Beranda / Urban / Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang / Keputusan Mengejutkan Henry

Share

Keputusan Mengejutkan Henry

Penulis: Mr. K
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Untuk kali pertama dalam hidupnya, Henry benar-benar ketakutan saat menatap Morgan.

Sosok yang berada di hadapannya ini seperti malaikat maut, bukan menantu sampahnya yang tak berguna itu.

“Seret dia keluar!” perintah Morgan.

Kedua satpam itu pun lanjut menyeret Henry di sepanjang lorong. Kali ini, Henry tak memberikan perlawanan. Apa yang baru saja dialaminya itu membuatnya terguncang.

Setelah beberapa belas langkah, Henry dan kedua satpam itu menghilang dari pandangan Morgan.

Morgan menghela napas. Dia sadar, barusan dia kelewat emosi, sampai-sampai aura Dewa Perang-nya menyeruak dari tubuhnya tanpa dia niatkan.

“Tuan Morgan, terkait transfusi darah itu…” Vivi mencoba memastikan keputusan Morgan.

“Lanjutkan saja. Aku yang akan bertanggung jawab kalau nanti terjadi apa-apa. Pastikan saja transfusi darah berjalan baik,” kata Morgan.

“Baik, Tuan Morgan. Apakah Anda ingin melihat mereka?”

Yang dimaksud Vivi adalah Agnes dan Melisa. Morgan berpikir sebentar, kemudian menggeleng.

“Nanti s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Libur
Siap , mkasih sdh saya baca habis, lagi dong bpk ibu penulis , saya pengen lagi dan saya berharap hari dapat baca yg bsnyak , sambil meng endapkan pikiran saya .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Kabar Baik untuk Morgan

    Morgan sedang berada di ruang kerjanya Vivi saat Agnes tiba-tiba meneleponnya.Dering ponselnya itu membuat dia yang tengah bicara seketika terdiam. Saat itu dia sedang berhadapan, secara virtual, dengan Dewan Komisaris Rumah Sakit P.“Sebentar. Saya angkat dulu panggilan ini,” kata Morgan, mengabaikan raut muka Dewan Komisaris yang kesal.Sudah sejak lama sejak Agnes menghubunginya. Dia curiga ada sesuatu hal buruk menimpa istrinya itu.[Halo, Morgan. Kau bisa datang ke Rumah Sakit P? Ada yang ingin kubicarakan denganmu.]Morgan terdiam sebentar. Saat ini dia memang berada di Rumah Sakit P. Tapi, dia tidak bisa menuju ke ruang rawat inap Agnes saat ini juga.“Oke. Aku akan tiba di sana dalam setengah jam,” kata Morgan akhirnya.[Oke. Terima kasih. Aku tunggu.]Agnes mengakhiri panggilan. Apa pun itu yang ingin dibicarakan Agnes dengannya, tampaknya dia harus mengatakannya langsung di hadapan Morgan.Itu artinya dia harus cepat-cepat menyelesaikan urusannya dengan Dewan Komisaris.“Ok

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Insiden dengan Polisi Wanita Seksi

    Morgan menatap mata Agnes dalam-dalam. Apakah ini saatnya? Haruskah dia ungkapkan semuanya kepada istrinya ini?Dia bisa melihat dengan jelas dari mata istrinya, betapa inginnya wanita itu mendengar penjelasan dari Morgan atas semua hal membingungkan yang selama ini dilihat dan dialaminya.Dan mengingat hubungan mereka baru saja membaik, Morgan khawatir, jika dia tak memenuhi keinginan istrinya ini, hubungan mereka akan kembali memburuk.Itu pernah terjadi tempo hari, dan Morgan tak ingin terjebak di situasi serupa.Tapi, di sisi lain, saat ini, bersama mereka ada juga Livia.Morgan menatap Livia dengan jengkel. Dia masih ingat betapa menyebalkannya Livia saat dia berupaya menyelamatkannya malam itu.Agnes mungkin pantas mengetahui jati diri Morgan yang sesungguhnya, tapi Livia tidak.Morgan tak sudi membeberkan semua itu di depan Livia!“Akan kujelaskan semuanya nanti setelah kau pulih. Sekarang, kau fokus saja pada pemulihanmu. Istirahatlah. Nanti akan kuingatkan para nakes di sini

