“Baik.” John Foster tersenyum samar saat melihat bayangan kepala Max dari kaca kecil pada pintu. Dia yakin Max sedang menguping pembicaraan mereka.“Bagus … bagus …, John ….”Peter memegang tangan kanan John dengan kedua tangannya dan penuh haru. Sementara John malah merasa tak nyaman dan ingin segera melepas tangan ayahnya.“Oh, John … kau pasti juga tahu kalau papamu hanya bersandiwara agar kau mau mengurus perusahaannya. Dengan kau menggantikan kakakmu, Peter akan berusa–”“Papa!” seru Beth dan Lyra bersamaan.“Thomas … teganya kau menuduh suamiku,” isak Yamin sambil mengusap air mata. Marah dengan kata-kata Thomas yang tak sopan setiap kali berkunjung.Di lain sisi, Thomas menggertakkan gigi setelah melihat satu sudut mulut Peter terangkat kecil. Dia yakin jika Peter tak benar-benar sakit dan hanya ingin memanfaatkan keadaan untuk mendapatkan perhatian John.Tebakan Thomas benar … Peter memang pingsan karena terkejut setelah mendengar Max menggadaikan saham perusahaan. Sampai di
Max berdecih. “Selera humormu selalu buruk, John.” John tak mengelak. Dia memang hanya bercanda. Mustahil Max akan membunuhnya. “Bantuan yang kau katakan siang tadi, apakah masih berlaku?” “Tentu saja. Asalkan kau menerima syarat yang sudah kukatakan.” Untuk apa berpikir dua kali? Lyra sudah mencemaskan dirinya sampai memohon pada John agar mau membantu. Max tak akan menyia-nyiakan ketulusan Lyra. Di sisi lain, keinginan terakhir John akan segera terwujud berkat harapan Max yang terlalu berlebihan kepada Lyra. “Aku akan memberimu dokumen kepemilikan perusahaan. Tapi, kau juga harus menandatangani surat perjanjian jika aku tetap akan menjadi presiden direktur di Foster Corp.” Kakak-adik itu berjabat tangan menyetujui kesepakatan mereka … dengan tujuan masing-masing. *** Peter Foster keluar dari rumah sakit seminggu kemudian. Mendengar Max berhasil mendapatkan saham perusahaan yang digadaikan kembali, tak ada gunanya dia berpura-pura sakit lagi. Lyra juga ikut mengantar Peter p
Sayang, tebakan Peter jauh dari kenyataan. Tangan Peter sontak gemetaran membaca isi dalam map tersebut.“John … ap— apa-apaan ini?!”Dokumen dalam map tersebut berisikan perubahan nama kepemilikan Foster Corp dari Peter Foster menjadi John Foster. Tentu saja Peter sangat terkejut hingga benar-benar akan terkena serangan jantung.Peter membacanya berulang-ulang. Namun, tak ada yang berubah … namanya sudah tak ada pada dokumen yang selama puluhan tahun menjadi miliknya.“Seperti yang ada dalam dokumen tersebut, Papa. Aku mengambil alih kepemilikan Foster Corp menjadi milikku. Papa hanya perlu beristirahat dan menjaga kesehatan tanpa perlu memikirkan hal yang berat-berat.” John tersenyum licik. Hanya Lyra yang sadar dengan senyuman sang suami. Orang lain memandang John tersenyum hangat kepada Peter, seakan-akan John begitu memedulikan Peter agar tak perlu bekerja keras lagi.Sesuai perjanjian awal mereka, John rupanya benar-benar menginginkan kepemilikan Foster Corp. Lyra pikir, John h
John dengan sigap melerai ayah dan mertuanya. Dia berdiri di antara keduanya setelah berhasil melepas tangan Peter dari kerah baju Thomas.“Kau salah, Papa. Sejak awal, aku memang menginginkan Foster Corp. Jauh sebelum aku bertemu dengan Lyra …” John kini terang-terangan menyeringai. “... bahkan, sebelum aku berlagak tidak mampu bekerja sesuai dengan keinginanmu di perusahaan dan mengalah pada Max.”Yasmin menangkup mulutnya yang ternganga dengan kedua tangan. Terkejut bahwa John bukan mendadak jadi sukses karena pengaruh Asher Smith, tapi memang benar-benar telah merancang segalanya dengan rinci sejak dini.Tak hanya Yasmin, semua orang terkejut, kecuali Lyra. Tapi, Lyra juga pura-pura membuka mulut agar terlihat terkejut.Entah mengapa Lyra melakukan itu. Mungkin agar dirinya tak dianggap bersekongkol dengan John …. Lyra pun tak sadar.“Kenapa …? Kau bisa saja menunjukkan pekerjaan sempurna dan mengalahkan kakakmu! Aku pasti akan mengangkatmu menjadi pemimpin perusahaan, bukan Max!”
