Jelas-jelas, Ike adalah bibi kandung Syakia. Namun, Ike malah begitu membencinya. Hati Syakia benar-benar terasa dingin. Anggota Keluarga Angkola selalu tahu bagaimana cara menyakitinya.“Kamu pada dasarnya adalah orang berhati kejam, pencemburu, dan berhati sempit!” Ike langsung memaki Syakia tanpa ragu, “Kamu nggak hormat pada seniormu dan kakakmu, juga selalu halalkan berbagai cara untuk melukai Ayu. Nggak heran anak yang nggak punya didikan ibu sepertimu terjerumus ke jalan sesat!”“Sudah cukup?” Syakia menatap Ike dengan penuh amarah dan berseru, “Anak yang nggak punya didikan ibu? Benar, aku memang nggak punya didikan ibu. Tapi, siapa yang mengucapkan kata sekasar dan menusuk itu terhadap juniornya? Kamu itu nyonya rumah Kediaman Pangeran Darsuki, juga putri Adipati Pelindung Kerajaan dulunya. Memangnya kamu punya pendidikan!”“Diam! Beraninya kamu melawanku!” Ike sontak bangkit dari kursinya. Amarah yang melandanya membuatnya melupakan statusnya dan Syakia saat ini. Dia langsung
Setelah Syakia mengempaskan tangan Ike, dayang Ike buru-buru memapah Ike. Ike menunjuk Syakia dengan tangan gemetar dan berseru, “Baik! Tunggu saja kamu! Masalah hari ini masih belum selesai!”Kemudian, Ike yang awalnya datang dengan arogan pun pergi dengan tampang menyedihkan.Syakia memalingkan wajah, lalu langsung masuk kembali ke kuil. Sementara itu, sekelompok orang yang berkumpul di samping merasa kebingungan.“Jadi, sebenarnya Putri Suci memang mencuri klim pelembap Yui Nyonya Ike atau nggak?”“Apa masih perlu ditanya? Bukannya hasilnya sudah sangat jelas? Nyonya Ike curiga Putri Suci mencuri krim pelembap Yui, tapi nggak punya bukti. Lagian, Putri Suci juga sama sekali nggak takut. Aku rasa, dia nggak mencurinya.”“Nggak bisa bilang begitu juga. Menurutku, rasa curiga Nyonya Ike sangat beralasan. Reputasi Putri Suci dulu memang nggak bagus. Aku rasa, mungkin saja dia melakukan hal seperti ini untuk balas dendam pada Nyonya Ike.”“Kamu bodoh? Kalau Putri Suci benar-benar mencur
Begitu mendengar ucapan Kama, suasana dalam rumah menjadi hening. Ekspresi Ayu juga menegang sejenak. Tangannya yang tersembunyi di bawah meja terkepal erat, dia diam-diam merasa kesal pada Kama yang tiba-tiba mengungkit hal ini.Sebelumnya, Syakia itu jelas-jelas sudah membuat nyawa Kama hampir melayang. Kenapa sekarang si bodoh ini makin peduli pada wanita jalang itu? Apa otak Kama bermasalah? Makin orang membencinya, dia justru makin ingin menyanjung orang itu?Selain Kama, Abista juga tertegun sejenak sebelum bereaksi.“Ini memang hari ulang tahun Syakia,” ucap Abista dengan perasaan campur aduk. Dia tiba-tiba merasa agak bersalah. Jika bukan karena Kama mengungkit hal ini, dia nyaris melupakan hal ini.Kahar berkata dengan kening berkerut, “Buat apa Kak Kama tiba-tiba ungkit tentang dia? Sekarang, dia bukan lagi anggota Keluarga Angkola. Apa hubungannya hari ulang tahunnya dengan kita?”Ranjana mengambil teh dari meja dan menyesapnya dengan acuh tak acuh tanpa bersuara.Abista te
