Tingkah John berlebihan bgt... tapi ... V pernah ketemu calon bapak yg lebih lebay dari John gini, padahal sebelum istrinya hamil nggak gitu.. 😆😆 Apa di sini ada yg pernah ngalamin?
Sementara Lyra dan Asher mengobrol sambil bercanda ria, John masih murung. Dia mendengar mereka bicara, tapi batinnya semakin sedih.John iri dengan Asher yang pandai membawa diri. Bahkan, Asher bisa membuat Lyra tertawa lebar. Tak seperti dirinya yang malah membuat Lyra kesal dan lelah.John juga ingin bercanda dengan Lyra. Tapi, semua kata-kata yang keluar dari mulutnya justru menimbulkan kerutan di kening sang istri.Rasa-rasanya, dia ingin menangis karena tak bisa menjadi suami dan calon ayah yang tak berguna.Sampai tiba di rumah, John langsung menuju kamar. Lyra pun segera menyuruh Asher istirahat setelah melihat suaminya berjalan lesu.“John, kenapa langsung masuk? Kau tidak mau mengobrol dengan Asher sebelum makan malam? Dia besok akan pulang ….”Meski sebelumnya komunikasi dengan John tak berjalan dengan baik, Lyra merasa tak perlu memperpanjang lagi. Setelah berbincang dengan Asher, Lyra sudah tak memedulikan sikap John yang terlalu biasa menyambut kehamilannya.“Nanti. Aku
John menangkap tubuh Lyra dengan gerakan cepat. Akhirnya, dia bisa memandangi sang istri seluruhnya. “Hati-hati ….” Lyra terkejut. Namun, dia kembali membujuk. “Kasihan bayi kita, tidak mendapatkan keinginannya,” ujar Lyra lirih dan mengiba. Kemudian, Lyra mengusap perutnya yang masih rata. “Maaf, Nak, papamu tidak suka bersama kita … dia bahkan berencana akan meninggalkan kita sendiri.” John membuang napas kasar. Perasaannya seperti sedang dipermainkan oleh sang istri. Dia tak menyukai perubahan suasana hati yang begitu tiba-tiba seperti sekarang. Yang tadinya marah dan kecewa, kini malah jadi merasa bersalah karena tak mau menuruti Lyra. Apalagi, dirinya sampai mengatakan hal yang membuat Lyra sedih. “Ayo, berendam saja dulu …,” pinta Lyra. Cukup lama sampai akhirnya John mengangguk. Dia hanya menurut ketika Lyra membimbingnya menuju bathtub. Kemudian, Lyra duduk merapat di depannya. Kesedihan dan kekecewaan John lama-lama memudar begitu kulitnya menyentuh air panas …. Se
“Aku kecewa karena mendengar kehamilanmu dari orang lain, Lyra,” kata Yasmin halus. “Apalagi, aku mendengarnya dari teman-teman yang tidak begitu mengenalmu dan John.” Lyra salah tingkah. Dugaannya benar. Seharusnya, dia lebih dulu mengabari Yasmin dan Peter sebelum orang lain. Namun, John terus mencegah karena tak berniat memberi tahu siapa pun. “Maaf, Mama, aku tidak bermaksud begitu …,” sesal Lyra. Yasmin memang terlihat lebih ramah dari sebelumnya. Tentu saja, ibu kandung John itu sangat senang mendengar jika Lyra mengandung. Akan tetapi, raut wajahnya masih menunjukkan sedikit kekecewaan. Yasmin malu karena teman-temannya mengatakan bahwa dirinya mengabaikan putra kedua dan menantunya. Mereka malah semakin mengolok-olok dirinya yang selalu membanggakan Max, sementara putra keduanya jauh lebih unggul. “Kami yang tinggal bersama saja baru mengetahuinya tadi pagi, setelah kau menelepon John. Mereka pulang dari rumah sakit saat sudah jam tidur,” kilah Beth, mencoba melindungi
“Jadi, kau mengatakan jika Tuan Asher tidak bisa dipercaya?” John tak terima Asher direndahkan sang kakak. Max melirik ke arah pintu. Dua pengawal langsung menatap dirinya ketika nama Asher disebut. “Bukan begitu maksudku. Yang ingin kukatakan adalah … kami keluargamu dan pasti bisa lebih menjaga calon cucu Papa dan Mama.” Max sengaja menggunakan orang tuanya sebagai tameng. Peter dan Yasmin pun akan sepakat dengannya. “Tuan Asher pasti juga memiliki urusan pribadi. Tidak bisa terus mengawasi semua hal sendiri,” imbuh Max. “Jangan khawatir, Max. Kami juga ada di sini dan tidak berniat merepotkan siapa pun. Pengawal Tuan Asher sudah cukup banyak membantu,” sela Thomas. Giliran Thomas bicara, Peter tak mau kalah. Akhirnya, mereka pun berdebat lagi. Awalnya, Peter tak berniat mengajak John kembali ke rumah. Yasmin dan Max yang membujuknya untuk mengundang John dan istrinya agar bisa tinggal bersama mereka setelah mendengar kehamilan Lyra. Namun, karena perdebatan dengan Thomas, Pe