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Menyeleksi Kandidat

    “Apa yang kau lakukan?! Lepaskan aku!”Si polisi wanita memberontak, menendan Morgan di perutnya hingga Morgan mundur beberapa langkah.Morgan sedikit terdistraksi oleh apa yang dilihatnya barusan. Kini, dia melihat si polisi wanita itu berdiri sambil susah-payah menutupi buah dadanya yang tadi terekspos itu.“Kau! Kau membuat seragamku jadi seperti ini! Jagnan harap kau bisa pergi begitu saja!” gertak si polisi wanita.Morgan menatap sepasang mata wanita itu, mendapati kesungguhan dan dedikasi yang tinggi.Tampaknya dia polisi yang jujur. Dia hanya menjalankan tugas sesuai apa yang diperintahkan padanya.“Aku tak punya banyak waktu. Ayo kita selesaikan urusan kita dengan cepat. Apa yang kau mau dariku?” tanya Morgan.“Sialan! Setelah apa yang kau lakukan padaku, masih berani kau bertanya seperti itu?! Kau harus ikut aku ke kantor polisi!” balas si polisi wanita.“Tak bisa. Aku tak bisa melakukannya,” kata Morgan, menggelengkan kepala. “Aku akan bertanggung jawab atas kesalahanku, tap

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Mencoba Membujuk Gaby

    Wanita yang baru saja bicara itu mengenakan cheongsam berwarna merah cerah dengan motif bunga-bunga. Dia mengipasi-ngipasi leher putihnya yang terbilang panjang.“Kalau kalian datang ke sini untuk membuat keributan, sayang sekali, aku harus meminta kalian pergi. Dan ketika aku bilang ‘aku meminta kalian pergi’, itu artinya kalian bisa mati kalau kalian tak melakukannya,” kata wanita itu.Kris menoleh menatap Morgan, sedangkan Morgan hanya membalasnya dengan lirikan.Dia tahu, dia tak boleh segegabah di luar. Tapi dia tak mungkin juga menuruti permintaan wanita ber-cheongsam merah itu. Dia harus bertemu Gaby malam ini juga.“Kami tidak datang untuk membuat keributan. Kami hanya ingin bertemu seseorang. Kami tahu dia bekerja di sini,” kata Morgan.Wanita ber-cheongsam merah itu berhenti mengipas-ngipasi lehernya. Dia lalu melangkah maju, memosisikan dirinya di depan kedua pria yang tengah menodongkan senjata itu, tepat di tengah-tengah mereka.“Kau bilang kau dan temanmu ini tidak datan

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Penyesalan Nyonya Lim

    “Berapa yang kau mau? Berapa yang kau minta agar Gaby bisa berhenti bekerja di kelab malammu ini?” tanya Morgan.“Oh, sekarang mau pakai cara itu? Kau yakin tak akan menyesal?” tantang Nyonya Lim.“Sebutkan saja. Aku beri kau uangnya malam ini juga,” balas Morgan.Nyonya Lim mendengus kesal. Dia tak yakin Morgan punya cukup uang untuk memenuhi permintaannya kalaupun dia mengutarakannya.Dari penampilan Morgan yang biasa, dia bahkan belum tentu punya uang dua puluh juta di rekening tabungannya.“Dua miliar! Aku minta uang kompensasi dua miliar kalau kalian mau membawa pergi salah satu hostess terpopulerku!” kata Nyonya Lim akhirnya.Dia tersenyum angkuh setelah mengatakannya, memberi Morgan tatapan meremehkan.Dia yakin uang sebanyak itu terlalu gila untuk orang seperti Morgan. Jika memang Morgan mau mencoba menekannya dengan uang, dia akan tunjukkan betapa kuatnya dia dan betapa tak berdayanya pria itu.Namun, Morgan tak sedikit pun terkejut mendengar angka dua miliar. Dia masih santa

