Joey sudah menduga, kalau ada orang yang dinilai rendah masuk ke dalam markas mafia. Dipastikan takkan bisa pulang dengan mudah, tepatnya mustahil untuk keluar dengan selamat. Joey memilih memasang wajah paniknya, Marc yang melihatnya hanya bisa menatap datar. "Kau hanyalah sampah di dunia ini. Bisa-bisanya sosok yang kuinginkan, malah yang datang sosok laki-laki yang culun sepertimu. Sungguh tidak lucu." Kedua anak buahnya memegang Joey. Joey mencoba berontak. Itupun hanya pura-pura. "Om, jangan bunuh aku." "Aku janji tidak akan melaporkan ini kepada siapapun." lanjutnya sambil menampilkan wajah sedihnya yang ia buat-buat. Marc terkekeh. "Kamu kira aku akan percaya?" Joey dibawa paksa oleh kedua anak buahnya, Marc menghela nafasnya. Ia berjalan mendekati kursi kebesarannya, dan mendudukinya. "Bisa-bisanya membawa anak culun ke markas." Sementara Disisi Lain. Joey yang sudah di dalam mobil, ia duduk di kursi belakang. Dan dua orang yang m
Sarah dan Nita pasrah dengan apa kemauan Angelica. Mereka berdua sudah memberitahunya berkali-kali untuk tidak berurusan lagi dengan Joey. Dan Sarah maupun Nita, mereka sudah tak ingin apapun yang berkaitan dengan Joey. Mungkin berita pembunuhan sudah banyak yang mereka dengar. Tapi jika ada berita pembunuhan yang tak masuk akal, dan tidak ada jejak sang pelaku pembunuhan itu. Sarah dan Nita maupun Angelica sudah bisa menebak siapa pelaku dibalik pembunuhan itu. Sarah maupun Nita, sudah benar-benar tidak ingin ada kaitannya dengan Joey. Meski mereka tau Joey adalah pelaku pembunuhan, tapi tetap saja. Polisi pasti menyatakan kalau Joey tidak ada hubungan kejadian pembunuhan itu. Yang ada, Sarah dan Nita yang kena, karena telah menjelekan nama baik orang lain. Padahal jelas-jelas Joey 'lah pelaku yang sebenarnya. Sisi Psychopath-nya, ditutupi oleh penampilannya yang culun. Sarah dan Nita kembali fokus dengan makanan mereka. Tiba-tiba Rifky dan kedua temannya data
Setelah mengatakan itu, keempat laki-laki dewasa itu pergi keluar meninggalkan ketiga gadis itu di dalam ruangan. "Lepaskan kami! Bajingan" Nita terus berteriak. Sarah yang sudah bosan mendengar teriakan Nita pun bersuara. "Cukup Nita, mereka adalah penculik, mana mau mereka melepaskan kita." "Terus kita harus bagaimana? Apa kau tidak takut" ucap Nita yang khawatir. "Aku cuma bisa berharap, ada seseorang yang datang menyelamatkan kita." jawab Sarah. Angelica akhirnya tenang, meskipun ia dalam situasi yang tidak mengenakan, ia harus tetap tenang. "Ini pasti ulah laki-laki culun itu! Joey!" Angelica menoleh ke arah Sarah dengan tatapan dingin, "Kenapa kamu bisa menebak semua ini adalah ulah Joey." "Karena hanya kita bertiga yang tau siapa Joey yang sebenarnya." jawab Sarah. Sarah bersuara lagi. "Kenapa sih, manusia culun dia mengganggu hidup kita. Bukankah kita tidak melakukan apa-apa yang berhubungan dengannya 'kan?" Nita
