John sepertinya mulai lupa ajaran sang mentor 😑
“Rencanaku tidak berubah dan belum gagal, Lyra Bell.” Tampaknya John dapat membaca pikiran Lyra saat ini. Dia segera menyanggah pikiran wanita itu. “Oh ....” Lyra berpaling untuk menyembunyikan rasa kecewa. Wanita mana pun ingin menikah dengan seseorang yang dia cintai atau setidaknya menginginkan dirinya. Namun, dari kedua putra Foster, tidak ada yang peduli akan hal tersebut. “Aku akan mengurus beberapa hal dulu. Jangan tidur terlalu malam agar kau tidak terlihat kusut saat pernikahan kita besok.” John beranjak pergi. Tetapi, dia sepertinya tak nyaman melihat Lyra hanya diam dengan bibir cemberut. Pria itu berbalik dan mendekati Lyra. Tangannya terulur dengan sendirinya. Mengusap puncak kepala Lyra seperti sedang menenangkan anak kecil yang sedang merajuk. Lyra terlonjak hingga berdiri. Tetapi, John sudah melesat pergi. Dia memegang kepalanya sambil bergumam, “Apa yang dia lakukan barusan?” *** Cahaya mentari pagi yang merasuk dari sela tirai membangunkan Lyra Bel
“Tetapi, semua sudah terlanjur terjadi. Selamat atas pernikahanmu. Semoga kau tidak mengkhianati adikku seperti kau mengkhianati aku, Lyra Bell.” Meski kata-kata Max terkesan tulus. Bibir pria itu tersenyum miring mencemooh. Lyra sangat ingin mencabik-cabik wajah pria yang selalu berkata-kata jahat itu. Namun, dia tak ingin kehilangan kewarasan hanya karena seorang Max Foster, serta tak mau mengacau di hari pernikahannya. Namun, Lyra juga tak membiarkan Max asal bicara di depan keluarga mereka. Lyra menyeringai sebelum membalas kata-kata Max. Menunjukkan bahwa dirinya tak merasa kalah dari pria itu. “Oh, kau ternyata juga sudah memiliki wanita lain .... Kudengar, sebelumnya kau tidak mau berpisah denganku. Tetapi, secepat ini kau mendapatkan wanita baru. Selamat juga untukmu, Max.” Lyra dan Max saling menatap tajam dengan rahang mengetat. Semua orang yang melihat pasti tahu bahwa kedua orang itu saling membenci satu sama lain. Namun, hanya wajah Lyra yang terlihat di mata orang-
“Kau tahu, tidak akan ada bulan madu untuk kita, John!” tegas Lyra.John seketika melihat ke luar kaca mobil. Dia segera menutup mulutnya dengan punggung tangan untuk menyembunyikan senyuman.Lyra bahkan tak menyadari bahwa pria itu sedang mentertawakan dirinya. Dia masih menggerutukan ucapan John yang membuatnya kesal.Ketika mobil mereka sampai di tempat tujuan, Lyra terkejut saat mereka masih bisa menginjakkan kaki di rumah megah itu. Bukankah Peter menarik semua aset John sesuai permintaan?Lyra ingin bertanya. Tetapi, dia tak tega menjatuhkan mental suami barunya.“Kalau kau butuh bantuan, kau bisa mengatakan apa pun padaku, John. Lagi pula, kau telah mengenalkan Tuan Mark padaku,” ujar Lyra ketika mereka melangkah masuk ke rumah.Lyra seketika teringat pada asisten pribadi pria penguasa di negaranya tersebut. Dia lupa belum menanyakan hubungan antara John dan Mark karena banyak peristiwa yang terjadi.“Oh ... Bagaimana kau bisa mengenal Tuan Mark, John?”John melangkah s
Hawa dingin dari penyejuk ruangan menyapa tubuh Lyra tatkala John menjauhkan diri darinya. Lyra menghela napas dan mengurai kedua tangannya yang sejak tadi dan tanpa sadar meremas gaun untuk menahan kegugupan. Mendapat ciuman mendadak dari sang suami, Lyra hanya diam tak membalas karena sangat terkejut. John tak mau menunjukkan wajahnya sehingga Lyra berpikir bahwa John kecewa padanya. “Aku sudah menyiapkan pakaian baru untukmu. Kau tidak perlu lagi memakai pakaian lamamu. Kalau tidak ada yang kau sukai, kau bisa membuangnya,” ucap John datar. ‘Dia pasti marah ...,’ batin Lyra, entah mengapa jadi tak enak hati karena menolak ciuman sang suami. John menunjuk ke arah lemari di samping lemari pakaian miliknya. Lyra mengikuti John yang menyuruhnya mengambil pakaian. Kegugupan Lyra seketika mereda begitu melihat isi di dalam lemari tersebut. Pakaian wanita dengan merek ternama berjejeran di sana. Lyra sontak menatap John dengan iba. “John ... aku tahu kalau kita harus saling men
