ODGJ bisa melakukan tindakan di luar nalar dan sulit dikendalikan ketika sedang mengamuk. Apalagi yg sudah sering dan terbiasa mendapatkan terapi, ada yg jadi pintar bersandiwara seolah sudah tidak punya pikiran menyimpang atau berbahaya. Sebaiknya jangan menangani seorang diri atau malah memprovokasi. Source : pengalaman kerja 👩🏻⚕️
John Foster tak punya pengalaman menangani orang dengan gangguan kejiwaan. Dia hanya berusaha mengulur waktu dengan membuat Ivanna bicara. Akan tetapi, kata-katanya justru menjadi peluru yang memicu kemarahan Ivanna, “Dengar … walaupun kita mati bersama dan kau akan ke surga seperti ucapanmu, aku lebih memilih terbakar api neraka daripada harus menghabiskan waktu bersamamu.”Beberapa kali John menggertakkan gigi, seakan ingin mengenyahkan rasa sakit di kepalanya. Namun, rasa mual justru melanda karena menghirup aroma pekat dari bensin yang dibencinya.“Kau benar-benar pria jahat, John ….” Ivanna tertawa tanggung. “Jika kau sungguh memilih terbakar api neraka, maka aku akan membuatmu terbakar bersamaku. Baik di akhir hidup ini ataupun sesudah mati!”Keras kepala! John sangat benci dengan orang yang tak bisa diajak bicara.“Jika kau mati, kau tidak akan bisa bertemu dengan papamu lagi,” imbuh John, mengingatkan Ivanna kepada orang yang menyayanginya dengan tulus.Ivanna menggeleng samb
“Kau sangat mengenalku! Aku tidak bisa melihat putriku menangis begitu! Lyra bukan sedang merengek, tetapi benar-benar bersedih. Bantulah aku kali ini saja.” Thomas memohon sekali lagi. Dia pun masih terkejut dengan kabar yang baru beberapa menit lalu didengarnya.“Biar istri kita yang memberi tahu Lyra. Aku akan memanggil Yasmin dulu.”Peter menggertakkan gigi kala melihat wajah sendu sahabatnya dari samping. Ucapan Thomas ada benarnya. ‘Yang ada, Thomas justru akan semakin membuat Lyra terpukul karena ikut meluapkan kesedihan.’Tetapi, Peter tak bisa melakukan permintaan Thomas. Peter sendiri masih terpukul oleh kabar terkini dari putranya.“Papa!” seru Max Foster. Max berlari kecil sambil menggandeng wanita yang akhir-akhir ini terlihat bersamanya. Raut wajah Max tampak panik tanpa sandiwara.“Aku mencari kalian berdua ke mana-mana sejak tadi! Kenapa tidak ada yang menjawab teleponku?!”“Kami sedang sibuk! Ke mana saja kau, malah bersenang-senang sendiri di saat adikmu sedang me
“Lokasi terakhir John berada … terbakar ….” Thomas menunduk, tak berani menatap putrinya. Dia akan menyampaikan informasi lain yang ditemukan Dom, tetapi Lyra tiba-tiba tak sadarkan diri.“Lyra!” teriak Thomas.Beruntung, Thomas sigap menangkap Lyra. Dia segera membopong putrinya dan membaringkan di ranjang.“Panggil dokter!” titah Thomas.Tanpa disuruh pun, Peter sudah menghubungi dokter keluarga. “Sebentar lagi dokter datang.”“Aku akan menidurkan Jolie di kamar lain. Tolong temani putriku, Yasmin.”Beth juga mengkhawatirkan kondisi Lyra. Namun, dia tak mau cucunya menangis lagi setelah akhirnya bisa tidur.“Tidak. Lyra membutuhkanmu. Biar aku saja yang menjaga Jolie.”Beth mengangguk. Dengan hati-hati dia memindahkan Jolie dalam gendongannya. Setelah Yasmin menerima Jolie dan melangkah keluar, Beth segera mengurusi putrinya.“Sejak semalam, Lyra belum makan selagi menanti suaminya. Dia memuntahkan makanan waktu aku memaksanya. Kenapa kau l
Peter melihat banyak pengawal duduk tertidur di pos depan. Sudah hampir empat puluh delapan jam para pengawal itu berjalan menelusuri hutan dan hanya menemukan cincin dengan nama John dan Lyra.“Suruh mereka tidur di ruang tamu,” perintah Peter pada pengawal yang berjaga di rumah.Kendati demikian, Peter sudah sedikit menghargai kerja keras para bawahan, sejak dia tak memiliki apa pun dan hanya mengamati cara kerja putra bungsunya yang ternyata lebih efektif mengelola sumber daya manusia.“Baik, Tuan.”Peter lalu masuk ke mobil. Duduk di kursi penumpang depan, sementara Dom yang mengemudi.“Kau sudah istirahat? Kalau tidak kuat, lebih baik aku pergi dengan pengawal lain. Kau hanya akan merepotkan jika tiba-tiba pingsan.”“Saya dan rekan-rekan pengawal lain sudah bergantian mencari, Tuan. Lima rekan saya yang berasal dari Smith Group sedang istirahat, dan empat lainnya masih di lokasi.”Peter tak begitu memperhatikan waja