“Aku yakin jika anak pertama mereka salah perempuan. Kalaupun aku salah, istriku tinggal melahirkan anak perempuan agar anak-anak kami bisa menikah,” jawab Asher dengan mudah. Asher tak menyadari bahwa Laura terlihat tak senang. Keputusan itu langsung dibuat secara spontan. Tak tahu bahwa istrinya sudah tak mau melahirkan lagi.“Jadi, pada intinya, Anda tetap akan menjodohkan putra atau putri Anda dengan keturunan Tuan John Foster?”“Tentu saja! Aku dan John sudah seperti saudara. Keluarga kami akan bersatu apa pun yang terjadi! Ha ha!”Tamat. Tidak ada lagi kesempatan bagi Max untuk merebut Lyra dari John. Max meremas kain di ujung bawah kemeja dalam kepalan tangan.John mengecilkan volume televisi hingga semua orang berhenti menonton. Dia tak bisa mendengar Lyra yang berbisik di dekat telinganya.“Apa yang kau katakan, Sayang?” tanya John halus.“Kau seharusnya mencegah Asher membuat pengumuman seperti itu!”Suara keras Lyra menarik atensi keluarganya. Beth dan Thomas tentunya suda
Lyra benar-benar terkejut. Dia sama sekali tak pernah menyangka jika suaminya mengenal Sasha. Pikir Lyra, John yang menyuruh Sasha secara langsung dan mereka mengenal dekat sejak dulu.Lyra marah, cemburu, dan kecewa karena John tak bilang sejak awal. Bukankah beberapa waktu lalu John mengatakan bahwa dirinya telah menceritakan semua hal tentang hidupnya?Memang benar jika masa yang telah berlalu tak ada hubungannya dengan masa sekarang ataupun masa depan. Namun, rasa sakit itu tak bisa dihindari.“Yah, aku juga salah karena tergoda oleh Sasha pada waktu itu. Tetapi, Lyra, jika suamimu adalah pria sejati, mengapa dia harus menggunakan cara seperti itu, alih-alih mendekatimu secara langsung atau meminta Papa untuk menggantikanku yang sudah dijodohkan denganmu?”Walaupun Lyra tak suka dengan cara Max bicara, tetapi dia menganggap Max ada benarnya. John seharusnya mendekati dirinya sejak awal mereka bertemu jika benar-benar tertarik ingin menjalin hubungan dengannya.Bukan hanya Lyra, ora
“Kau tidak marah?” John ingin menyakinkan diri karena dia merasa bersalah karena tak menceritakan rahasia yang seharusnya memang tidak perlu diketahui Lyra.“Apa kau ingin aku marah?”“Tidak … tidak … jangan marah denganku,” pinta John.Sungguh … adegan kemesraan John dan Lyra membuat Max ingin segera pergi dari tempat itu. Max marah, tetapi kesedihan lebih menguasai dirinya.Seorang Max Foster yang tak pernah memedulikan wanita yang pernah dia sakiti, kini baru menyadari jika patah hati bisa sangat menyakitkan. Dada Max terasa begitu panas. Dia seperti kesulitan bernapas dengan lega, seakan-akan ada cairan yang menyumpal di paru-parunya sehingga membuat dadanya berat dan sesak.‘Kenapa rasanya begitu menyakitkan? Apa aku benar-benar tidak memiliki kesempatan lagi untuk bisa mendapatkanmu, Lyra? Perlukah aku terus berjuang, atau haruskah aku menyerah?’ batin Max nelangsa.“Max …,” bisik Yasmin menyadarkan.Biarpun mencoba untuk mendekati John, Yasmin rupanya masih lebih menyayangi Max
“Anda tidak datang bersama kekasih Anda, Tuan?” tanya si pelayan di belakang Max. Pria yang mengikuti Max memperlambat langkah. Menunggu kesempatan ketika Max sedang sendirian. “Aku sedang tidak ingin diganggu,” jawab Max dingin. Malam ini, Max sedang muak melihat makhluk yang bernama wanita. Dia sedang ingin sendirian untuk menghilangkan rasa perih di hati karena tak bisa mengusir bayangan Lyra dari benaknya. Max berharap dapat menghapus luka hatinya dengan minuman keras. Walaupun tahu jika keesokan harinya akan merasakan hal yang serupa setelah sadar. Setelah si pelayan pergi untuk mengambil minuman yang biasa dipesan Max di tempat itu, pria yang mengikuti Max tadi menyelinap ke dalam ruangan tersebut. Max tak terkejut saat pria itu menutup pintu hingga menimbulkan suara yang cukup keras. Selain pikiran Max sedang kalut, suara musik di ruangan lain sebelum pintu ditutup cukup keras sehingga Max tak menyadari ada orang yang masuk ke sana. Baru setelah Max akan duduk, dia menah
“Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel
Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak
John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem
“Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira
Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m
Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak
John mondar-mandir di ruang pemeriksaan. Bukan gelisah menunggu dokter, tetapi resah membayangkan Lyra masih berduaan bersama Max.‘Apa saja yang mereka lakukan setelah aku meninggalkan mereka?’Sebelumnya saat masih di taman, John masih ingin mengikuti Lyra sampai kediaman. Namun, Peter menyeret John untuk segera ke rumah sakit.“John Foster! Berhentilah mondar-mandir!” sergah Peter, lelah melihat tingkah kekanakan anaknya. “Aku perlu mendapatkan riasan penuh seperti kekasih Max itu, dan segera bertemu Lyra. Max bisa saja menculik dan menyekap Lyra seperti dulu.”Saat mengamati Lyra, John melihat sosok mencurigakan Selene. Setelah menyuruh Dom mencari informasi sosok mencurigakan itu, dia akhirnya tahu identitas Selene yang menyamar sebagai perempuan tua.“Tsk! Hentikan, John! Kau sudah mendengar sendiri kalau mereka sudah berbaikan dan melupakan masa lalu! Lagi pula, lukamu masih baru dan tidak bisa ditutupi dengan riasan!”Peter yang menunggu John di mobil saat di taman tadi juga
Lyra mengangguk setuju. Hanya pelukan biasa bukan suatu hal yang besar. Orang-orang juga terbiasa menyapa dengan pelukan. Lagi pula, mereka masih keluarga.“Terima kasih, Lyra.” Max Foster tanpa ragu memeluk Lyra dengan erat, memejamkan mata selagi merasakan debaran dalam dadanya.Dengan pelukan itu, Max ingin mengembalikan perasaan yang telah berlalu. Kemudian, pelan-pelan melupakan Lyra sebagai wanita pertama yang pernah mengisi hatinya. Tidak, Max tidak mungkin bisa melupakan Lyra. Dia akan menyimpan perasaan itu, mengunci rapat-rapat cintanya, dan melihat Lyra dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai keluarga, istri dari adiknya.“Maaf kalau aku banyak berbuat salah padamu, Max. Banyak hal buruk yang sudah kulakukan untuk membalasmu, termasuk kejadian malam di pesta waktu itu. Aku yakin kau juga sudah mengetahuinya.”Lyra pun ingin membuang dendam yang dulu pernah bersarang di hatinya kepada kakak iparnya itu. Berharap setelah waktu berlalu, mereka bisa bicara dan tertawa seperti k
“Maafkan aku, Max. Waktu itu aku tidak bisa menahan diri untuk terus bersamamu atau membuka hati untukmu, sehingga mengambil pilihan lain.”Max mengusap air matanya. Meski bisa menahan tangisan kesedihan, hatinya menangis dan terluka mendengar ucapan Lyra yang sudah pasti.“Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu, Lyra. Semua memang salahku dan aku sangat menyesali perbuatanku sendiri,” ujar Max dengan suara serak.Max memutar badan ke arah Lyra. Melihat adik iparnya ikut merasa buruk karena pengakuannya.“Aku hanya ingin mengungkap perasaanku dengan benar, di mana dulu aku hanya menipumu. Aku tidak berniat merebutmu dari adikku … sungguh ….”“Terima kasih telah mencintaiku, Max. Mulai hari ini, aku berharap kau bisa melupakan cinta itu sepenuhnya ….”“Aku sedang mencobanya, tapi kalau malah mengajakku bertemu dan memaksaku menyatakan cintaku.”Mereka diam sejenak saling menatap secara intens. Mendadak, tawa lebar dan lepas menghiasi wajah keduanya.“John akan menghajarku kalau dia sampai t