“Ada satu hal lagi yang perlu Papa ketahui.” John menatap Dom. Dom segera keluar ruangan, lalu kembali lagi membawa sebuah kertas yang terlipat menjadi persegi kecil. “Ini adalah surat pinjaman modal kakek kepada Tuan Bell. Tuan Bell tidak pernah mau menerima pengembalian dana pinjaman ini, tetapi kakek selalu menyimpannya agar suatu hari dapat dikembalikan.” Peter mengambil kertas itu dengan tangan gemetar. Sejak kapan ayahnya meninggalkan sesuatu yang sangat penting kepada John, dan bukan dirinya? “Kakek berpesan padaku untuk mengembalikan dana pinjaman kepada keluarga Tuan Bell, atau bekerja sama dengan pemimpin perusahaan Bell yang sekarang, untuk mengelola bisnis bersama.” Peter sudah tahu itu. Karenanya, Jacob Foster pernah menyuruh Peter untuk menjodohkan putranya dengan keturunan Thomas Bell. Siapa pun yang menjadi suami Lyra akan otomatis jadi pemimpin perusahaan. Namun, Peter tak pernah menyangka jika ada tulisan tangan ayahnya yang sungguh menyatakan hal tersebut deng
Ucapan Beth delapan bulan yang lalu sungguh terjadi. Peter Foster saat ini hampir menerima kenyataan bahwa dirinya hanya orang tua yang sudah tidak bisa berbuat banyak lagi. Foster Corp di tangan John Foster jauh lebih baik dibanding pada masa kepemimpinannya. Meskipun John membagi waktu untuk mengurus dua perusahaan, keduanya berhasil semakin berkembang. Tak hanya John, pekerjaan Max jauh lebih baik dari sebelumnya karena John selalu mengancam akan menggantikan posisinya. Max tak bisa bermain-main lagi dan hanya fokus bekerja, serta fokus menunjukkan diri agar tak dipecat. “Sayang, apa kau tidak keterlaluan pada kakakmu? Sekarang Hari Sabtu dan semua orang sedang libur. Tapi, Max masih tinggal di kantor menyelesaikan pekerjaannya.” Lyra Bell juga sedikit berubah di mata suaminya. Lyra jauh lebih lembut dan berbelas kasih kepada Max atau orang lain. Akan menjadi ibu, Lyra telah bertekad akan menjadi wanita yang lebih sabar. Lyra tahu jika Max masih sesekali bicara seolah mereka ad
“Apa kalian mengadakan pesta atau sejenisnya? Kenapa ramai sekali?” Saat Lyra masuk ke ruang tamu, perdebatan Peter dan Thomas langsung berhenti. Beth dan Yasmin segera menghampiri Lyra dan menggandeng lengan putri mereka di kedua sisi.“Bagaimana keadaanmu hari ini? Apakah sudah ada tanda-tanda akan melahirkan?” Peter setiap hari menanyakan hal yang sama.“Aku baik-baik saja, Papa. Perutku hanya sering keram sejak pagi tadi.”Seperti biasa, Lyra akan duduk di kursi tengah. Para orang tua itu mengelilingi Lyra dan berebut merasakan kehadiran cucu mereka yang lebih sering menendang-nendang dari dalam perut.Tak jauh berbeda dengan suaminya yang bisa berjam-jam hanya melihat pergerakan di perut Lyra. John maupun orang tuanya akan tersenyum ketika si kecil dalam rahim itu menyapa mereka.“Kenapa kau tidak memeriksakan jenis kelamin bayimu, Sayang? Mama jadi bingung setiap kali belanja kebutuhan bayi.”“Tadinya aku dan John akan mengecek jenis kelamin bayi kami. Tapi, aku mulai muak deng
Asher menyemburkan minuman yang belum sempat ditelan. Dia langsung berdiri dan menghadap pintu sambil memegangi celana yang hampir melorot.“Sungguh?!” Asher terkejut bukan main. Lyra sudah mengatakan akan melahirkan di akhir bulan, tapi hari ini masih di awal bulan.“Benar, Tuan. Dom baru saja menelepon. Mereka sedang di rumah sakit milik Smith Group.”Senyuman mengembang di bibir Asher. Akhirnya, salah satu putranya akan memiliki pasangan sempurna.“Kita akan ke sana sekarang! Suruh Claus dan Collin berdandan rapi! Pilihkan jas terbaik untuk putra kembarku! Lalu, umumkan kepada seluruh anggota keluarga Smith jika menantuku sedang dalam proses dilahirkan! Katakan juga pada mamaku untuk mempersiapkan pesta pertunangan besar-besaran!” titah Asher Smith yang begitu panjang.Laura tersenyum lega. Keinginan gila Asher sudah teralihkan berkat kelahiran anak pertama Lyra Bell dan John Foster.“Tapi, bukankah kau mengatakan untuk mendekatkan mereka secara alami? Kenapa jadi bertunangan seka
“Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel
Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak
John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem
“Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira
Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m
Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak
John mondar-mandir di ruang pemeriksaan. Bukan gelisah menunggu dokter, tetapi resah membayangkan Lyra masih berduaan bersama Max.‘Apa saja yang mereka lakukan setelah aku meninggalkan mereka?’Sebelumnya saat masih di taman, John masih ingin mengikuti Lyra sampai kediaman. Namun, Peter menyeret John untuk segera ke rumah sakit.“John Foster! Berhentilah mondar-mandir!” sergah Peter, lelah melihat tingkah kekanakan anaknya. “Aku perlu mendapatkan riasan penuh seperti kekasih Max itu, dan segera bertemu Lyra. Max bisa saja menculik dan menyekap Lyra seperti dulu.”Saat mengamati Lyra, John melihat sosok mencurigakan Selene. Setelah menyuruh Dom mencari informasi sosok mencurigakan itu, dia akhirnya tahu identitas Selene yang menyamar sebagai perempuan tua.“Tsk! Hentikan, John! Kau sudah mendengar sendiri kalau mereka sudah berbaikan dan melupakan masa lalu! Lagi pula, lukamu masih baru dan tidak bisa ditutupi dengan riasan!”Peter yang menunggu John di mobil saat di taman tadi juga
Lyra mengangguk setuju. Hanya pelukan biasa bukan suatu hal yang besar. Orang-orang juga terbiasa menyapa dengan pelukan. Lagi pula, mereka masih keluarga.“Terima kasih, Lyra.” Max Foster tanpa ragu memeluk Lyra dengan erat, memejamkan mata selagi merasakan debaran dalam dadanya.Dengan pelukan itu, Max ingin mengembalikan perasaan yang telah berlalu. Kemudian, pelan-pelan melupakan Lyra sebagai wanita pertama yang pernah mengisi hatinya. Tidak, Max tidak mungkin bisa melupakan Lyra. Dia akan menyimpan perasaan itu, mengunci rapat-rapat cintanya, dan melihat Lyra dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai keluarga, istri dari adiknya.“Maaf kalau aku banyak berbuat salah padamu, Max. Banyak hal buruk yang sudah kulakukan untuk membalasmu, termasuk kejadian malam di pesta waktu itu. Aku yakin kau juga sudah mengetahuinya.”Lyra pun ingin membuang dendam yang dulu pernah bersarang di hatinya kepada kakak iparnya itu. Berharap setelah waktu berlalu, mereka bisa bicara dan tertawa seperti k
“Maafkan aku, Max. Waktu itu aku tidak bisa menahan diri untuk terus bersamamu atau membuka hati untukmu, sehingga mengambil pilihan lain.”Max mengusap air matanya. Meski bisa menahan tangisan kesedihan, hatinya menangis dan terluka mendengar ucapan Lyra yang sudah pasti.“Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu, Lyra. Semua memang salahku dan aku sangat menyesali perbuatanku sendiri,” ujar Max dengan suara serak.Max memutar badan ke arah Lyra. Melihat adik iparnya ikut merasa buruk karena pengakuannya.“Aku hanya ingin mengungkap perasaanku dengan benar, di mana dulu aku hanya menipumu. Aku tidak berniat merebutmu dari adikku … sungguh ….”“Terima kasih telah mencintaiku, Max. Mulai hari ini, aku berharap kau bisa melupakan cinta itu sepenuhnya ….”“Aku sedang mencobanya, tapi kalau malah mengajakku bertemu dan memaksaku menyatakan cintaku.”Mereka diam sejenak saling menatap secara intens. Mendadak, tawa lebar dan lepas menghiasi wajah keduanya.“John akan menghajarku kalau dia sampai t