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Kejutan dari Allina

    “Allina? Apa yang kau lakukan di rumahku?” tanya Morgan, lantang. “Menunggumu, tentu saja,” jawab Allina. Dia berjalan dengan langkah-langkah manja, meliuk-liuk seperti wanita penghibur di panggung kelab malam. Tapi Morgan tak terkesan. Dia kembali bertanya, “Bagaimana kau bisa masuk?” Langkah Allina terhenti. Dia menaruh kedua tangannya di pinggang, menatap Morgan sambil berpose layaknya model iklan. “Kau meremehkan aku, Morgan. Bagaimanapun, aku dulu pernah berkarier di militer. Memasuki rumah orang bukan hal yang sulit bagiku,” kata Allina. “Kau sudah ada di dalam sejak lama?” tanya Morgan lagi. “Begitulah,” jawab Allina. Allina telah menunggu Morgan di dalam rumah setidaknya tiga jam. Tadi saat dia tiba di rumah ini, dia sempat mengetuk-ngetuk pintu sambil memanggil-manggil Morgan, tapi karena tak ada juga balasan, dia pun membuka paksa pintu dan masuk. Awalnya dia kira Morgan sedang lelap tertidur sehingga dia langsung naik ke lantai dua. Dan perlahan, dengan sangat hati-

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Tak Akan Terperosok ke Lubang yang Sama

    Setelah Morgan menurunkan jendela mobilnya itu, Allina menarik retsleting jaket lateksnya ke bawah dan menarik tangan Morgan, menyelusupkannya ke balik branya.Itu dilakukan Allina dengan sanat cepat, sampai-sampai Morgan tak sempat menghindar. Kini telapak tangannya kembali bersentuhan dengan buah dadanya Allina. Bahkan dia bisa merasakan puting buah dada kiri Allina yang mulai mengeras.“Sekarang kita hanya berdua. Dan dini hari seperti ini, tak akan ada orang yang datang untuk berlatih,” kata Allina, mengedipkan matanya dengan nakal.Morgan mendengus kesal. Dia sudah berjanji untuk tidak lagi terperosok ke lubang yang sama. Dia pun menarik tangannya dan cepat-cepat menaikkan kembali jendela.Dia tak boleh berada di situ lebih lama lagi. Lebih cepat dia pergi, lebih baik.Morgan melajukan mobilnya meski Allina masih bertahan di posisinya. Allina kemudian melontarkan caci maki dan rutukan kepada Morgan, tapi Morgan tak peduli.Dia tinggalkan pusat pelatihannya Allina itu. Sempat dia

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Ancaman Martin dan Balasan Morgan

    “Sudah kuduga! Instingku memang tak pernah salah! Kau ini orang bejat! Tak pantas orang sepertimu menjadi pemilik rumah sakit ini!”Martin mengatakannya sambil mengarahkan kamera ponselnya ke arah Morgan, merekam apa yang sedang dilakukan Morgan pada pasien.“Luar biasa! Bahkan setelah aku merekammu seperti ini pun, kau masih saja melecehkan pasien! Bisa-bisanya orang bejat sepertimu menjadi pemilik rumah sakit ini!” hardiknya lagi.Memang, saat ini, Morgan masih menempelkan telapak tangannya di dada Melisa. Dia melakukan itu karena proses pengobatan belum selesai.Tapi dia sadar, dia harus memikirkan apa yang dikatakan Martin barusan. Martin tentu tidak akan berhenti di tahap merekam apa yang tengah dilakukannya ini. Dia bisa saja memviralkan video rekamannya itu dan menyudutkan Morgan sebagai seorang pelaku pelecehan seksual terhadap pasien di Rumah Sakit P.Itu sama sekali bukan hal baik. Akan sangat merepotkan jika Martin diberi kesempatan untuk melakukannya.“Mampus kau! Akan kuk