Intinya, Kahar tidak mengerti isi hati Abista dan Kama. Sekarang, mereka menjadi begitu perhatian pada Syakia. Sebelumnya, Abista jelas-jelas tidak pernah peduli pada Syakia, sedangkan Kama juga selalu memukul Syakia. Ada apa dengan mereka sebenarnya? Apa Syakia sudah menyantet mereka sehingga mereka lupa sekejam apa Syakia dulunya?“Kak Kahar, jangan ngomong begitu. Kalau kedengaran Kak Syakia, dia pasti sedih.”Ayu memang berkata begitu, tetapi malah diam-diam merasa puas dalam hati. Untungnya, Kahar masih berada dalam cengkeramannya. Bagaimanapun juga, pemuda yang emosinya terlihat tidak stabil ini adalah orang yang paling keras kepala di antara empat saudara ini.Selama Kahar menganggap Syakia berhati busuk, pemikirannya tidak akan mudah diubah siapa pun. Jadi, Ayu dapat memanfaatkan Kahar dengan sangat mudah.“Jangankan dia nggak bisa mendengarnya sekarang, meski dia berdiri di hadapanku, aku juga berani mengatakannya.” Nada Kahar terdengar tidak berperasaan. Sebelum pergi, dia me
“Apa?” Adika mengerutkan keningnya dan bertanya, “Upacara kedewasaan waktu itu bukan hari ulang tahun Sahana?”“Paman juga terkejut, ‘kan?” Kaisar menghela napas dan berujar, “Aku juga baru tahu rupanya hari ini barulah hari ulang tahun Putri Suci. Adipati Damar sepertinya juga baru teringat. Makanya, dia baru datang minta izin padaku lewat jam makan siang.”Sejak Anggreni meninggal, Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan benar-benar makin tidak teratur. Meskipun Damar mengumumkan bahwa Ayu adalah putri dari penyelamatnya dan dia hanya mengangkatnya menjadi putri asuh, Kaisar tentu saja dapat menyelidiki hal ini dengan mudah. Jadi, dia tahu bahwa Ayu adalah putri haram Damar.Awalnya, Kaisar merasa hal ini sudah cukup tidak masuk akal. Tak disangka, seorang Adipati Pelindung Kerajaan malah melakukan hal yang lebih tidak masuk akal lagi demi putri haram ini. Selain tidak menyelenggarakan upacara kedewasaan di hari ulang tahun putri sahnya, dia malah membuat putri sahnya menjadi penyokong p
Namun, Syakia tidak peduli pada Ayu.Melihat Syakia yang mengabaikan mereka semua, Kahar yang pada dasarnya merasa tidak senang sontak merasa jengkel. “Kenapa? Habis jadi biksuni, kamu juga belajar jadi orang bisu?”“Kahar,” tegur Abista untuk mengisyaratkannya menenangkan diri.Kama memandang Syakia yang berdiri di tengah ladang. Sekarang, dia tidak lagi segegabah dulu. Sebaliknya, Kahar yang pendiam malah berubah makin mirip dengannya yang dulu. Setelah terdiam sejenak, Kama melangkah maju dan mengambil sebuah ember yang terletak di halaman sambil berkata, “Mari kubantu.”“Nggak usah.” Syakia akhirnya berbicara. Namun, ucapan pertamanya malah merupakan penolakan. Dia berdiri, lalu menatap Kama dan orang lainnya dengan dingin sambil berujar, “Halamanku ini kotor dan kecil, juga nggak cocok untuk menampung tokoh hebat seperti kalian. Kalau kalian nggak punya urusan, sebaiknya jangan tinggal berlama-lama di sini.”Namun, Kama bersikap seperti tidak mendengar penolakan Syakia. Dia bersi
Sekarang, entah apa yang salah dengan Kama. Selain tidak bertindak, Kama malah membantu Syakia menyiram tanaman? Hal ini benar-benar memalukan!“Kahar, jangan bertindak gegabah. Ayah juga ada di sini.” Abista menatap Kahar dengan penuh peringatan sebelum melepaskannya.Kahar pun menoleh ke arah Damar. Meskipun Damar tidak mengatakan apa-apa, Kahar tetap menutup mulutnya dengan patuh.“Syakia, kamu nyesal?”Pada saat ini, Damar tiba-tiba bersuara. Sejak masuk ke halaman ini, dia tidak berhenti mengamati semua yang ada di tempat ini dengan tampang sombong, termasuk putrinya yang berdiri di tengah ladang dan terlihat berbaur sempurna dengan tempat ini.Syakia balik bertanya, “Nyesal? Kenapa aku harus nyesal?”“Kamu jelas-jelas bisa menikmati hidup mewah dan terhormat sebagai putri sah Adipati Pelindung Kerajaan. Sekarang, kamu malah hidup seperti ini. Memangnya kamu nggak nyesal?”“Heh! Status tinggi putri sah Adipati Pelindung Kerajaan?” Syakia tidak dapat menahan tawa. Tawanya juga dipe