Joey telah mendapat mobil dari curiannya. Mobil yang ia dapat setelah berhasil membunuh sekelompok gangster kecil di suatu wilayah pinggiran kota bagian timur. Ia berencana menggunakan mobil itu untuk mengikuti Rifky. Sudah terbukti kalau Rifky adalah Putra Marc, sekaligus cucu Bram. Maka ia ingin menggunakan Rifky sebagai sanderanya untuk membalas dendamnya kepada Bram. Dari kejauhan, Joey telah menunggu di dalam mobil hasil curiannya. Ia menunggu Rifky dan kedua temannya yang sedang masuk ke cafe. Beberapa saat kemudian, ia melihat Angelica, Sarah, dan Nita keluar dari cafe itu. Joey tidak memperdulikan ketiga gadis itu. Yang terpenting, saat ini ia harus mengawasi Rifky, dan mengikutinya untuk dijadikan sanderanya. Sudah satu jam menunggu setelah Angelica dan kedua temannya pergi, barulah Rifky dan kedua temannya keluar dari cafe. Joey terus mengawasi Rifky, hingga naik mobil dan pergi dari tempat itu. Joey pun mengikutinya dari belakang dengan hati-hat
Rifky masih diam, dalam hatinya takut melihat Joey yang saat ini. Darah yang menempel pada wajah, dan baju, itu saja Joey cukup terlihat seperti pembunuh. Namun mengingat kalau dirinya adalah anaknya ketua mafia, ia pun mulai untuk berani. Rifky pun bersuara. "Ternyata begini, sosok yang selama ini bersembunyi di balik penampilan culunmu." Joey terkekeh mendengarnya. "Tanpa aku kasih tau, ternyata kamu sudah bisa menebaknya." "Jadi, kamu ingin balas dendam padaku? Karena aku dan teman-temanku selalu membullymu?" tanya Rifky tersenyum mengejek, ia mencoba untuk berani. Joey memegang dagunya. "Hmm, itu salah satunya." Rifky masih tersenyum mengejek sambil mengangkat alis sebelahnya, "Sepertinya cerita Rangga dan Hendrik yang dulu, ada benarnya. Dan benar saja, aku tertipu karena penampilanmu." "Ahh… Hendrik ya. Sayang sekali, dia dan Sandi terlalu mudah dibunuh." jawab Joey yang masih tenang, dan masih memegang dagunya. Joey dengan ekspresi yang
Lalu menghentikan aktivitasnya, lalu meraih ponselnya. Terlihat dari notifikasi yang ia lihat di layar ponsel androidnya, terlihat Marc malas untuk membukanya. Yang mengirim pesan WA tenyata adalah Putranya, dengan malas ia membuka pesannya. Baru saja membuka, seketika ia terkekeh. Ternyata bukan hanya pesan tulis saja melainkan sebuah foto Putranya yang sedang terikat di kursi. Lalu dibawah foto itu, ada sebuah pesan. "Bukankah orang di foto itu adalah putramu? Bisakah kamu berhenti mencariku lagi? Aku tidak tertarik menjadi anggota mu. Dan juga putramu ini, sungguh sangat menjengkelkan. tapi tenang saja, aku sudah memperlakukannya dengan lembut." Marc telah membaca pesan itu, nafasnya naik turun. Rasa tak terima, ia marah. Sungguh hebat orang ini, sangat berani sekali padanya yang merupakan pemimpin di kelompok mafianya. Lalu segera mencari kontak orang yang bisa diandalkan. Marc akan menyuruhnya untuk menangkap laki-laki culun ini, entah mau hidup dan mati.