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Tak Belajar dari Kesalahan

    Kulit muka Orkan seketika pucat. Dia seperti orang yang baru saja melihat hantu.Dan, sebelum sempat dia melepaskan tembakan lagi, Morgan sudah menerjang ke arahnya, melesakkan tinju yang menghantam pipi kirinya.“Ugh!”Sang jenderal itu terlempar dan berguling-guling di lantai. Keempat jenderal lain terkesiap. Muka mereka sama pucatnya dengan Orkan.“K-kau… s-siapa kau, Bangsat?!!” tanya Bamby dengan nada tinggi.Morgan memutar lehernya dengan pelan, menatap Bamby dengan tatapan yang menikam.“J-jangan berani-berani mendekat! Jangan mendekat atau kutembak!!” gertak Bamby sambil menodongkan pistolnya.Ketiga jenderal lain pun menodonkan pistol mereka ke arah Morgan.Morgan menatap mereka satu per satu, lalu terkekeh.“Sungguh menggelikan. Seperti inikah jenderal-jenderal tertinggi di negeri ini? Kalian membikin malu institusi militer di negeri ini!” kata Tony.“Anjing! Berani-beraninya kau menghina kami! Mulutmu itu harus dijahit!” bentak Gary.“Kau telah mengambil langkah yang salah

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Tawaran untuk Membelot

    Orkan sesaat terdiam. Dia tak mengenal orang ini, tapi apa yang barusan diucapkannya seolah-olah menunjukkan kalau orang ini tahu siapa dia.“Siapa kau? Siapa yang membawamu ke sini?” tanya Orkan tegas.Morgan tersenyum mencemooh. “Siapa yang membawaku ke sini? Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja aku sendiri. Memangnya kau melihat ada orang lain yang bersamaku saat ini?” ledeknya.Orkan mendengus. Dia tidak tahu siapa orang ini sebenarnya, tapi dia pastikan dia akan memberinya pelajaran.“Siapa itu, Orkan? Informanmu?” tanya Bamby.“Bukan. Aku tak tahu orang ini siapa,” jawab Orkan.“Hah? Maksudmu?”Orkan hendak keluar dan mengatasi pria tak dikenal yang mengaku-ngaku Dewa Perang ini sendirian, tapi dia kalah cepat.Si pria tak dikenal, yang tak lain adalah Morgan, mendoorng pintu dan memaksa masuk. Kini Bamby dan yang lainnya pun bisa melihatnya.“Halo, para Jenderal. Sedang apa kalian berkumpul di sini? Membahas rencana kudeta?” seloroh Morgan.Saat itu juga, raut muka keempat jend

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Berkumpulnya Lima Jenderal

    “Kau Sang Dewa Perang?” tanya Bernard, menatap Morgan tak percaya.Lagi-lagi Morgan hanya mengangkat alisnya dan tersenyum miring. Bernard pun jadi kesal.“Yudha, apa maksudnya ini? Kalau ini guyonan, sungguh ini guyonan yang buruk. Kau pikir aku percaya si anak muda yang songong ini adalah Sang Dewa Perang?” tanya Bernard sambil menatap Yudha.“Ini bukan guyonan, Bernard. Morgan memang Sang Dewa Perang,” jawab Yudha.“Apa? Jadi ini serius?”“Ya, tentu saja. Kau pikir aku akan begitu saja mengabdikan diriku pada sosok lain di militer selain Sang Dewa Perang?”Bernard menatap Yudha dengan alis hampir menyatu di tengah.Yang dikatakan Yudha itu masuk akal. Untuk apa juga dia begitu hormat dan percaya kepada seorang anak muda jika bukan karena si anak muda ini sesungguhnya sosok yang spesial.Tapi, benarkah Morgan rupanya sespesial itu?Bernard kembali menatap Morgan, memandangi wajahnya, mengamati gerak-geriknya.Dia memang belum pernah bertemu dengan Sang Dewa Perang. Selama ini dia me

