Pernah nggak sih, lagi sakit malah dibercandain teman-teman dekat?
“Papa, kau sebaiknya keluar saja kalau hanya mengganggu orang sakit!”Rona merah muda mulai muncul di wajah Peter yang tadinya sangat pucat. Dia tak suka mendengar Thomas mengatakan dirinya sedang sekarat dan malah mengulangi kata itu berulang kali.Dan senyuman Thomas itu … sungguh sangat memuakkan! Peter yakin jika Thomas sedang mengolok-olok dirinya dalam hati.Ditambah lagi, Beth juga berkata jika dirinya adalah ‘orang sakit,’ bukan ‘orang yang sedang sakit.’ Seakan pikirannya yang sakit dan bukan raganya.“Keluar kalian dari sini!” teriak Peter dengan suara serak sambil memegangi dada kirinya.Yasmin tersentak kaget. Tadi, Peter sangat lemah hingga sulit bicara dengannya. Bagaimana bisa Peter tiba-tiba berteriak murka?“P-Papa ….”Yasmin menghampiri sang suami dengan berlinang air mata. Dia duduk di tepi ranjang pasien, lalu mencoba membaringkan Peter kembali.“Kau tidak boleh marah-marah dahulu. Bagaimana kalau jantungmu semakin sakit … dan kau ….” Yasmin terisak-isak. “Aku belu
‘John Foster datang ke Foster Corp tak mungkin karena merindukanku,’ batin Max. Mereka juga baru saja bertemu. Max merasa jika John akan mencoba memanfaatkan kesulitannya untuk merebut posisi presiden direktur perusahaan Foster. Dia tak akan meremehkan John lagi, setelah tahu semua kelicikannya. John sudah merebut Lyra. Kini, adik yang selalu dia anggap tak bisa apa-apa itu mau mencuri perusahaannya? Max tak akan membiarkannya! Dibanding John membuat keributan, Max lantas mengajak John ke ruangannya. Sampai di sana, dia langsung melempar topi ke meja dan membuka masker tanpa melepas seluruhnya. “Untuk apa kau datang ke sini? Kau dicampakkan Asher Smith?” Dalam situasi sulit pun, Max masih bisa tersenyum sinis menghina adiknya. “Mama yang memohon padaku agar membantumu.” Max berdecih. Tak mungkin Yasmin memohon kepada John. Dia sangat tahu jika ibunya selalu menganaktirikan John. “Kau semakin pandai berbohong, John. Apa Asher Smith yang mengajarimu?” “Apa kau terobsesi kepada T
Setelah John pergi, Max Foster melesat ke rumah sakit. Memastikan ucapan John benar, biarpun dia tak meragukan. Max juga akan membujuk Peter untuk memberikan dana. Peter Foster jelas memiliki dana pribadi yang lebih banyak dari sisa hutang Max.Namun, hanya melihat wajah Max di pintu, Peter melotot dengan wajah merah padam. Tangannya meremas dada kirinya, seakan-akan sedang mengalami serangan jantung seperti sebelumnya.“Jangan melangkah masuk!” kecam Peter murka.“Papa … aku perlu bicara sebentar …,”Yasmin bergegas mendorong Max keluar. Tak ingin sakit jantung suaminya kembali kambuh.“Max, kita bicara di luar. Biarkan papamu istirahat.”Jika Peter tak mau membantu, Max berniat meminta kepada ibunya. Yasmin juga berasal dari keluarga terpandang. Serta memiliki usaha yang diwariskan orang tuanya meskipun dia tak pernah ikut mengelola secara langsung.Akan tetapi, cara Yasmin menatap Max telah berubah. Masih ada kasih sayang, tapi lebih terlihat menghakimi.Ketika mereka duduk di ban
“Pft ….” Sasha langsung menutup mulut saat tawanya hampir meledak. Mentertawakan impian Max yang terlalu tinggi. “Jangan mimpi, Max! Aku tidak mau berurusan denganmu lagi!”Dalam hitungan detik, Max sudah ada di dekatnya. Sasha mendorong kursi ke belakang untuk menghindar, tapi Max langsung menunduk dan menangkap kedua sandaran tangan pada kursi.“Aku akan memberimu kesempatan kedua untuk kembali padaku, Sasha. Bukankah kau selalu ingin menikah denganku? Aku akan mempertimbangkan keinginanmu itu jika kau mau berinvestasi padaku.”Sasha tersenyum miring. Menunjukkan dirinya tak terintimidasi.“Mempertimbangkan? Kenapa aku harus melakukan itu? Lihatlah di mana kau berada sekarang, Max. Kau sedang di kantorku … perusahaanku. Apa kau pikir aku masih membutuhkanmu?”Wajah Max semakin mendekat hingga Sasha dapat mencium aroma napasnya. Namun, tak sedikit pun Sasha menundukkan pandangan.“Kita berdua tahu. Jika Ivanna kembali, kau tidak akan bisa duduk di sini lagi. Kau hanya menggantikan di