"Aku tidak tahu apa maksud dari pendahulu yang kamu katakan. Tapi, apa kamu tak tau, ada berita mengatakan kalau Rifky dikabarkan adalah anak dari ketua kelompok mafia yang ditakuti. Bahkan polisi saja masih memikirkan rencana untuk menangkap mereka." kata Sarah. "Aku tau, beberapa saat tadi aku sudah mengirim foto keadaan Rifky kepada ayahnya." jawab Joey santai. Sarah terkejut bukan main. Angelica, dan Nita juga terkejut mendengar ucapan Joey. Mengirim foto Rifky dalam keadaan terikat ke ayahnya. "Kamu memang tidak waras, gila. Itu sama saja kamu akan jadi buronan!" kata Sarah sambil memijit pelipisnya. "Jo, apa kamu tidak tau, betapa menakutkannya kelompok mafia ayahnya Rifky?" tanya Angelica yang khawatir. Joey tersenyum miring. "Apa peduli kalian? Aku hanya melakukan apa yang sudah seharusnya kulakukan dari dulu." Nita pun berbicara. "Aku yakin ayahnya Rifky akan punya dendam yang besar padamu." "Itulah yang kuinginkan." jawan Joey dengan
Keesokan Harinya. Joey tengah menjalankan mobil avanza hitam curiannya. Ia kini tengah mengikuti sebuah mobil yang mencurigakan di jalur yang sama. Awalnya Joey berniat langsung ke markas kelompok mafia milik Marc. Ia sudah tahu lokasinya, karena ia pernah kesana waktu itu. Ia ingin membuat kejutan untuk Marc yang sudah ia rencanakan. Namun saat ditengah perjalan, ada ada mobil hitam yang berjalan di depannya. Dan anehnya, mobil itu di jalur yang sama. Joey mengerut dahinya. "Apa mereka anak buah Marc?" Perjalanan sudah mendekati lokasi. Sebelum di pertigaan. Joey memilih berhenti, dan memarkirkan mobilnya di situ. Ia lalu berjalan diam-diam agar tidak ketahuan. Sudah hampir setengah jam, Joey berjalan memasuki kebun dengan bersembunyi. Setelah sampai di dekat sebuah bangunan, indra pendengarannya menangkap sebuah percakapan. Saat mencoba mendekat, Joey melihat Marc dan anak buahnya. Ada tiga pasang suami istri tengah terikat dan berlutut di tanah.
Ia benar-benar harus membasuh wajah nya dan membersihkan kedua matanya dengan air mengalir. Joey kembali menutup mulut Alan dengan lakban. Ia mengabaikan apa yang dialami oleh Alan. Lalu kini, tatapan Joey beralih ke arah Jerry. Jerry yang dari tadi diam melihat Joey menyiksa dengan sadis kepada dua orang barusan. Joey tersenyum pada nya, lalu ia berjalan mendekati Jerry. Kini Joey berjongkok di hadapannya Jerry sambil menatap nya dengan senyuman khas nya. Jerry sudah berwajah pucat dan ia membayangkan siksaan apa yang ia dapat dari laki-laki ini "Statusmu dengan ibuku masih bersuami istri ya?" ucap Joey sambil mengusap dagu nya seakan ia berfikir. Joey menatap Jerry dengan tatapan terkejut. "Berarti kamu ayah tiriku dong?" Ahh, sungguh rasa nya ingin menjitak kepala Joey. Jerry melotot ke arah nya. Bisa-bisa nya Joey bergurau disaat keadaan seperti ini. Joey menghela nafas nya. "Tapi sayang nya, aku tidak sudi memiliki ayah tiri. Ayahku cukup satu, yaitu ayah kandungku." "Sungg
kecepatan untuk mengikuti tuan nya. Joey terus mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Meski jarak sudah dekat, ia tidak ingin membuang-buang waktu nya. Ia mengabaikan rasa lelah agar ia bisa menemukan keberadaan istri lnya. Beberapa lama kemudian, ia telah sampai di lokasi. Dan benar saja, ia telah dibawa ke tempat yang tidak jauh dari pedesaan, banyak sekali pohon, tepat nya bekas pabrik kecil yang sudah lama ditutup. Joey melihat ada dua laki-laki berbadan besar berjaga di depan pintu di sebuah bangunan yang sangat kotor, tepat nya sebuah gudang. Joey segera turun dari mobil nya setelah ia mengambil peralatan nya. Tanpa bersembunyi-sembunyi, Joey berjalan ke arah dua laki-laki itu. Tentu saja kedua laki-laki itu menatap ke arah nya, mereka berdua tidak diam saja. Mereka tidak akan membiarkan orang asing masuk tanpa persetujuan tuan mereka. Joey berjalan mendekati dua laki-laki itu dan perlahan kedua pupil warna matanya menjadi coklat gelap.BKini mereka saling berd