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Morgan adalah Sang Dewa Perang

    Morgan membawa Bernard ke markas militer Kota HK. Di sana, sudah menunggu Kris dan Yudha.Bernard sebenarnya bertanya-tanya untuk apa Morgan membawanya ke sana, tapi dia tek mengutarakannya.Ini kali pertamanya dia memasuki markas militer Kota HK yang berada dalam tanggung jawabnya Yudha. Dia sepenuhnya waspada, berjaga-jaga kalau-kalau Morgan tiba-tiba menjerumuskannya ke dalam bahaya.“Tenang saja, Jenderal. Kau sekarang bagian dari kami. Di sini kau aman,” kata Morgan sambil tersenyum miring, seakan mendengar apa yang digumamkan Bernard di dalam kepalanya.Bernard hanya membalas dengan lirikan kesal. Dia arahkan lagi matanya ke luar jendela, mengamati apa-apa yang ada di markas militer tersebut.Tak lama kemudian, mereka berdua berjalan ke ruangan tempat Morgan biasa bertemu dengan Kris dan Yudha untuk menyusun strategi.“Dari gerak-gerikmu, sepertinya kau sudah terbiasa ke sini. Tadi saja di depan tentara-tentara itu membiarkanmu masuk begitu saja tanpa kau perlu menunjukkan muka.

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Bernard Membelot

    “Kenapa? Apa kata-kataku kurang jelas?” tanya Morgan sambil duduk lagi di kursi, menyilangkan kaki dan tersenyum mengejek.Bernard menatapnya dengan benci. Orang ini benar-benar meremehkannya. Ini bukan lagi penghinaan baginya, melainkan lebih dari itu.“Kau ingin aku berada di pihakmu dan melawan para jenderal yang merupakan orang-orang penting di militer saat ini? Apa kau gila?” protes Bernard.Morgan mengangkat bahu, berkata, “Kenapa memangnya? Kau takut? Kau tak punya nyali untuk menentang mereka? Begitu, Jenderal?”Morgan lagi-lagi mengakhiri kata-katanya dengan senyum mengejek. Tak ayal itu membuat Bernard mendengus seperti banteng.“Lagi pula, Jenderal, bukankah aku yang memenangkan taruhan? Dan bukankah tadi kau bilang kalau ucapanmu bisa dipegang karena itu bagian dari prinsipmu?” sindir Morgan.Bernard kembali mendengus. Kebencian di matanya itu menyala-nyala. Tangan kanannya yang baru saja disembuhkan Morgan itu kini terkepal.Morgan menyadari betul apa yang dirasakan Berna

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Menaklukkan Bernard

    Morgan melangkah tenang sementara Bernard mundur dengan mata membulat. "Kenapa, Jenderal? Kau seperti sedang melihat hantu saja," sindir Morgan. "Kau! Apa yang kau lakukan pada Matthew?!" Bernard menyalak sambil terus mundur menjinjing kopernya. Mengabaikan pertanyaan Bernard, Morgan melirik koper hitam itu. "Sepertinya itu koper istimewa sampai-sampai kau membawanya di saat-saat seperti ini, Jenderal. Aku penasaran apa isinya," ucap Morgan. "Sialan! Jangan main-main kau denganku, ya!!" teriak Bernard, menjatuhkan koper hitamnya lalu mengambil pistol, mengarahkannya pada Morgan. Bernard melakukannya dengan cepat, tetapi Morgan sudah mengantisipasinya. Dengan gerakan yang tak kalah cepat, Morgan memegangi tangan Bernard yang besar lalu memelintirnya. "Arrgghhh!!"Pistol di tangan Bernard itu terjatuh. Morgan menendangnya. Pistol itu bergeser jauh ke belakang Bernard. "Kau tak tahu siapa orang yang kau hadapi, Keparat! Kau tak tahu neraka seperti apa yang akan menantimu kalau k