Ranjana memperingati Abista, “Kita bicarakan lagi semuanya nanti. Jangan lupa tujuan kedatangan kita hari ini.”Abista yang hendak bertanya jelas pada Damar tertegun sejenak. Benar juga, hari ini, mereka datang untuk merayakan ulang tahun Syakia. Sebaiknya, mereka tidak menunda-nunda waktu lagi.“Nggak perlu, aku nggak terburu-buru kok.” Syakia tersenyum dan melanjutkan, “Kalau ada yang perlu kalian katakan, katakan saja yang jelas sekarang juga.”Kebetulan, Syakia juga bisa menonton pertunjukan bagus.Di sisi lain, Ayu tidak ingin dirinya ditertawakan oleh Syakia. Jika tidak dicegah, Abista mungkin akan benar-benar akan terlepas dari cengkeramannya. Dia pun segera berkata sambil tersenyum “Apa pun itu, itu nggak sepenting hari ulang tahun Kak Syakia. Benar nggak, Kak Abista?”Abista mengangguk secara refleks. “Iya, yang dikatakan Ayu benar.”“Oke.” Berhubung tidak dapat menonton pertunjukan bagus, Syakia langsung merentangkan tangannya ke arah Damar dan yang lain sambil berkata, “Beri
“Semua pemanah, bersiap!” perintah Gading begitu mendengar suara teriakan itu.Ratusan prajurit Pasukan Bendera Hitam segera mengangkat busur mereka dan membidik ke arah hutan.“Tunggu! Kami menyerah! Kami menyerah!”Orang yang bersiap untuk menyergap di dalam hutan tidak menyangka keberadaan mereka sudah ditemukan bahkan sebelum rombongan itu masuk ke hutan. Bahkan ada salah satu dari mereka yang sudah terkena panah.Tepat pada saat hujan panah akan diluncurkan ke arah mereka, orang-orang di dalam hutan buru-buru berseru untuk menghentikannya.“Dasar bandit sialan! Berani sekali kalian bersembunyi di dalam hutan dan hendak menyergap kami! Cepat keluar!”Seruan Gading sontak membuat para bandit yang bersembunyi dalam hutan ketakutan dan berlari keluar dengan terburu-buru.Begitu melihat orang-orang itu, Adika bisa menebak bahwa mereka seharusnya adalah bandit gunung. Dia pun memicingkan mata dan bertanya, “Kalian itu bandit gunung mana?”Pemimpin sekelompok bandit itu buru-buru berlutu
Syakia membuka tirai dan melihat Adika.“Turunlah untuk hirup udara segar. Malam ini, kita makan lebih awal.”“Oke.”Syakia mengangguk pelan, lalu bangkit dan turun dari kereta kuda. Setelah turun, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan melirik ke arah ujung rombongan ini.Adika menyadari gerakan Syakia dan mengikuti arah pandangnya. Kemudian, dia langsung mengalihkan pandangannya dan berkata dengan acuh tak acuh, “Jangan khawatir, mereka bawa makanan sendiri. Mereka nggak akan mati kelaparan.”Syakia tidak mengatakan apa-apa, hanya mengikuti Adika berjalan ke pinggir sungai dan duduk di sana. Para prajurit Pasukan Bendera Hitam bergerak sangat cepat. Tidak lama kemudian, mereka sudah selesai memasak.Makanan Adika sangat harum dan terlihat lezat, sedangkan makanan Syakia tetap hanyalah sayuran dan sup kosong. Meskipun Syakia makan dengan sangat lahap, Adika malah merasa agak bersimpati padanya.Hanya saja, entah kenapa Syakia sangat keras kepala dalam beberapa hal. Bahkan Adika juga tidak