"Ada apa?" ucap Joey datar. Dari raut wajah keempat perempuan itu seakan panik. Terutama Salsa, ia yang terlihat sangat panik sekaligus ketakutan. Joey dan Tomy menduga ada yang tidak beres selama mereka pergi. "Kamu tenang dulu." ucap Angelica. "Kenapa?" sahut Joey datar. Angelica menghela nafas nya. Lalu ia berkata. "Anatasya hilang." Joey melangkah mendekat, dan menatap dingin ke arah Angelica. "Kamu bercanda?" "Kamu tenang dulu. Baru saja kak Roni, kak Dika, kak Ragil, kak David bahkan kak Shinta dan kak Selly juga mencari nya." ucap Angelica. Tomy yang berdiri, ia hanya diam, ia juga heran kenapa Angelica tidak memberitahu nya. Begitu juga dengan Nada dan Nadien yang juga ada di dalam ruangan itu. Angelica memejamkan kedua mata nya. Ia menggeleng-gelengkan kepala nya. Sebisa mungkin Joey untuk tetap tidak panik. Ka pun bersuara. "Jadi, kapan hilang nya?" Salsa yang tadinya duduk dan mendengarkan, perlahan ia berdiri dari duduk nya. Ia berjalan mendekati Joey. "Sebenarnya
"Cih, sejak lahir aku juga tidak memiliki keluarga." batin Joey. Joey menghela nafas nya. Ya, karena di kehidupan sebelumnya, ia memang tidak memiliki keluarga. Ia tumbuh besar di panti asuhan, namun ia teringat dulu kalau diri nya ingin sekali memiliki keluarga. Dan sekarang pemilik tubuh nya masih memiliki sisa keluarga. Kini semua keadaan tidak begitu tegang seperti sebelumnya. Setelah berfikir, Joey menurunkan ego nya. Kini semua orang duduk di ruang tamu. Joey duduk di sofa dan berhadapan dengan Nada dan Nadien, hanya meja kaca yang membatasi mereka. Sedangkan Jerry, ia diikat lagi dan mulut nya ditutupi lakban oleh Tomy di lantai dekat ketiga orang itu. Dan Tomy yang menjaganya karena awalnya Jerry berontak, dan berteriak kepada Nada dan menyumpahi nya. Seakan ia tak ingin Nadien mendengar nya. Disitulah Joey dan Tomy sudah curiga ada sesuatu yang disembunyikan. Awal nya Nadien menolak, ia tak ingin Jerry diperlakukan seperti itu. Dan hanya Nada tidak membantah atas apa yang
Jerry memandang benci ke arah Joey. "Apa maksudmu, kau telah berani memperlakukanku seperti ini!" "Aku hanya memberimu sedikit pelajaran padamu, agar tidak mencari masalah padaku. Apa kamu kira aku tidak tau kalau kamu telah menyuruh seseorang untuk mencuri data-data perusahaanku?" ucap Joey tersenyum. Jerry terdiam membeku mendengar. Ia benar-benar tidak menyangka kalau laki-laki yang berdiri di hadapan bisa mengetahui nya. Joey kembali bersuara. "Tapi sungguh menyedihkan sekali dirimu, orang yang kau suruh belum mendapat bayaran. Apa kamu sudah tidak punya uang?" Jerry melotot ke arah Joey, ia benar-benar malu dikatakan seperti itu. Apalagi ada Nada dan Nadien di dekat nya dan mereka mendengar nya. Sebenarnya perusahaan nya masih berdiri, namun ia lakukan itu karena keserakahan nya. Nada dan Nadien yang sedang merangkul Jerry di sisi kanan dan kiri nya. Menatap Jerry secara bersamaan setelah mendengar kata-kata Joey. Joey tersenyum menyeringai melihat nya. "Setelah apa yang tel