“Angkat teleponnya!” bentak Thomas pada telepon. Thomas saat ini sedang menghubungi Peter. Namun, Peter tak kunjung menjawab panggilan. Dengan geram, Thomas ingin membanting ponsel. Tetapi, dia urung melakukannya, setelah ingat ponsel tersebut pemberian dari John sebulan lalu. Melihat ponsel itu, mata Thomas memanas dan berembun. Dia membelai ponselnya seakan sedang menjelajah waktu sebulan yang lalu. ‘Papa, aku bekerja sama dengan perusahaan gadget besar dan sedang mengembangkan ponsel pintar baru. Ponsel ini contoh yang sedang kami kembangkan. Aku sengaja meminta empat unit, untukku, Lyra, Mama Beth, dan Papa,’ ujar John kala itu. ‘Kau tidak membelikan untuk papa dan mamamu?’ Masih ingat dalam ingatan Thomas, raut wajah canggung saat John memalingkan muka, dan berkata, ‘Aku lupa.’ Thomas terkekeh kecil selagi ingatan itu akhirnya menguap seperti bayang-bayang. Setitik air mata mengalir, dan dia langsung menghapusnya. Bukan hanya karena John adalah suami Lyra, tetapi Thomas
Max menggertakkan gigi ketika Lyra memukul dirinya secara membabi buta. Dia hanya berdiri diam menerima serangan Lyra, menahan nyeri di tulang belulang karena Lyra tak menahan diri.“Kau jahat, Max! Ini semua gara-gara kau!” jerit Lyra histeris.“Tenang, Sayang ….” Beth tak berani mendekat karena Lyra tampak tak peduli jika pukulannya bisa mengenai orang lain dari belakang. “Mama mohon … hentikan ….”Beth akhirnya tak mampu lagi menyembunyikan kesedihan. Dia menangis sambil menutup mulut agar suara isakan tak lolos dari mulutnya. Apalagi, melihat Lyra semakin kalap saat Thomas berusaha menjauhkannya dari Max. Tak pernah sekali pun mereka melihat Lyra sangat terpukul dan histeris seperti sekarang.“Lepaskan aku, Papa! Orang ini sejak dulu selalu ingin memisahkanku dengan John! Aku yakin dia yang mencelakai suamiku!!”Thomas sedang berusaha memegangi kedua lengan Lyra dari belakang. Namun, Max menggeleng pada Thomas dan melepaskan cekalan tangan ayah Lyra itu.Alhasil, Lyra kembali men
“Tenang, Lyra. Sebaiknya kau istirahat dulu. Kau juga harus kuat untuk menjaga Jolie. Biar aku dan Max yang mencari tahu apakah dugaanmu benar,” ujar Thomas.Lyra termenung sejenak. Dia jadi kewalahan mengurus Jolie dengan pikiran tak tenang.Selama John belum ditemukan, Lyra belum bisa bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Dia bahkan takut memeluk Jolie karena tak ingin bayi kecilnya turut merasakan kegelisahannya.“Aku tidak bisa tenang sebelum John ketemu, Papa. Antarkan aku ke lokasi kejadian untuk mencari tahu dengan kedua mataku sendiri,” pinta Lyra.“Tidak. Aku yang akan ke sana bersama papamu. Lagi pula, papaku seharusnya juga sudah sampai di sana.”Max sudah datang lokasi kebakaran sejak menemukan lokasi terakhir sinyal ponsel John. Tempat itu terlalu kacau untuk dikunjungi adik iparnya. Lyra mungkin bisa pingsan apabila melihat jasad baru yang ditemukan dalam kondisi hangus terbakar.“Aku ikut! Aku tidak akan bisa tidur kalau hanya duduk diam begini!” tegas Lyra.Lyra akhirny