“Menikah?” Syakia pun tertegun sejenak.Laras pun tertawa, lalu menjawab, “Iya, itu pengaturan ayahku. Calon suamiku itu keponakan Kepala Prefektur Wisnu, kerabat jauh keluarga kami.”Syakia secara refleks bertanya, “Kalau mau menikah, kenapa bukan mereka yang datang menjemputmu?”Laras tersenyum. “Kia, kamu imut banget. Aku ke sana bukan jadi istri sah, cuma jadi seorang selir. Mana mungkin mereka datang jemput aku dengan meriah.”Setelah mendengar ucapan Laras, Syakia pun terdiam.“Kia, jangan sedih untukku. Aku ini juga putri Menteri Sekretariat. Meski jadi selir, orang di sana nggak akan berani mempersulitku.”Syakia memalingkan wajah, lalu berkata dengan nada dingin, “Siapa yang sedih untukmu? Hubunganku denganmu nggak sebaik itu.”Laras langsung menunjukkan tampang sedih. “Baiklah, anggap saja itu pemikiranku sepihak. Tapi, perjalanan ke Kalika terlalu jauh. Ayahku juga nggak utus orang untuk mengawalku. Jadi, Kia, boleh nggak kamu biarkan aku ikuti kalian demi persahabatan kita
Meskipun waktunya sangat mendesak, Adika tetap langsung setuju.“Kamu baru keluar dari istana dan pasti belum kemas barang-barangmu. Aku akan antar kamu pulang dulu. Setelah mengumpulkan orang dan mengatur semuanya dengan baik, aku akan pergi jemput kamu besok pagi.”Berhubung hal ini sudah diputuskan, Adika segera mengaturkan segala sesuatu yang diperlukan meskipun merasa marah.Setelah kembali ke Kuil Bulani, Syakia juga mulai menangani urusannya sendiri. Dia meminta Yanto untuk membantunya merawat ladang obatnya, juga menyerahkan surat tanah Paviliun Awana kepada Yanto.Yanto pada dasarnya adalah mantan kepala pelayan Keluarga Kuncoro. Dia tentu saja dapat mengelola Paviliun Awana tanpa masalah. Selain itu, Syakia juga hanya memiliki sebuah permintaan, yaitu menanam semua ladang di Paviliun Awana dengan berbagai macam benih dan bibit yang ditinggalkannya.Mengenai ladang obat di Gunung Selatan, sebagian besar obat herbal itu sudah bertumbuh. Syakia pun memanen semua obat herbal yang
Di ruang baca Kaisar dalam istana.“Bupati Nugraha dari Lukati?”Setelah mendengar nama orang itu, Syakia agak terkejut. Benar juga, dia sudah mengingat orang itu. Orang itu adalah majikan dari pengelola toko obat yang membantunya.“Karena kekeringan di Kalika sebelumnya, ada banyak penduduk Kalika yang mengungsi ke Lukati dalam 3 bulan itu. Waktu itu, Bupati Nugraha nggak menolak untuk menerima para pengungsi itu. Tak disangka, ada beberapa pengungsi yang terjangkit wabah selama melakukan perjalanan. Wabah itu sudah menyebar cukup luas di Lukati."Kaisar tersenyum sambil melanjutkan, “Sebenarnya, hal ini aneh juga. Yang tertimpa bencana alam jelas-jelas Kalika. Tapi, baik itu sebelum ataupun sesudah bencana, penduduk yang tetap tinggal di Kalika sama sekali nggak terpengaruh oleh wabah itu. Malah para pengungsi yang terjangkit wabah.”Berhubung terjadi fenomena aneh seperti ini, penduduk Kalika makin memuja Syakia. Semua orang berkata bahwa Putri Suci pernah mendoakan Kalika. Oleh kar
“Benar, ini salahku karena terlalu bodoh dan naif dulunya. Makanya, aku baru kira orang yang sudah kehilangan akal sehat seperti kalian masih bisa bersikap adil.”Begitu teringat bagaimana dirinya menangis sambil memohon pada orang-orang ini dulu, Syakia benar-benar merasa dirinya sangat konyol. “Jadi, ada masalah kalau aku mau ambil kembali barang milikku sekarang?”“Nggak bisa!”Sebelum Damar sempat berbicara, Ranjana sudah terlebih dahulu menolak, “Paviliun Awana dan Menara Phoenix itu barang Ayu. Kamu boleh tukar dengan barang lain.”Ranjana mengira dirinya masih bisa bernegosiasi dengan Syakia.Syakia langsung mengangguk dan memberi perintah tanpa ragu. “Oke. Kalau begitu, tukar saja dengan nyawamu. Hala, bertindaklah.”“Syut!”Hala segera menghunuskan pedangnya dan menyerang Ranjana. Kali ini, Ranjana memang sudah memiliki persiapan hati, tetapi masih tidak dapat menangkis serangan mematikan Hala. Dia berhasil melindungi titik fatal tubuhnya, tetapi pedang Hala juga langsung mene