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Memburu Bernard

    Sebuah drone terbang di langit malam Kota HK, di atas sebuah hotel 12 lantai.Sesekali lampu kecil di bawahnya berkedip-kedip. Dalam setiap kali lampu itu berkedip, sebuah gambar terambil dan terkirim ke pusat pengendali.Drone itu dikendalikan oleh sebuah unit pasukan yang beroperasi tak jauh dari hotel. Mereka adalah tentara-tentara yang dikirim oleh Kris untuk sebuah misi khusu yang sangat rahasia.Setelah foto-foto itu sampai di pusat pengendali, segera mereka diolah dan dikirim ke Morgan.Morgan menerimanya lewat ponselnya. Dengan cara itulah dia memantau gerak-gerik Bernard.Selain gerak-gerik Bernard, Morgan juga memantau apa-apa yang dikatakan Bernard.Drone itu telah menembakkan sesuatu sejak sekitar satu jam yang lalu ke kamar hotel yang ditempati Bernard itu.Sesuatu itu bukan peluru, melainkan alat perekam kecil yang menempel di kusen jendela kamar.Teknologi canggih memungkinkan peluru itu berubah warna sesuai tempat dia menempel, sehingga mustahil bagi Bernard untuk meny

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Kehilangan Besar

    “Siapa ini? Apa yang terjadi pada Matthew?”Bernard menanyakannya dengan nada tinggi. Matanya membulat.[Kau tahu siapa aku, Bernard. Dan sekali lagi kuingatkan: bersiap-siaplah. Selanjutnya kaulah orang yang akan kuburu dan kuhukum.]Tuuut…. tuuut… tuuut…Panggilan diakhiri begitu saja oleh si penelepon.Bernard tahu, orang yang bicara padanya barusan itu adalah Morgan.Pertanyaannya kemudian: apa yang terjadi pada Matthew?Fakta bahwa Morgan meneleponnya dengan menggunakan nomor Matthew menunjukkan kalau saat ini Morgan berada di dekat Matthew, atau dia baru saja mengambil ponselnya Matthew.Matthew tak mungkin meminjamkan ponselnya pada Morgan. Itu artinya, situasi Matthew sedang tidak baik-baik saja. Bernard khawatir Morgan telah menghabisinya.Disamping hubungan pertemanan yang cukup dekat akibat menjalin kerja sama bertahun-tahun dengan Matthew, Bernard melihat Matthew sebagai sosok krusial yang perannya sangat signifikan dalam rencana kudeta mereka.Tanpa Matthew, kudeta itu ta

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Akhir Tragis Matthew

    “Kau! Bagaimana bisa?”Matthew terbelalak. Dagunya seperti akan jatuh.Dia yakin betul kelima peluru tadi bersarang di tubuh Morgan. Lantas, bagaimana bisa Morgan masih bisa berdiri?Bahkan tanpa kelima peluru itu saja, Morgan mestinya sudah lumpuh gara-gara racun yang menyebar di tubuhnya.Dan pertanyaannya itu terjawab saat Matthew menemukan sesuatu yang janggal di tubuh Morgan.Kelima peluru itu memang bersarang di tubuh Morgan, tapi entah kenapa, kini mereka berlima keluar, seperti ada sesuatu yang mendorongnya dari dalam.Peluru-peluru itu pun jatuh ke lantai. Tubuh Morgan sendiri, tepatnya titik-titik di mana peluru itu tadi bersarang, dengan cepat pulih. Tak ada lagi luka atau apa pun.‘Apa maksudnya ini? Apa dia monster?’ pikir Matthew, masih terbelalak.Saat dia menatap wajah Morgan lagi, didapatinya Morgan menyeringai dan menerjangnya.Gerakan Morgan terlalu cepat untuk dia antisipasi. Belum juga dia mengangkat tangannya, Morgan sudah menonjoknya, tepat di muka.Brughhh!Mat

DMCA.com Protection Status