“Kau akhirnya datang!” Yasmin berseru antusias dan bangga menyambut kerabat jauhnya. Jordan Smith, pria yang paling disegani sekaligus walikota di kota tersebut, memeluk Yasmin dengan senyuman tulus. “Tentu saja. Aku harus memberi selamat kepada Max atas pernikahannya. Maaf, aku baru bisa datang sekarang dan melewatkan upacara pernikahannya.” Tidak banyak dari rekan bisnis perusahaan Foster yang mengetahui bahwa Max pernah menikah dengan Lyra. Sebab, pernikahan mereka sebelumnya dilakukan secara tertutup dan hanya dihadiri oleh keluarga besar saja. Undangan yang baru pun sudah diperbaiki. Para kerabat dekat yang menghadiri pernikahan Max dan Lyra sebelumnya telah diberikan informasi sebelum menghadiri pesta malam ini tentang pembatalan pernikahan mereka. Acara malam ini, yang sebenarnya merupakan pesta pernikahan sekaligus mengumumkan pernikahan Max dan Lyra yang ternyata tak bertahan lama, Peter gunakan untuk menghindari perbincangan tentang kesalahan tersebut semakin m
Dahulu, pria itu begitu misterius karena hanya namanya yang terdengar di setiap sudut kota. Tak ada yang tahu dengan penampilannya karena dia tak pernah menunjukkan diri di depan umum. Ada yang bilang, orang itu pemalu di balik desas-desus bahwa dirinya merupakan pria yang kejam. Ada pula yang berkata bahwa pria itu mungkin tak pernah ada dan hanya sosok fiktif yang dibuat ayahnya. Namun, setelah menikah dengan seorang wanita muda, pria itu akhirnya menampakkan dirinya. Lebih sering lagi menunjukkan wajahnya di tempat-tempat umum setiap ada kesempatan. Kini, tak ada yang tidak mengenali pria itu lagi .... “Kau ...” Yasmin menutup mulutnya ketika ingin menyebut nama pria itu. Yasmin berulang kali memamerkan kepada teman-teman sosialitanya bahwa dia merupakan kerabat jauh pria itu. Tentunya, dia berani berkata demikian karena cukup mengenal Jordan Smith yang masih sering muncul di acara keluarga besar pria penguasa itu. Jordan Smith pun sebenarnya masih kerabat jauh Yasm
Berbeda dari orang lain, Lyra telah memiliki jawabannya. “Mungkinkah ... bukan hanya Tuan Mark yang kau kenal, melainkan kau juga mengenal Tuan Asher?” bisik Lyra menerka-nerka. John tak menjawab karena fokus saling bertatapan dengan Asher yang kini sudah berdiri di hadapannya. Pria itu melepas tangan Lyra dari lengannya, lalu menyambut pelukan hangat dari sang mentor, pria yang sangat John hormati dan kagumi. Asher mengurai pelukan, kemudian memijat otot bahu John sambil menatap Lyra. “Selamat atas pernikahan kalian! Aku datang sesuai permintaanmu, John.” Semua orang yang ada di ruangan tersebut terkejut bukan main. Bahkan, orang tua Lyra dan John tidak pernah menyangka, Asher Smith yang selalu ketus dan dingin kepada semua orang itu bisa tersenyum hangat kepada John Foster! Pria yang mereka anggap tidak kompeten dan suka membuat masalah itu, bagaimana bisa terlihat sangat akrab hingga sanggup mengundang Asher Smith datang jauh-jauh di pesta pernikahannya?! “Aku sangat mengh
Di sisi lain ruangan, Max Foster tampak iri dan tak suka selagi memandangi John Foster. Bagaimana mungkin dirinya kalah dari si adik? Jelas-jelas namanya yang paling dikenal di kota itu. Kenapa bukan dirinya yang diperhatikan sang penguasa? “Sejak kapan John mengenal Asher Smith? Kenapa dia tidak pernah bilang padaku?” gerutu Max marah. John setidaknya harus melapor padanya. Perusahaan Foster bisa saja mendapatkan kerja sama besar dengan Smith Group, perusahaan nomor satu di negaranya, jika John mengatakan lebih awal bahwa dirinya mengenal Asher. Namun, sekarang John sudah tidak lagi bergabung di perusahaan Foster. Max tidak akan punya kesempatan mendekati Asher dan menggantikan posisi John sebagai adik angkat sang penguasa. Max ingin mendekati mereka. Tetapi, aura Asher Smith begitu mencekam sehingga dia tak berani mengganggu. Asher pun terlihat tak ingin berbincang ataupun mengenal orang lain. “Sayang, kenapa kau sejak tadi cemberut begini? Mari kita nikmati saja pestanya
“Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel
Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak
John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem
“Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira
Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m
Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak
John mondar-mandir di ruang pemeriksaan. Bukan gelisah menunggu dokter, tetapi resah membayangkan Lyra masih berduaan bersama Max.‘Apa saja yang mereka lakukan setelah aku meninggalkan mereka?’Sebelumnya saat masih di taman, John masih ingin mengikuti Lyra sampai kediaman. Namun, Peter menyeret John untuk segera ke rumah sakit.“John Foster! Berhentilah mondar-mandir!” sergah Peter, lelah melihat tingkah kekanakan anaknya. “Aku perlu mendapatkan riasan penuh seperti kekasih Max itu, dan segera bertemu Lyra. Max bisa saja menculik dan menyekap Lyra seperti dulu.”Saat mengamati Lyra, John melihat sosok mencurigakan Selene. Setelah menyuruh Dom mencari informasi sosok mencurigakan itu, dia akhirnya tahu identitas Selene yang menyamar sebagai perempuan tua.“Tsk! Hentikan, John! Kau sudah mendengar sendiri kalau mereka sudah berbaikan dan melupakan masa lalu! Lagi pula, lukamu masih baru dan tidak bisa ditutupi dengan riasan!”Peter yang menunggu John di mobil saat di taman tadi juga
Lyra mengangguk setuju. Hanya pelukan biasa bukan suatu hal yang besar. Orang-orang juga terbiasa menyapa dengan pelukan. Lagi pula, mereka masih keluarga.“Terima kasih, Lyra.” Max Foster tanpa ragu memeluk Lyra dengan erat, memejamkan mata selagi merasakan debaran dalam dadanya.Dengan pelukan itu, Max ingin mengembalikan perasaan yang telah berlalu. Kemudian, pelan-pelan melupakan Lyra sebagai wanita pertama yang pernah mengisi hatinya. Tidak, Max tidak mungkin bisa melupakan Lyra. Dia akan menyimpan perasaan itu, mengunci rapat-rapat cintanya, dan melihat Lyra dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai keluarga, istri dari adiknya.“Maaf kalau aku banyak berbuat salah padamu, Max. Banyak hal buruk yang sudah kulakukan untuk membalasmu, termasuk kejadian malam di pesta waktu itu. Aku yakin kau juga sudah mengetahuinya.”Lyra pun ingin membuang dendam yang dulu pernah bersarang di hatinya kepada kakak iparnya itu. Berharap setelah waktu berlalu, mereka bisa bicara dan tertawa seperti k
“Maafkan aku, Max. Waktu itu aku tidak bisa menahan diri untuk terus bersamamu atau membuka hati untukmu, sehingga mengambil pilihan lain.”Max mengusap air matanya. Meski bisa menahan tangisan kesedihan, hatinya menangis dan terluka mendengar ucapan Lyra yang sudah pasti.“Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu, Lyra. Semua memang salahku dan aku sangat menyesali perbuatanku sendiri,” ujar Max dengan suara serak.Max memutar badan ke arah Lyra. Melihat adik iparnya ikut merasa buruk karena pengakuannya.“Aku hanya ingin mengungkap perasaanku dengan benar, di mana dulu aku hanya menipumu. Aku tidak berniat merebutmu dari adikku … sungguh ….”“Terima kasih telah mencintaiku, Max. Mulai hari ini, aku berharap kau bisa melupakan cinta itu sepenuhnya ….”“Aku sedang mencobanya, tapi kalau malah mengajakku bertemu dan memaksaku menyatakan cintaku.”Mereka diam sejenak saling menatap secara intens. Mendadak, tawa lebar dan lepas menghiasi wajah keduanya.“John akan menghajarku kalau dia sampai t