“Baik.” John Foster tersenyum samar saat melihat bayangan kepala Max dari kaca kecil pada pintu. Dia yakin Max sedang menguping pembicaraan mereka.“Bagus … bagus …, John ….”Peter memegang tangan kanan John dengan kedua tangannya dan penuh haru. Sementara John malah merasa tak nyaman dan ingin segera melepas tangan ayahnya.“Oh, John … kau pasti juga tahu kalau papamu hanya bersandiwara agar kau mau mengurus perusahaannya. Dengan kau menggantikan kakakmu, Peter akan berusa–”“Papa!” seru Beth dan Lyra bersamaan.“Thomas … teganya kau menuduh suamiku,” isak Yamin sambil mengusap air mata. Marah dengan kata-kata Thomas yang tak sopan setiap kali berkunjung.Di lain sisi, Thomas menggertakkan gigi setelah melihat satu sudut mulut Peter terangkat kecil. Dia yakin jika Peter tak benar-benar sakit dan hanya ingin memanfaatkan keadaan untuk mendapatkan perhatian John.Tebakan Thomas benar … Peter memang pingsan karena terkejut setelah mendengar Max menggadaikan saham perusahaan. Sampai di
Max berdecih. “Selera humormu selalu buruk, John.” John tak mengelak. Dia memang hanya bercanda. Mustahil Max akan membunuhnya. “Bantuan yang kau katakan siang tadi, apakah masih berlaku?” “Tentu saja. Asalkan kau menerima syarat yang sudah kukatakan.” Untuk apa berpikir dua kali? Lyra sudah mencemaskan dirinya sampai memohon pada John agar mau membantu. Max tak akan menyia-nyiakan ketulusan Lyra. Di sisi lain, keinginan terakhir John akan segera terwujud berkat harapan Max yang terlalu berlebihan kepada Lyra. “Aku akan memberimu dokumen kepemilikan perusahaan. Tapi, kau juga harus menandatangani surat perjanjian jika aku tetap akan menjadi presiden direktur di Foster Corp.” Kakak-adik itu berjabat tangan menyetujui kesepakatan mereka … dengan tujuan masing-masing. *** Peter Foster keluar dari rumah sakit seminggu kemudian. Mendengar Max berhasil mendapatkan saham perusahaan yang digadaikan kembali, tak ada gunanya dia berpura-pura sakit lagi. Lyra juga ikut mengantar Peter p
Sayang, tebakan Peter jauh dari kenyataan. Tangan Peter sontak gemetaran membaca isi dalam map tersebut.“John … ap— apa-apaan ini?!”Dokumen dalam map tersebut berisikan perubahan nama kepemilikan Foster Corp dari Peter Foster menjadi John Foster. Tentu saja Peter sangat terkejut hingga benar-benar akan terkena serangan jantung.Peter membacanya berulang-ulang. Namun, tak ada yang berubah … namanya sudah tak ada pada dokumen yang selama puluhan tahun menjadi miliknya.“Seperti yang ada dalam dokumen tersebut, Papa. Aku mengambil alih kepemilikan Foster Corp menjadi milikku. Papa hanya perlu beristirahat dan menjaga kesehatan tanpa perlu memikirkan hal yang berat-berat.” John tersenyum licik. Hanya Lyra yang sadar dengan senyuman sang suami. Orang lain memandang John tersenyum hangat kepada Peter, seakan-akan John begitu memedulikan Peter agar tak perlu bekerja keras lagi.Sesuai perjanjian awal mereka, John rupanya benar-benar menginginkan kepemilikan Foster Corp. Lyra pikir, John h
John dengan sigap melerai ayah dan mertuanya. Dia berdiri di antara keduanya setelah berhasil melepas tangan Peter dari kerah baju Thomas.“Kau salah, Papa. Sejak awal, aku memang menginginkan Foster Corp. Jauh sebelum aku bertemu dengan Lyra …” John kini terang-terangan menyeringai. “... bahkan, sebelum aku berlagak tidak mampu bekerja sesuai dengan keinginanmu di perusahaan dan mengalah pada Max.”Yasmin menangkup mulutnya yang ternganga dengan kedua tangan. Terkejut bahwa John bukan mendadak jadi sukses karena pengaruh Asher Smith, tapi memang benar-benar telah merancang segalanya dengan rinci sejak dini.Tak hanya Yasmin, semua orang terkejut, kecuali Lyra. Tapi, Lyra juga pura-pura membuka mulut agar terlihat terkejut.Entah mengapa Lyra melakukan itu. Mungkin agar dirinya tak dianggap bersekongkol dengan John …. Lyra pun tak sadar.“Kenapa …? Kau bisa saja menunjukkan pekerjaan sempurna dan mengalahkan kakakmu! Aku pasti akan mengangkatmu menjadi pemimpin perusahaan, bukan Max!”
“Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel
Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak
John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem
“Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira
Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m
Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak
John mondar-mandir di ruang pemeriksaan. Bukan gelisah menunggu dokter, tetapi resah membayangkan Lyra masih berduaan bersama Max.‘Apa saja yang mereka lakukan setelah aku meninggalkan mereka?’Sebelumnya saat masih di taman, John masih ingin mengikuti Lyra sampai kediaman. Namun, Peter menyeret John untuk segera ke rumah sakit.“John Foster! Berhentilah mondar-mandir!” sergah Peter, lelah melihat tingkah kekanakan anaknya. “Aku perlu mendapatkan riasan penuh seperti kekasih Max itu, dan segera bertemu Lyra. Max bisa saja menculik dan menyekap Lyra seperti dulu.”Saat mengamati Lyra, John melihat sosok mencurigakan Selene. Setelah menyuruh Dom mencari informasi sosok mencurigakan itu, dia akhirnya tahu identitas Selene yang menyamar sebagai perempuan tua.“Tsk! Hentikan, John! Kau sudah mendengar sendiri kalau mereka sudah berbaikan dan melupakan masa lalu! Lagi pula, lukamu masih baru dan tidak bisa ditutupi dengan riasan!”Peter yang menunggu John di mobil saat di taman tadi juga
Lyra mengangguk setuju. Hanya pelukan biasa bukan suatu hal yang besar. Orang-orang juga terbiasa menyapa dengan pelukan. Lagi pula, mereka masih keluarga.“Terima kasih, Lyra.” Max Foster tanpa ragu memeluk Lyra dengan erat, memejamkan mata selagi merasakan debaran dalam dadanya.Dengan pelukan itu, Max ingin mengembalikan perasaan yang telah berlalu. Kemudian, pelan-pelan melupakan Lyra sebagai wanita pertama yang pernah mengisi hatinya. Tidak, Max tidak mungkin bisa melupakan Lyra. Dia akan menyimpan perasaan itu, mengunci rapat-rapat cintanya, dan melihat Lyra dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai keluarga, istri dari adiknya.“Maaf kalau aku banyak berbuat salah padamu, Max. Banyak hal buruk yang sudah kulakukan untuk membalasmu, termasuk kejadian malam di pesta waktu itu. Aku yakin kau juga sudah mengetahuinya.”Lyra pun ingin membuang dendam yang dulu pernah bersarang di hatinya kepada kakak iparnya itu. Berharap setelah waktu berlalu, mereka bisa bicara dan tertawa seperti k
“Maafkan aku, Max. Waktu itu aku tidak bisa menahan diri untuk terus bersamamu atau membuka hati untukmu, sehingga mengambil pilihan lain.”Max mengusap air matanya. Meski bisa menahan tangisan kesedihan, hatinya menangis dan terluka mendengar ucapan Lyra yang sudah pasti.“Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu, Lyra. Semua memang salahku dan aku sangat menyesali perbuatanku sendiri,” ujar Max dengan suara serak.Max memutar badan ke arah Lyra. Melihat adik iparnya ikut merasa buruk karena pengakuannya.“Aku hanya ingin mengungkap perasaanku dengan benar, di mana dulu aku hanya menipumu. Aku tidak berniat merebutmu dari adikku … sungguh ….”“Terima kasih telah mencintaiku, Max. Mulai hari ini, aku berharap kau bisa melupakan cinta itu sepenuhnya ….”“Aku sedang mencobanya, tapi kalau malah mengajakku bertemu dan memaksaku menyatakan cintaku.”Mereka diam sejenak saling menatap secara intens. Mendadak, tawa lebar dan lepas menghiasi wajah keduanya.“John akan menghajarku kalau dia sampai t