dengan tenang, “Siapa bilang nggak ada yang berani? Setengah bulan lalu, bukannya ada orang yang berani bawa Pasukan Bendera Hitam untuk datang menggeledah kediaman ini?”Begitu mendengar ucapan itu, semua orang tahu yang dimaksud Ranjana adalah Adika. Namun, Damar malah menggeleng.“Seharusnya bukan dia.”Ranjana mencibir, “Gimana Ayah bisa sepenuhnya yakin bukan dia pelakunya?”Damar melirik putranya yang masih lemah itu dengan acuh tak acuh. “Adika nggak pernah pakai cara diam-diam seperti ini. Kalau memang mau tangkap Ayu, dia akan langsung datang dan tangkap
Adika melambaikan tangannya. Meskipun merasa marah, dia juga tidak sepenuhnya menyalahkan Deska dan Gading.“Kalian juga melakukannya karena khawatir padaku. Kelak, jangan ulangi hal yang sama lagi.”Besok, Adika akan pergi mencari Syakia dan menjelaskan semuanya dengan jelas. Jika dia membiarkan kedua orang bodoh ini yang pergi, entah apa lagi yang akan terjadi.Gading dan Deska sontak merasa lega. Untung saja Adika tidak benar-benar marah. Namun, pada detik selanjutnya, Adika melirik mereka dan memberi perintah, “Malam ini, bungkuskan semua bibit obat herbal ini. Sebelum selesai bungkus semuanya, kalian nggak boleh tidur!”Gading dan Deska pun terdiam sejenak, lalu menjawab, “Baik, Pangeran.”Ketika orang-orang di Kediaman Pangeran Pemangku Kaisar membungkus semua bibit obat herbal dengan terburu-buru, keadaan di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan juga sangat “ramai”.“Sudah ketemu?”“Belum. Sampai sekarang, masih belum ada sedikit kabar pun!”“Mana mungkin begitu? Kenapa orang yan