Thomas ikut berlari, mengejar sosok yang dia pikir adalah menantunya. Tidak, dia sangat berharap jika pelihatannya tidak salah jika memang John baru saja menatapnya sebelum berlari menjauhi dirinya. Meski perutnya keroncongan karena seharian hanya minum kopi dan makan makanan ringan, Thomas berlari dengan segenap tenaga untuk menyusul sosok itu. “Tunggu!” seru Thomas yang hampir tak kuat lagi berlari. Namun, orang itu malah mempercepat ayunan langkah kaki. Thomas kembali mengerahkan tenaga yang tersisa untuk mempersempit jarak di antara mereka. Hingga tanpa sadar, dia sekarang masuk ke dalam hutan. Dia akhirnya berhenti ketika sadar tak ada penerangan di sekelilingnya. Sosok itu sudah menghilang dalam kegelapan. Thomas akhirnya menyerah, kakinya sudah sangat gemetaran. Kedua tangannya bertumpu pada lutut sambil menunduk. Dia mencoba mengatur napasnya yang terengah-engah. “Sialan, Peter, kau malah ke mana?” Dala
“Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel
Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak
John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem
“Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira
Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m
Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak
John mondar-mandir di ruang pemeriksaan. Bukan gelisah menunggu dokter, tetapi resah membayangkan Lyra masih berduaan bersama Max.‘Apa saja yang mereka lakukan setelah aku meninggalkan mereka?’Sebelumnya saat masih di taman, John masih ingin mengikuti Lyra sampai kediaman. Namun, Peter menyeret John untuk segera ke rumah sakit.“John Foster! Berhentilah mondar-mandir!” sergah Peter, lelah melihat tingkah kekanakan anaknya. “Aku perlu mendapatkan riasan penuh seperti kekasih Max itu, dan segera bertemu Lyra. Max bisa saja menculik dan menyekap Lyra seperti dulu.”Saat mengamati Lyra, John melihat sosok mencurigakan Selene. Setelah menyuruh Dom mencari informasi sosok mencurigakan itu, dia akhirnya tahu identitas Selene yang menyamar sebagai perempuan tua.“Tsk! Hentikan, John! Kau sudah mendengar sendiri kalau mereka sudah berbaikan dan melupakan masa lalu! Lagi pula, lukamu masih baru dan tidak bisa ditutupi dengan riasan!”Peter yang menunggu John di mobil saat di taman tadi juga
Lyra mengangguk setuju. Hanya pelukan biasa bukan suatu hal yang besar. Orang-orang juga terbiasa menyapa dengan pelukan. Lagi pula, mereka masih keluarga.“Terima kasih, Lyra.” Max Foster tanpa ragu memeluk Lyra dengan erat, memejamkan mata selagi merasakan debaran dalam dadanya.Dengan pelukan itu, Max ingin mengembalikan perasaan yang telah berlalu. Kemudian, pelan-pelan melupakan Lyra sebagai wanita pertama yang pernah mengisi hatinya. Tidak, Max tidak mungkin bisa melupakan Lyra. Dia akan menyimpan perasaan itu, mengunci rapat-rapat cintanya, dan melihat Lyra dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai keluarga, istri dari adiknya.“Maaf kalau aku banyak berbuat salah padamu, Max. Banyak hal buruk yang sudah kulakukan untuk membalasmu, termasuk kejadian malam di pesta waktu itu. Aku yakin kau juga sudah mengetahuinya.”Lyra pun ingin membuang dendam yang dulu pernah bersarang di hatinya kepada kakak iparnya itu. Berharap setelah waktu berlalu, mereka bisa bicara dan tertawa seperti k
“Maafkan aku, Max. Waktu itu aku tidak bisa menahan diri untuk terus bersamamu atau membuka hati untukmu, sehingga mengambil pilihan lain.”Max mengusap air matanya. Meski bisa menahan tangisan kesedihan, hatinya menangis dan terluka mendengar ucapan Lyra yang sudah pasti.“Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu, Lyra. Semua memang salahku dan aku sangat menyesali perbuatanku sendiri,” ujar Max dengan suara serak.Max memutar badan ke arah Lyra. Melihat adik iparnya ikut merasa buruk karena pengakuannya.“Aku hanya ingin mengungkap perasaanku dengan benar, di mana dulu aku hanya menipumu. Aku tidak berniat merebutmu dari adikku … sungguh ….”“Terima kasih telah mencintaiku, Max. Mulai hari ini, aku berharap kau bisa melupakan cinta itu sepenuhnya ….”“Aku sedang mencobanya, tapi kalau malah mengajakku bertemu dan memaksaku menyatakan cintaku.”Mereka diam sejenak saling menatap secara intens. Mendadak, tawa lebar dan lepas menghiasi wajah keduanya.“John akan menghajarku kalau dia sampai t