Damar memicingkan matanya. Ada sedikit kesuraman yang melintasi matanya yang dalam.“Sejak kamu meninggalkan Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan, aku menyadari setiap kali kita bertemu, perubahanmu sangatlah besar. Kamu makin berbeda dengan putriku dulu.”Damar menatap Syakia lekat-lekat. Saat ini, dia sama sekali tidak menemukan jejak putrinya yang patuh, penurut, dan pengertian itu.Syakia menjawab dengan acuh tak acuh, “Sekarang, aku memang bukan putrimu lagi. Bukankah wajar kalau aku berbeda dari dulu?”Tidak, tidak wajar. Ini sama sekali tidak wajar.Sebelum upacara kedewasaan, Damar mengingat jelas bahwa putrinya ini masih membuatkannya sesuatu untuk menyenangkannya. Dia telah lupa apa benda itu, tetapi dia masih ingat kegembiraan dan harapan yang terpancar dari wajah Syakia.Dalam ingatan Damar, Syakia masih terlihat sangat polos pada saat itu. Dibandingkan dengan Syakia yang berdiri di depannya dengan tampang dingin sekarang, perubahannya terlalu besar sampai bisa membuat orang
“Syakia, aku seharusnya jarang menyinggungmu, ‘kan?” tanya Ranjana setelah menatap Syakia untuk sesaat.“Tuan Ranjana, kamu sudah melupakan kata-katamu tadi secepat ini? Kalau kamu memang merasa kamu jarang menyinggungku, buat apa kamu datang untuk minta maaf? Bukankah tindakanmu itu sangat bertentangan?”Syakia juga menyambut tatapan Ranjana dengan dingin. Matanya juga mengandung sedikit ejekan.Ranjana pun memicingkan matanya. “Sebelumnya, kamu tiba-tiba mau jadi biksuni. Ayah, Ayu, Kak Abista, dan yang lain sangat khawatir. Sebagai kakak keempatmu, aku tentu saja juga mengkhawatirkanmu. Jadi, aku baru pakai sedikit cara licik untuk membawamu pulang ke rumah. Sekarang, aku merasa tindakan itu kurang tepat. Makanya, aku datang untuk minta maaf.”“Sedikit cara licik?” Syakia mulai merasa marah. “Kalau kamu benar-benar anggap aku sebagai adikmu, kamu nggak akan pakai cara yang kamu sebut licik itu lagi.”“Itu cuma obat untuk membuatmu patuh, bukan racun untuk membunuhmu. Buat apa kamu m
“Oh iya. Pagi ini, Yang Mulia Kaisar sudah memanfaatkan kesempatan untuk mengurangi lumayan banyak kekuasaan yang dimiliki Adipati Damar. Hari ini, dia pasti akan datang mencarimu.” Adika menatap Syakia dan bertanya, “Apa perlu aku mengawasinya di sampingmu?”“Nggak usah. Selama dia masih mau mengeluarkan Ayu dari istana, sikapnya hari ini nggak akan seperti sebelumnya.”Ini adalah kesempatan yang sudah ditunggu Syakia sangat lama. Ayahnya yang tinggi hati akan tunduk padanya untuk yang pertama kalinya. Dia sangat menantikannya.Sesuai dugaan, hasilnya sangat memuaskan.“Syakia, Ayah yang salah sebelumnya.”Damar berdiri di depan gerbang Kuil Bulani dan meminta orang untuk memanggil Syakia. Setelah Syakia keluar, dia langsung meminta maaf dengan ekspresi serius.Begitu melihat sikap ayahnya, Ranjana yang ikut datang juga menunjukkan ekspresi terkejut. Dia tidak menyangka ayahnya akan menunduk pada Syakia. Ranjana tahu kali ini ayahnya tidak akan menggunakan cara paksa seperti sebelumn