Morgan tak pernah menyangka Allina bisa seagresif ini.Hubungan mereka selama ini sebatas pertemanan saja. Di antara mereka pun tak pernah ada kontak fisik yang bagaimana-bagaimana.Tapi sekarang, di hadapan Morgan, buah dada Allina yang bulat dan kenyal itu terpampang, dan Morgan bisa melihat putingnya yang sudah berdiri.“Ayo, Morgan, hisaplah! Aku tahu kau menginginkannya” desak Allina.Morgan menelan ludah. Allina benar. Kalau mau jujur sebenarnya dia memang menginginkannya. Batangnya sudah benar-benar keras dia sudah ingin menikmati hidangan lezat di hadapannya itu.Satu-satunya hal yang menahannya adalah sikapnya yang telah dia tunjukkan kepada Allina sejak tadi.Morgan dan Allina hanya berteman. Dan dia bukan tipe pria yang bisa berhubungan badan dengan wanita mana pun lantas menganggap hal itu tak pernah terjadi.Morgan orang yang setia. Dan jika soal berhubungan badan atau kontak fisik yang intens dalam bentuk lainnya, dia hanya ingin melakukannya dengan istrinya.Tapi di sis
Si pria yang tengah membekap dan mendorong si pegawai minimarket itu langkahnya terhenti. Dia menoleh menatap Morgan.Dari caranya menatap Morgan, terlihat bahwa dia tak menyangka akan ada pelanggan di pagi buta seperti ini.“Cepat lepaskan dia!” desak Morgan lagi.Apa pun yang akan dilakukan si pria dengan penutup kepala itu pada si wanita pegawai minimarket, pastilah itu sesuatu yang buruk. Morgan yakin itu.Zashhh!Insting Morgan bekerja, memberitahunya kalau ada serangan yang datang dari belakang.Dengan cepat dia memutar badannya sembilan puluh derajat, mengangkat tangannya yang kanan untuk menangkis serangan itu.Rupanya ada pria lain yang juga mengenakan penutup kepala, dan sia pria lain ini mencoba menghantamkan linggis ke kepala Morgan.Trang!Klontang! Klontang!Kalau saja Morgan tak refleks mengaktifkan perisai tak kasat matanya, bukan si linggis yang patah melainkan tulang lengannya.Si pria yang memegang linggis itu tercengang.Bagaimana bisa linggis itu patah saat dihant
Suhu ruangan mendadak turun beberapa derajat. Si pria yang memegang linggis itu tak bisa bergerak. Dia melihat Morgan berjalan ke arahnya dengan mata yang dingin.Mata itu, seperti mata seekor pemangsa yang sedang menghampiri mangsa yang telah dilumpuhkannya.Susah-payah, pria yang memakai penutup kepala itu mengangkat tangannya yang memegang linggis. Dia tahu Morgan akan melakukan sesuatu yang buruk padanya.Tapi baru juga tangannya itu mulai terangkat, Morgan yang sudah berdiri di hadapannya langsung menendang tangannya itu.Klontang!!Linggis itu pun terlempar hingga ke dekat pintu masuk minimarket.“Aku tak tahu apa niat kalian sebenarnya, tapi kalian telah melakukan tindakan kriminal, dan kalian harus menerima akibatnya,” kata Morgan.“Tapi tenang saja. Aku tak akan membunuh kalian. Setidaknya kalian masih akan bisa bernapas,” sambungnya.Morgan lantas meninju pria di hadapannya itu tepat di perutnya.Bugh!!Bruakkk!!Pria itu terlempar jauh, menghantam sebuah rak berisi alat-ala
Morgan tiba di kantor pusat Weistermann Group di Kota KL. Gedung kantor ini benar-benar besar, seakan-akan menunjukkan status sosial si pemiliknya. Saat Morgan akan memasukkan mobilnya ke area gedung, seorang satpam keluar dari posnya, menghampiri mobil Morgan dengan tatapan curiga. "Ada keperluan apa?" tanya si satpam, tak ramah. Dia telah bekerja di situ selama sepuluh tahun, dan dia hapal betul siapa-siapa saja karyawan Weistermann Group yang berkantor di situ. BDan Morgan jelas bukan salah satunya. "Aku mau bertemu Ethan Weiss. Biarkan aku masuk," ucap Morgan. Dugaan si satpam benar. Orang ini bukan karyawan Weistermann Group. Dan dia tak senang dengan sikap angkuh pria yang dikenalnya ini. "Kau sudah punya janji dengan Tuan Ethan? Beliau bukan orang yang bisa ditemui begitu saja," kata si satpam. Morgan berdecak kesal. "Aku baru saja meneleponnya lima menit yang lalu. Sekarang biarkan aku masuk. Aku tak punya banyak waktu!" desak Morgan. Si satpam semakin kesal. Sorot