Sementara itu, terlihat empat orang gadis berpakaian SMA, baru saja keluar dari kantor polisi. Mereka berempat baru saja melaporkan kejadian yang menimpa mereka. Setelah nya, mereka segera kembali masuk ke dalam mobil. Bela mengambil alih untuk mengemudikan mobil nya, awal nya Nadien dan kedua teman nya lagi menolak. Namun tetap saja Bela ingin mengemudikan mobil nya, ketiga teman nya pun pasrah akan kemauan nya Bela. "Kalau kamu gak sanggup, bilang aku. Biar aku yang mengemudikan mobilmu." ucap Nadien. Ia khawatir kepada Bela. Mungkin terlihat biasa-biasa saja, namun pasti rasa nya tidak biasa, apalagi di bagian hidung nya. Pasti akan mengganggu konsentrasi nya saat mengemudikan mobil nya. "Kamu tenang saja, luka segini, tidak ada apa-apa. Aku masih bisa." jawab Bela sambil tersenyum. Bela terlihat tersenyum puas, karena ia tak sabar melihat laki-laki berkacamata yang sudah berani memukul nya akan ditangkap. Ditambah laki-laki berkacamata itu, juga memegang senjata pistol. Ia sud
Joey tersenyum sinis mendengar kata-kata perempuan itu. Belum sempat membalas, tiba-tiba ada suara perempuan lain yang baru turun dari pintu belakang mobil sisi kanan. "Maaf kak, atas kecerobohan teman saya." Ucap perempuan itu dengan sopan. Perempuan itu tak hanya cantik, panjang rambut nya sebahu, dia baru saja turun dari mobil yang sama. Lalu dari sisi kiri mobil ada 2 temannya yang juga turun dari mobil nya. Joey beralih ke arah perempuan yang berlaku sopan barusan. Dia dan perempuan berambut sebahu itu saling bertatapan. Dari sorot tatapan mata perempuan itu, Joey merasa ada kesamaan dengan dirinya. Joey dan perempuan itu saling bertatapan. Dari sorot tatapan mata perempuan itu, Joey merasa ada kesamaan dengan diri nya. Karena tak ingin berlama-lama, Joey memilih untuk pergi meninggalkan tempat itu. "Ayo Tomy, disini aku sama saja membuang-buang waktu." ajak Joey, lalu ia membalikkan tubuh nya dan melangkahkan kaki nya. "Baik Tuan Jo." balas Tomy yang juga berbalik dan mengik
Baru saja Johnny meraih ponsel nya, si perempuan itu bersujud. "Ampun Tuan. Aku mengaku salah." Dita bersujud sambil menangis ketakutan. Joey menghela nafas nya, lalu membatalkan niatnya. Johnny hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala nya. Tak menyangka ancaman tuan nya sungguh ampuh. Dita pun mulai bercerita, yang dimana, suatu hari, ada seorang pria dewasa datang ke rumah. Menawarkan kerja sama dan memberi nya bayaran besar. Tentu saja dia mau, ditambah anak nya yang masih berusia 7 tahun tahun tengah sakit. Akhirnya nya dia terpaksa menerima tawaran orang itu. Dita yang merupakan Office Girl, ia menguping kalau data perusahaan tersimpan di ruangan David saat ia mengantar minuman. Malam nya ia melakukan aksi nya. Namun, hingga saat ini, ia belum mendapat bayaran nya dari orang itu. Dita juga menceritakan curi-curi orang itu. "Maaf tuan, jangan laporkan saya. Putri saya sakit, ia menderita leukimia. Saya ingin mendonorkan sumsum saya, namun saya tidak memiliki banyak biaya. Jadi, s
"Jangan membunuh lagi." jawab Anatasya. Joey mengangguk-anggukan kepala nya. "Aku tidak membunuh nya, bukankah aku sudah cerita? Kalau tidak percaya, kamu bisa bertanya kepada Roni, dan Tomy." Joey hanya menyuruh anak buah nya untuk membunuh kedua anak buah Andre. Setidak nya ia hanya menyiksa Andre, itulah pemikiran Joey. Meskipun begitu, tetap saja ada pembunuhan. Anatasya hanya tersenyum dan percaya. Meskipun ia sudah tau kalau suami nya sangat pandai bersandiwara, tetapi ia mencoba percaya. Dan ia yakin, suatu saat Joey perlahan bisa menghilangkan sisi gila nya. Hanya membutuhkan proses dan waktu. — Beberapa hari kemudian. Joey yang baru saja pulang dari kuliah nya, kini tengah dalam perjalanan nya ke kantornya. Setelah sampai, ia segera berjalan cepat-cepat ke ruangan nya. Karena sebelum nya, saat jam istirahat kuliah nya, Roni memberitahu hal yang penting. Setelah masuk di dalam ruangan nya, ia melihat Johnny, Tomy, Dika, David, dan Ragil sedang duduk di sofa menunggu ny