Morgan membanting Carl dengan keras sampai-sampai Carl muntah darah. Morgan sudah kehilangan banyak waktu. Dia harus mengatasi Carl secepatnya. "Di lantai berapa ruangannya Ethan Weiss berada? Katakan!" desak Morgan, menekan kepala Carl dengan telapak tangannya. "A-a-ampun!"Ketakutan terpancar jelas dari mata Carl. Dia seperti dibayang-bayangi kematiannya sendiri. "Cepat katakan di lantai berapa ruangan Ethan Weiss!" bentak Morgan. "Lantai 11," jawab Carl cepat. Morgan pun menarik tangannya dan berdiri. Sebenarnya bisa saja dia menendang Carl, toh pria itu pantas mendapatkannya.Tapi, saat ini fokusnya bukan itu. Dia pun melangkahi Carl yang terbaring menelungkup itu, meninggalkan Carl di ruangannya. ... Di lantai 11, di ruangan Presdir Weistermann Group. "Apa kau bilang? Dia menghajarmu?"[Betul, Tuan Ethan. Mohon Anda berhati-hati. Dia orang yang berbahaya.]Ethan tahu Morgan orang yang kuat. Sekilas melihatnya saja dia bisa memastikan itu. Dan bukan hanya kuat, Morgan
Morgan mengemudikan mobilnya di belakang mobil limosin milik Ethan Weiss. Dia mengikuti ke mana limosin itu menuju.Sejak bertolak dari kantor pusat Weistermann Group tadi, dia terus bertanya-tanya apa yang kira-kira direncanakan Ethan Weiss kini.Tapi dia sempat mencoba menguping isi percakapan Ethan dengan Bram yang meneleponnya.Siapa pun yang dimaksudnya tadi dengan "mereka", orang-orang itu telah diminta Ethan menuju ke rumahnya.Bisa jadi ini ada kaitannya dengan apa yang akan dilakukan Morgan.Mereka kini mulai memasuki area kediaman Keluarga Weiss yang sangat luas. Pintu gerbangnya saja begitu tinggi, seakan-akan ini adalah benteng atau kastil.Morgan melajukan mobilnya dengan pelan, mengekor si limosin ke mana pun ia melaju.Ketika akhirnya mereka berhenti, Ethan Weiss turun terlebih dahulu dari limosinnya, barulah Morgan ikut turun."Jonathan ada di kamarnya. Kau ikut aku ke sana," kata Ethan Weiss.Morgan mengangguk. Dia mengunci mobil dan berjalan menaiki anak-anak tangga.
Yang dilemparkan oleh si ninja ke arah Morgan itu adalah shuriken.Shuriken itu diarahkan tepat ke dahi Morgan, tapi Morgan berhasil menghalanginya dengan telapak tangan.Shuriken tajam itu pun menancap di punggung tangannya yang kiri. Darah dari sana menetes-netes ke lantai."Ethan Weiss, apa maksudnya ini?!" hardik Morgan sambil menoleh dan mendelik ke arah Ethan.Di hadapannya, si ninja itu kembali beraksi, kali ini mengeluarkan semacam sabit dan menebaskannya ke arah Morgan.Ninja itu telah bergerak dengan sangat cepat sehingga posisinya saat ini adalah di samping Morgan dalam jarak satu meter saja, di mana di hadapannya adalah belakang kepala Morgan.Syuuut!!Begitulah bunyi yang dihasilkan saat si sabit membelah udara untuk sampai ke kepala Morgan, tapi Morgan sempat mengelak.Sedetik kemudian Morgan sudah berbalik ke arah si ninja, menyerang si ninja dengan sebuah tendangan.Si ninja meloncat mundur. Kini dia menatap Morgan dengan kuda-kuda yang kokoh. Dia memutar-mutar sabit i
Kuroda telah mempersiapkan banyak hal sebelum meluncur ke kediamannya Ethan Weiss ini.Dari melihat bagaimana dua murid didikannya bertarung melawan Morgan semalam, dia punya beberapa catatan. Salah satunya soal kecepatan dan kekuatan Morgan.Dua hal itu akan dia antisipasi dengan kembinasi serangan beruntun yang luar biasa cepat, seperti yang baru saja diterapkannya dengan salah satu muridnya.Dan soal racun, dia pun telah mengoleskan racun yang lebih mematikan ke senjata-senjata tajam yang dia dan kedua muridnya gunakan.Peluang mereka menghabisi Morgan kini lebih besar. Dan sebab kali ini dia pun turun sendiri, dia yakin, Morgan yang tangguh itu akan bisa dikalahkan.Dan memang sepertinya itulah yang akan terjadi, hingga akhirnya Kuroda dihadapkan pada pemandangan yang tak pernah terbayangkan olehnya.Dari tubuh Morgan, sesuatu seperti api berwarna hitam berkobar-kobar dan terus membesar. Aura yang keluar dari tubuh Morgan saat ini membuat orang-orang di ruangan itu sulit sekali be